"Kemarahan dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan"
-Ali-🎐🎐🎐
Yoongi merasa seperti pecundang beberapa hari ini. Ia membenci dirinya sendiri. Merasa tak ingin orang lain melihatnya. Yoongi sedih, ia pikir jika dirinyalah yang memilih jalan ini. Memilih untuk membantu Seokjin agar bisa membalas dendam. Tapi kenapa hatinya sekarang begitu gelisah ?
Kejadian beberapa hari lalu serta perdebatan yang terjadi diantara dirinya dan Seokjin membuatnya berpikir apakah sebenarnya tindakan yang ia lakukan sudah benar ?
Apakah Seokjin benar-benar menginginkan bantuannya untuk balas dendam ?
Apakah dirinya benar-benar ingin membantu Seokjin atau ini hanya bagian dari caranya untuk melampiaskan keinginannya yang juga ingin balas dendam ?
'Kau selalu seperti ini. Kau tidak pernah mengatakan yang kau pikirkan. Jika ada masalah setidaknya katakan, jangan membuatku merasa bersalah'
'Ini masalah pribadi dan membahasnya membuatku kesal. Membicarakannya kembali tak cukup membantu'
Seokjin berteriak di depan Yoongi. Rautnya penuh amarah tapi matanya begitu penuh dengan kesedihan. Yoongi tidak menahannya setelah itu. Lantas membiarkan Seokjin pergi begitu saja.
Yoongi tidak bisa untuk tidak merasa bersalah. Bahkan untuk sekedar melupakan tatapan mata Seokjin hari itu saja ia tidak bisa. Perasaan bersalahnya membebani. Tidak ada yang berjalan lancar kali ini. Tidak... Memang sepertinya tidak pernah ada yang namanya kata lancar dalam kehidupan Yoongi dan semua yang ia lakukan.
Dirinya hanya ingin membantu, tapi karena ia lemah semuanya sia-sia. Ia terlalu egois, nyatanya ia tak pernah benar-benar membantu. Ia hanya ingin melakukan yang menurutnya benar. Tanpa tahu campur tangannya dan keegoisannya telah membuat satu hati yang sebelumnya sudah terluka menjadi tambah parah. Dirinya berlagak seolah mengerti penderitaan Seokjin tapi nyatanya tidak sama sekali.
Yoongi yang kalut lantas melampiaskan dengan mengacaukan beberapa barang di kamarnya. Membuat barang-barang yang tadinya tersusun rapi kini berserakan di lantai. Tak pernah mengetahui dengan pasti apa salah mereka sehingga menjadi pelampiasan dan berakhir demikian menyedihkan di atas lantai.
'PRANGGG !!!'
Beberapa Figura yang terlempar pecah dan menimbulkan suara yang bising. Mengundang Ibu masuk dengan begitu tergesa-gesa ke kamar Yoongi. Tidak ada yang lebih menakutkan dari pemandangan yang wanita paruh baya itu lihat sekarang. Serpihan kaca bertebaran dimana-mana dan tentu saja Yoongi yang begitu terlihat kalut.
"Yoongi apa yang kau lakukan nak ? Kenapa kau begini ?" seru wanita itu dengan lembut.
Yoongi yang tidak dalam suasana baik tak terlalu ingin bertemu Ibunya. Ia bahkan memilih mengabaikan dan kembali mengacaukan beberapa barang yang tersisa.
Ibu berlari melintasi serpihan kaca, menarik lengan Yoongi dan mencengkram pundaknya. "YOONGI !!! DENGARKAN IBU. APA YANG KAU LAKUKAN HAH !! KALAU KAU BICARA MUNGKIN IBU BISA MENGERTI PERASAANMU"
Yoongi menatap tajam, seakan terusik pada kalimat yang baru ia dengar. Jangan sekarang pikirnya, tapi ia tidak bisa abai pada kalimat MENGERTI PERASAANMU. Sejak kapan memangnya hal itu berlaku diantara dirinya dan Ibu. Masalah awalnya hanya karena ia merasa bersalah pada Seokjin. Tapi hadirnya Ibu malah membuatnya ingin mengungkit masalah lain.
Yoongi tidak tahan lantas melepas tangan Ibu.
"Memangnya Ibu tahu bagaimana perasaanku ?" Yoongi tersenyum remeh.
"Apa yang kau katakan, jalas Ibu akan memahani perasaanmu"
"Bagaimana caranya, coba tunjukkan padaku ? Apa Ibu tahu, setiap hari ibu hanya akan datang memintaku untuk terus meminum obat dari mereka !!. Setiap hari hanya obat... obat dan obat, aku muak. Jadi bagaimana mungkin Ibu tahu perasanku !!"
"YAAA YOONGI-AH KAU INI KENAPA ?!!" Ibu berteriak tanpa sadar sebab termakan emosi yang tak bisa ia kendalikan.
"Kenapa Ibu marah ? Ibu tidak akan pernah tahu betapa putus asanya aku, menghabiskan waktuku untuk diriku sendiri. Ibu tidak akan pernah tahu betapa muaknya aku"
Sebenarnya sudah banyak hal yang terjadi hingga hatinya mengeras. Yoongi sudah tidak terganggu pada hal- hal kecil. Tapi kali ini rasanya ia tak bisa begitu. Ia rasa Ibu tidak akan pernah mengerti dan memahami dirinya yang sekarang sampai titik di mana Ibu dapat mengalaminya sendiri.
"Aku tidak ingin bertengkar dengan Ibu, jadi bisa tolong tinggalkan aku sendiri. Aku akan membereskan semuanya jadi Ibu bisa keluar sekarang" seru Yoongi.
Ibu tak menjawab apapun lantas pergi meninggalkan kamar. Perdebatan tadi berakhir dan meninggalkan sunyi yang menyergap. Yoongi tidak berpikir jernih bahkan ketika dirinya mungkin sudah bertindak keterlaluan pada Ibunya. Yoongi benci dirinya. Ia berlagak seperti orang yang benar-benar dapat membantu. Padahal dirinya sendiri membutuhkan bantuan. Padahal dirinya sendiri tidak sempurna dan memiliki begitu banyak masalah. Yoongi sangat menbenci ketidakmampuannya untuk menolong diri sendiri. Ketidakmampuannya menyelesaikan masalahnya sendiri tapi bertindak seolah dapat menyelesaikan masalah miliki orang lain.
Hai,
Chapter baru. Hanya sisi cerita yang menunjukkan betapa frustasinya Yoongi.Orang yang selalu mencoba menolong nyatanya hanyalah orang yang sama-sama butuh pertolongan.
Selamat membaca, maaf kalo banyak typo bertebaran dan ceritanya pendek. Anggap intermezo aja wkwk😄
Salam
Mikrokosmos0412
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Pieces
FanfictionSeokjin bukannya tidak ingin merasakan yang namanya bahagia. Tapi jujur saja ia tidak bisa. Bukan karena tidak mampu meraih, melainkan karena ia merasa jika dirinya tak pernah pantas bahagia. Ribuan potong kenangan menyakitkan membawanya pada kenya...