Chapter 19 : Liberosis

126 20 4
                                    

"Kebanyakan manusia tanpa sadar akan berubah menjadi egois ketika mereka memperjuangkan sesuatu untuk meraih kebahagiaan mereka sendiri tanpa memikirkan konsekuensinya"

🎐🎐🎐

Entah bermimpi macam apa Myung Hae semalam sampai ia harus berlarian di tengah lorong rumah sakit dengan begitu tergesah-gesah. Selepas mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal dikantornya, Myung Hae langsung buru-buru meraih kunci mobil dan mengendarainya secepat yang ia bisa menuju kerumah sakit.

Usut punya usut telepon itu ternyata datang dari pihak sekolah. Myung Hae tidak tahu bagaimana dunianya yang damai akan berakhir tapi sebuah kabar buruk menjadi pembuka percakapannya dengan pihak yang mengaku sebagai wali kelas dari anaknya. Secara garis besar pria dari balik sambungan telepon menjelaskan jika anaknya dibawa kerumah sakit karena menjadi korban penganiayaan.

'Saya tidak tahu sedang terjadi masalah apa dirumah anda tapi saya sudah mencoba sebisa mungkin menghubungi Ibu Seokjin untuk memberikan kabar. Tapi tidak ada satu panggilan pun yang dijawab'

Myung Hae tidak tahu apa yang terjadi pada Hana sehingga tidak bisa mengurus Seokjin disaat seperti ini. Sebagai Ayah meski tidak pernah banyak mengambil kewajibannya, Myung Hae tidak mungkin hanya akan mengabaikan Seokjin sebagai anak. Meski pada dasarnya setelah kejadian beberapa waktu lalu Myung Hae sudah berniat untuk tidak terlibat apapun dengan Seokjin dan segala masa lalunya.

Tapi pada akhirnya disinilah Myung Hae berakhir. Berdiri di depan sebuah pintu kamar rumah sakit yang masih tertutup rapat. Merasa cukup ragu untuk sekedar menggeser pintu dan lekas menemui putranya. Myung Hae bingung bagaimana harus bersikap. Terlebih ia sadar pertemuan mereka tempo hari, setelah sekian lama tidak bertemu justru tidak meninggalkan kesan yang baik.

Pria itu terus termenung di depan pintu. Tidak sekalipun bergerak seakan-akan dirinya telah menjadi patung. Rasa aneh dan canggung seketika langsung melingkupi relung hatinya. Aneh rasanya untuk sekedar menemui Seokjin. Padahal faktanya mereka adalah Ayah dan anak.

'SRAAAKK!!!'

Myung Hae yang terkejut mendengar suara pintu terbuka langsung menatap kedepan. Mendapati sesosok wanita yang baru saja keluar dari ruangan tempat dimana Seokjin di rawat. Sementara Wanita itu sendiri ternyata tengah menatap lamat Myung Hae.

"Oh? Apakah anda Ayah Seokjin?" Seru wanita itu sembari tersenyum.

Myung Hae tak banyak merespon dan hanya mengangguk. Agak kaku dan canggung mendapati kenyataan bahwa kini ia mengakui dirinya sebagai Ayah Seokjin.

"Aku Ibu Yoongi. Kau bisa segera masuk dan menemui Seokjin"

'SRAAAKK!!!'

Ibu Yoongi membukakan kembali pintu. Sementara Myung Hae masih terdiam dan hanya berdiri di depan pintu seakan enggan beranjak masuk. Matanya membesar tatkala bersitatap dengan Seokjin yang tampak duduk bersandar diranjang dengan kepala yang diperban. Sama halnya dengan Myung Hae, Seokjin juga nampak cukup terkejut mendapati kehadiran sosok pria yang tak pernah ia pikirkan kehadirannya di saat seperti ini.

"Kenapa dia bisa ada disini!!!" Seru Yoongi setengah berbisik.

Seokjin tak merespon Yoongi. Matanya terus menatap pria itu.

"Anda bisa masuk sekarang" ujar Ibu Yoongi.

Bukannya masuk, Myung Hae justru dengan cepat memutar balik tubuhnya dan bergegas pergi menjauh. Ibu Yoongi dan juga Yoongi sendiri cukup terkejut. Sementara Seokjin hanya diam. Rasanya aneh, Seokjin hanya merasa itu seperti sebuah penolakan.

"Anak-anak kalian diam disini saja!! Ibu akan segera kembali"

Dilain tempat, Myung Hae memilih untuk mendudukan dirinya disalah satu bangku di depan halaman rumah sakit. Pria itu tampak menatap kosong kearah taman. Sekarang pikirannya benar-benar tengah dipenuhi dengan wajah Seokjin. Anak itu pucat, sangat berbeda dengan terakhir kali bertemu dengannya. Dirinya pikir untuk menemui Seokjin tidak akan sesulit ini tapi ternyata dirinya salah. Myung Hae benar-benar belum siap bertemu masa lalunya.

Lagi pula kemana sebenarnya Hana pergi. Anaknya terluka dan perlu dirawat tapi ia malah tidak bisa dihubungi. Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya dalam posisi seperti ini. Jika saja Hana ada, Myung Hae mungkin saja tidak perlu berada disini dan terjebak dalam situasi yang rumit.

"Ayah Seokjin!"

Mendengar seseorang menyapanya, Myung Hae lekas mendongak dan menangkap presensi wanita yang sama yang sebelumnya ia temui di depan ruang rawat Seokjin tengah berdiri dihadapannya.

"Anda ada disini rupanya. Aku ingin menyampaikan sesuatu, katanya pelaku pemukulan ada dikantor polisi. Sekarang saya akan pergi kesana, apakah anda juga mau ikut ?"

Myung Hae memberi jeda sebentar sebelum menjawab. "Tidak. Saya..."

"Sepertinya pelaku memukul Seokjin karena seokjin berusaha membela anak saya Yoongi. Seokjin terluka karena melindungi anak saya. Saya benar-benar minta maaf atas apa yang telah terjadi" lanjut Ibu Yoongi menyesal.

Myung Hae tidak memberikan respon mau pun jawaban. Ia hanya diam dan tetap mendengarkan.

"Seokjin itu anak yang sangat sopan, baik hati dan juga berani. Anda membesarkan putra anda dengan sangat baik" ucap Ibu Yoongi sambil tersenyum.

Membesarkan dengan baik apanya. Myung Hae bahkan tidak pernah memberikan afeksi apapun dalam kehidupan anak itu. Sejak memutuskan pergi, Myung Hae tak pernah sekalipun menoleh kebelakang. Jika benar Seokjin seperti itu, satu-satunya orang yang sangat mungkin membesarkannya dengan baik sudah pasti Hana.

"Saya akan pergi sekarang, kita bisa bersama-sama pergi ke kantor polisi sekarang"

Myung Hae dilema. Haruskah ia terjebak lebih dalam lagi dengan masa lalu. Tapi disatu sisi Seokjin tetaplah darah dagingnya. Myung Hae benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi. Ditengah kebingungannya, sebuah getaran tiba-tiba muncul dari saku celananya. Myung Hae lantas memeriksa handphonenya dan mendapati pesan singkat yang dikirimkan oleh sang istri.

'Sayang, aku tidak bisa menjemput Jungkook tepat waktu. Tolong jemput dia menggantikan aku ya. Kau tidak sedang sibuk kan ?'

"Anda tetap tidak akan pergi Ayah Seokjin??"

"Saya... Tidak bisa pergi."

"Anda yakin, ah kalau begitu saya permisi untuk pergi sekarang. Anda bisa menunggu Seokjin disini, saya akan menyelesaikan masalahnya sesegera mungkin. Saya permisi" pamit Ibu Yoongi.

Myung Hae tidak bisa bertahan disana lebih lama lagi. Pria itu lantas beranjak. Jungkook membutuhkannya. Sementara Seokjin, ia yakin Hana akan merawatnya dengan baik. Lagi pula Seokjin tampak baik-baik saja dari apa yang baru saja ia lihat. Myung Hae pikir tidak apa-apa jika sekali lagi mengabaikan Seokjin. Selama ini ia pun selalu begitu terhadap seluruh masa lalunya. Myung Hae hanya ingin egois untuk kesekian kalinya jadi akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah sakit tanpa sempat menyapa ataupun pamit pada Seokjin.

















Hai,
Selamat membaca. Harap maklum apabila masih banyak typo hehehe 😄. Satu chapter lagi khusus buat bapak Myung Hae 😅

Salam,
Mikrokosmos0412 😺

A Thousand PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang