Chapter 27 : Cracked

97 11 2
                                    

"Bejana itu retak. Dalam kebisuannya dan ketidakberdayaannya ia mencoba membenahi diri. Menahan kebocoran yang membuatnya tak pernah terisi penuh. Sementara hanya kosonglah yang kini tertinggal"


🎐🎐🎐


Dalam kehidupan, manusia adalah makhluk yang diberikan rasa keingintahuan yang tinggi akan sesuatu. Tapi sayangnya tak semua rasa keingintahuan itu dapat membuat seseorang merasa puas maupun bahagia. Tak semua membawa kenyataan yang menyenangkan untuk diketahui. Terkadang perasaan itu justru menjebakmu jauh semakin dalam menuju sebuah fakta yang sulit diterima.

Begitu juga yang kini tengah Jungkook alami. Beberapa menit lalu ia menyesali keputusannya untuk keluar dari mobil guna menyusul Ayahnya yang masuk ke sebuah gedung apartemen. Seharusnya ia tetap di mobil. Seharusnya ia cukup bersabar karena Ayah telah berjanji bahwa ia hanya akan pergi sebentar. Tapi sekarang Jungkook malah berada disana, bersembunyi dibalik tembok sambil memperhatikan sepasang orang dewasa yang tengah berbicara serius. Salah satunya adalah sang Ayah. Sementara Jungkook tak pernah mengenal siapa perempuan dewasa yang menjadi teman Ayahnya berbicara.

"Kau tahu Myung Hae kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Kau hanya akan membuat masalah baru diatas masalah lainnya"

"Sungguh aku tidak bermaksud apa pun. Aku hanya mencoba menjadi sosok Ayah untuknya. Aku mencoba untuk dekat dengannya. Dia bahkan tidak memiliki siapa pun lagi sekarang. Dan dia justru bersikap seperti itu" Ujarnya sambil mengusak wajah frustasi.

"Kau memang bersalah. Kau harusnya menyadarinya sebelum mencoba mendekati Seokjin. Ada banyak alasan anak itu untuk membencimu. Kau seharusnya mulai dengan perlahan dan meminta maaf padanya. Bukan malah seperti tadi"

"Apa anda pikir ini juga mudah bagiku. Aku tidak tahu harus seperti apa dihadapannya. Jika sebelumnya anda memikirkan apa yang akan terjadi maka seharusnya anda tidak perlu memanggil saya kemari"

"Kau Ayahnya, maka dari itu aku memintamu datang. Kau harus tau jika dia bukan anak yang besar dengan kasih sayang. Satu-satunya yang ia miliki hanya Ibunya"

Myung Hae tak berniatan untuk memperhatikan, namun meski begitu telinganya masih cukup baik untuk mendengarkan perkataan wanita dihadapannya dengan seksama.

"Kau yang pergi menghilang lalu sekarang tiba-tiba datang dan mengatur hidupnya seakan kau telah menjadi sosok Ayah yang baik. Apa kau pikir dia akan menerimamu begitu saja. Kau seharusnya mendekatinya"

Myung Hae mengusak rambutnya kasar. Sesekali terdengar hembusan nafas gusar yang menyela diantara kekalutan yang sedang ia hadapi.

Ditempat yang sama, Jungkook tak terlihat begitu terkejut setelah mendengar beberapa frasa baru yang berkaitan dengan anak lain sang Ayah selain dirinya. Sebab semua itu hanya akan menambah fakta dan bukti mengenai rahasia besar yang selama ini tak pernah Ayahnya katakan. Jungkook tak serta merta menjadi seorang anak yang berbesar hati seperti sekarang dalam waktu yang singkat. Pada awalnya ia sempat terkejut dan merasa tak percaya. Bagaimana hubungan tanpa rahasia yang selama ini ia banggakan ternyata hanyalah sebuah gambaran palsu dari Ayahnya.

"Kau menguping pembicaraan orang dewasa !"

Jungkook yang dalam keadaan tak siap seketika langsung berjengit kaget ketika mendengar sebuah suara yang mengintrupsi dibelakangnya. Karena terkejut Jungkook yang tergesa-gesa ingin berbalik malah tanpa sengaja terjatuh dan membuat pergelangan kakinya terputar dan berakhir terkilir.

"Kau tidak apa-apa ? Dimana yang sakit ?" Ucap pemilik suara yang tak lain adalah Seokjin. Ia berjongkok disamping Jungkook berupaya memberikan pertolongan.

Jungkook yang sibuk memegangi kakinya tak memberikan respon apapun pada pertanyaan Seokjin selain ringisan dan tangis yang perlahan pecah. Terlalu sakit rupanya hanya untuk sekedar memberi tahu Seokjin.

Suara tangis yang cukup kencang itu pun turut mengundang presensi kedua orang dewasa tadi untuk berlari menuju tempat sumber suara berasal. Dari kejauhan Seokjin bisa melihat dengan jelas Myung Hae pria paruh baya yang baru saja bertengkar dengannya itu berlari tunggang langgang dengan wajah cemas, di ikuti Bibi Jung yang berlari dibelakangnya.

"SEOKJIN KAU GILA !!! KAU APAKAN ANAK KU HAH !!" Teriak Myung Hae panik sambil mendekati Jungkook yang masih terduduk dan meringis kesakitan.

"MINGGIR" lanjut Myung Hae lalu mendorong kasar tubuh Seokjin menjauh dari sisi Jungkook.

Tubuh kurus Seokjin yang tak siap seketika jatuh terduduk selepas tangan kasar pria itu mendorongnya menjauh. Bersama keterkejutan yang menguar ada perasaan sakit yang ikut menjalar memenuhi seluruh tubuhnya. Dari tempatnya, Seokjin melihat tatapan itu. Melihat bagaimana pria itu melihatnya selama ini. Mereka tidak lagi setara. Sama halnya dengan posisi pria itu memandangnya saat ini. Seokjin benci mengakuinya, tapi bukan kah ini terlalu sakit untuk ia tangani sendiri.

"Jangan sakiti anak ku. Dia tidak ada urusannya dengan masalah kita berdua Seokjin" Seru Myung Hae sambil membopong Jungkook.

"YAAAA!!! Myung Hae, apa kau gila. Kau sadar apa yang lakukan pada Seokjin" Teriak Bibi Jung sambil berlari melewati Myung Hae begitu saja untuk menghampiri Seokjin.

"Myung Hae, Seokjin anakmu. Kau pikir dia siapa ? Dia juga darah dagingmu bagaimana mungkin kau tega seperti ini terhadapnya" maki Bibi Jung pada Myung Hae.

Namun seolah tuli, Myung Hae mengabaikan semua perkataan wanita di hadapannya. Rasa cintanya pada anaknya Jungkook telah membutakan seluruh panca inderanya. Pria itu mati rasa untuk menyadari bahwa perbuatannya telah menciptakan satu kerusakan lain yang nantinya akan sulit diperbaiki.

"Jung Jae In sebagai orang yang pernah kenal cukup lama, aku pikir untuk kali ini dan seterusnya aku minta tolong padamu untuk tidak melibatkan aku lagi dengan anak ini. Apapun yang terjadi." Tegas Myung Hae, kemudian berlalu pergi begitu saja sambil membopong Jungkook bersamanya.

Selepas kepergiaan Myung Hae, tertinggalah Seokjin bersama Bibi Jung ditempat yang sama dan masih dalam posisi yang sama. Enggan beranjak seolah memaku nyaman pada tempat beralas lantai yang dingin itu.

"Seokjin..." Panggil Bibi lembut.

"Bi, bisa tinggalkan aku sendiri" Pintanya dengan suara yang terdengar sayup.

"Tapi..."

"Aku mohon" Ibanya pada sang Bibi.

Bibi Jung yang tak ingin memaksa hanya dapat beranjak menjauh. Memberi kesempatan pada Seokjin untuk memiliki waktunya sendiri. Meski tak dapat dipungkiri secuil khawatir jelas tergores di hatinya yang turut sakit melihat kemalangan Seokjin.





















Halo 👋
(Ingin cepat berakhir tapi masih bingung gimana mengakhirinya 🙀)
Selamat membaca

A Thousand PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang