Chapter 29 : I Feel Guilty

76 9 1
                                    

"Kebahagiaan milikku adalah rasa sakit yang tak terkira untuk orang lain. Dan kini atas semua yang telah ku rampas hanya dapat ku bayar dengan rasa bersalah dan kesengsaraan yang tak pernah hilang"
-Z-

🎐🎐🎐

Dalam kehidupan ada banyak jenis perasaan yang dapat seorang manusia rasakan. Perasaan yang membuat seseorang berkembang dan merasakan sesuatu. Seperti halnya perasaan gugup yang kini tengah Jungkook rasakan. Bayangkan saja betapa gugupnya Jungkook yang sudah bertahan beberapa lama berdiri di depan sebuah pintu apartemen yang masih tertutup. Tak berani beranjak apa lagi untuk sekedar mengetuk atau menekan bel pintu yang tersedia.

Berbagai kemungkinan yang ada membuatnya berulang kali berpikir apakah ia akan berakhir kecewa atau lebih parahnya lagi terusir oleh sang pemilik rumah. Tapi sangat sayang untuk berlalu pergi begitu saja sebab untuk mengumpulkan keberanian bolos dari sekolah dan pergi ke tempat ini saja sudah membuatnya pusing.

Dan karena ia berpikir inilah satu-satunya kesempatan yang baik untuk bertemu terutama untuk meminta maaf, akhirnya dengan keberanian yang dikumpulkan paksa Jungkook menekan bel apartemen. Lebih sopan pikirnya ketimbang harus mengetuk pintu.

Satu kali. Tidak terdengar ada respon apapun.

Dua kali. Hasilnya tetap nihil.

Namun dikali yang ketiga, Jungkook dapat mendengar dari balik pintu suara berisik seseorang yang berupaya membuka pintu. Jelas Jungkook sedikit memundurkan tubuhnya untuk sekedar memberi jarak. Dan dibalik pintu yang terbuka itu, Jungkook dapat melihat presensi Seokjin tengah menatapnya dengan wajah yang tak berekspresi sama sekali.

Nyaris saja Jungkook pikir jika dirinya akan diusir. Tapi ternyata tanpa disangka sang pemilik rumah justru mempersilahkannya masuk.

"Masuk" Undang Seokjin sambil menggeser tubuhnya untuk memberi kode pada Jungkook agar lekas masuk.

Jungkook yang kikuk hampir melakukan hal konyol mana kala kakinya tersandung ketika hendak berusaha melepaskan sepatunya. Untung Seokjin tanggap dan menahan tubuh Jungkook yang hampir limbung.

"Hati-hati, kau bisa terkilir jika ceroboh seperti itu. Ngomong-ngomong apa Kau kemari dengan Ayahmu ?" Selidik Seokjin pada Jungkook.

Jungkook tak menjawab dan hanya memberikan gelengan sebagai sebuah jawaban atas pertanyaan Seokjin padanya. Setelahnya Jungkook hanya mengekori Seokjin dan duduk dimana pun ia bisa duduk dirumah itu.

"Hyung... eummm maaf tapi bukankah dia juga Ayahmu. Kenapa kau hanya bilang jika dia Ayahku saja ?" Tanya Jungkook dengan wajah polos. Sebenarnya kentara terlihat gugup tapi berupaya dengan keras untuk menutupi dan memberanikan diri membuka percakapan.

"Kau tahu semuanya ?" Tanya Seokjin.

"Ya, aku sudah tahu. Hyung adalah saudara ku kan. Anak Ayah sekaligus Hyungku" Cicit Jungkook gugup sambil membuang tatapannya dari Seokjin.

Seokjin hanya memasang wajah datarnya. Bukan karena ia tak suka atau benci pada Jungkook. Hanya saja reaksi anak itu jauh dari kata terkejut meski tahu kenyataan bahwa mereka berdua adalah saudara. Seokjin berharap anak ini tak menyukainya. Jadi untuk kedepannya ia bisa terus membenci untuk alasan yang jelas. Tapi yang terlihat justru tidak seperti itu.

"Hyung kau tidak membenciku ?" Tanya Jungkook berusaha memberanikan diri. Pertanyaan yang kedengarannya tabu tapi sering kali membuat Jungkook penasaran akan jawabannya.

Sementara itu Seokjin hanya dapat menampilkan reaksi yang tampak sedikit terkejut. Namun ia tetap mencoba menutupinya dengan memberikan sebuah pertanyaan lain pada Jungkook. "Kenapa bertanya seperti itu ?" tanya Seokjin heran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Thousand PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang