In life, there are things you don't want to continue, but you are too afraid to end.
🎐🎐🎐
Seokjin berlari kebingungan mencari keberadaan Yoongi seusai mendengar kabar jika anak itu diseret oleh dua orang tak dikenal di depan gerbang sekolah. Langkah kakinya berpacu dengan cepat menapaki setiap jalan dengan mata yang tak berhenti menelisik kesekitar. Beberapa gang sempit ia singgahi, berharap setidaknya dapat menemukan Yoongi disekitar sana.
Seokjin paham dengan popularitas Yoongi yang mungkin saja memiliki banyak penggemar dan disukai. Tapi dari semua hal tidak menutup kemungkinan juga ada beberapa diantaranya yang tidak menyukai Yoongi. Buktinya sekarang, Yoongi justru diseret oleh dua orang laki-laki jauh dari sekolah. Sehingga menimbulkan kehebohan sebab menjadi tontonan banyak pasang mata.
Sebenarnya Seokjin tak terlalu suka berasumsi, tapi kali ini hanya satu kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Dua orang itu bisa saja bertindak jauh terhadap Yoongi. Apalagi anak itu juga tidak bisa mengontrol mulutnya dan berulang kali berkata kasar dan merendahkan orang lain sesuka hati. Jika berhadapan tidak akan ada kata penyelesaian baik-baik diantara mereka.
Mungkin itu juga alasan mengapa Seokjin dengan suka rela berlari untuk mencari Yoongi. Padahal tak ada alasan jelas untuknya sehingga harus peduli pada urusan orang lain. Mereka tidak terikat tapi Seokjin merasa harus menolong Yoongi. Jadi disinilah ia, berlarian kesana kemari mencari Yoongi.
Ini kali pertamanya menemui Yoongi lagi, setelah beberapa hari memilih menghindar karena permasalahan tempo hari. Alih-alih bertemu dengan Yoongi, Seokjin justru mendapati dirinya yang harus berkeliling dan tentu saja berakhir membolos karena mencari keberadaan Yoongi.
Pacuan langkah Seokjin kembali membawanya berhenti di sebuah gang yang sepi. Disana Seokjin akhirnya dengan jelas menangkap presensi Yoongi yang terkepung di tengah dua orang laki-laki yang tampak sebaya. Mereka menyudutkan Yoongi. Tapi seperti biasa, Yoongi bukanlah orang-orang yang akan menciut karena takut. Masalah adalah nama tengahnya jadi Yoongi mungkin akan biasa saja menghadapi dua orang itu.
Meski begitu, Seokjin tetap tak bisa membiarkan suatu hal yang lebih jauh dan tak terkendali terjadi diantara ketiga orang itu. Belum sempat menghampiri, Seokjin mendapati salah satu dari anak laki-laki itu memegang sebuah pisau. Sebelum benar-benar hendak mengayunkan pisaunya, Seokjin buru-buru berlari dan menahan tangan anak laki-laki itu.
"Yak... Kau siapa huh" teriaknya marah.
Seokjin tak menjawab dan menghempas tangan anak itu kasar.
"Oi kenapa kau ada disini bodoh" dibelakang Yoongi berbicara pada Seokjin dengan nada terkejut.
Seokjin jelas mengabaikan Yoongi.
"Aku tidak tahu apa urusan kalian dengan anak ini, tapi tolong jangan melakukan kekerasan apapun" seru Seokjin memberi pengertian.
Kedua anak laki-laki itu kontan menatap Seokjin nyalang. Sangat kentara menunjukkan amarahnya.
"Kau siapa ikut campur ? Kau teman bajingan itu huh"
"Bajingan siapa yang kau sebut bajingan dasar bajingan" seru Yoongi kesal.
"Jika kalian memang memiliki dendam dengan anak ini, tolong bicarakan dan selesaikan saja dengan cara baik-baik. Tidak perlu dengan menggunakan senjata tajam atau sejenisnya. Dan ku pikir kita sepertinya seumuran" ujar Seokjin.
"Kalian berdua mau mati huh" teriak anak laki-laki itu emosi.
Seokjin tidak mengindahkan pertanyaan mereka. Lantas lekas menarik tangan Yoongi untuk berlalu pergi.
"Ya!!! kau bajingan sialan, benar-benar membuat aku kesal" salah satu dari anak laki-laki itu mengambil potongan besi dan langsung menghantamkannya ke kepala Seokjin.
'BRUGH!!!'
"SEOKJINNNN!!!!" teriak Yoongi.
Seokjin berusaha bertahan. Tetapi rasa pening yang menjalar dibelakang kepalanya terasa menyiksa. Kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya. Seokjin lantas rebah begitu saja. Sementara itu karena ketakutan dua anak laki-laki itu langsung berlari kabur meninggalkan Seokjin dan Yoongi begitu saja.
"Yaaaaaaa!!!! Sialan... Bajingan sialan kalian mau pergi kemana ???" Yoongi berteriak kencang melihat kedua orang itu berlari meninggalkan mereka.
Yoongi dilema, ia ingin pergi mengejar kedua bajingan gila itu tapi disatu sisi ia tidak bisa meninggalkan Seokjin dengan keadaan seperti ini. Yoongi benar-benar frustasi sekarang.
"Lihat aku Seokjin" ujar Yoongi sambil memegangi belakang kepala Seokjin yang penuh darah.
"Seokjin lihat aku, kau akan baik-baik saja. Teruslah bernapas"
Yoongi mencoba memberikan arahan pada Seokjin agar tetap menarik dan menghembuskan napasnya dengan perlahan untuk menjaga kesadarannya. Sementara Seokjin hanya menatap Yoongi dengan tatapan nanar sembari sesekali berkedip pelan.
"Kau akan baik-baik saja. Aku akan segera mencari bantuan untuk menyelamatkanmu. Kau tidak boleh mati karena aku" lirih Yoongi yang perlahan mulai berderai air mata.
"Kau..." Seokjin memberi jeda sembari mencoba menahan rasa sakit. Sebuah ringisan kecil terdengar mana kala Seokjin berusaha menahan rasa nyeri akibat luka pukul dibelakang kepalanya.
"Apa kau tahu... Aku..."
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Seokjin perlahan kehilangan kesadaran dan menutup mata.
Yoongi sontak panik. Berupaya memukul pelan pipi Seokjin untuk mencoba kembali membangunkannya.
"Seokjin... Hei Seokjin... Jangan memejamkan matamu. Bangun Seokjin kau harus tetap sadar"
Tak ada respon apapun. Mengetahui itu Yoongi jadi semakin takut. Mencoba mencari pertolongan lebih cepat, tapi tak ada satu orang pun yang dapat mendengarnya bahkan setelah ia berteriak.
"Aku harus apa... " Ujar Yoongi panik.
"Sial kenapa darahnya tidak mau berhenti juga" Yoongi terus menekan belakang kepala Seokjin. Berharap dapat menutupi dan menghentikan pedarahan pada lukanya.
Yoongi tak bisa banyak bergerak, tangannya yang harus menekan luka membatasinya dalam bergerak. Tapi Yoongi juga sadar tak ada banyak harapan jika terus menunggu seseorang yang bisa ia mintai pertolongan. Sial karena mereka terjebak di gang kecil seperti ini. Jalan satu-satunya Yoongi harus membopong Seokjin. Yoongi tak ingin Seokjin mati kehabisan darah. Ia tak ingin anak ini mati sia-sia.
"Sial kenapa jadi seperti ini. Darahnya banyak sekali" panik Yoongi.
Seokjin tak bergerak. Wajahnya kini terlihat pucat. Yoongi semakin kehilangan akal sehat kala mendapati tangan Seokjin yang terasa dingin. Tanpa pikir panjang Yoongi segera membopong Seokjin di punggungnya. Jantungnya berdegup kencang, perasaan sudah jelas tidak karuan. Yoongi hanya punya satu tujuan rumah sakit. Seokjin harus segera kesana bagaimanapun caranya.
"Sial... sial... sial. Kumohon jangan mati Kim Seokjin... Jangan mati...." Seru Yoongi membopong Seokjin sambil setengah berlari.
Hai,
Up lagi, tapi mungkin rasanya bakalan beda hehehe. Feel ceritanya udah ilang kayaknya. Beberapa waktu kebelakang lagi terjebak di waktu yang berat. Jadi maaf kalo banyak typo dan lain hal yang masih kurang. Selamat membaca bagi yang masih membaca cerita ini hehehe.Salam,
Mikrokosmos0412 😺
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Pieces
FanfictionSeokjin bukannya tidak ingin merasakan yang namanya bahagia. Tapi jujur saja ia tidak bisa. Bukan karena tidak mampu meraih, melainkan karena ia merasa jika dirinya tak pernah pantas bahagia. Ribuan potong kenangan menyakitkan membawanya pada kenya...