"In the end, I think this is the end. I have to accept it now because I tried so hard. It must be really hard. It won't be easy. I will let you go"
-Haru-🎐🎐🎐
Sore itu di beranda teras rumah yang sejuk sehabis diguyur hujan ringan, Myung Hae memandang jauh ke langit senja sembari menyesap secangkir teh ditangannya. Menyeruput beberapa kali lantas meletakkannya kembali ketempat di mana sebelumnya cangkir itu berada. Dalam senyap, kenangan yang tiba-tiba muncul membawanya kembali pada kejadian tempo hari. Masih sedikit kurang percaya jika anak yang kemarin terlibat masalah dengannya adalah Seokjin. Anak laki-laki pertamanya bersama Hana.
Mengingat Seokjin tak bisa membuatnya tidak ikut mengingat Hana. Myung Hae masih ingat jika wanita itu pernah menjadi cinta pertamanya. Seperti penampilan semua cinta yang lain, Myung Hae pernah mencintai Hana sedalam itu. Pria itu pernah sangat menyukai sosok Hana yang sering tersenyum atau banyak hal-hal kecil lainnya.
Setelah menikah dengan Hana, cinta mereka semakin hidup. Myung Hae semakin mencintai Hana dan berusaha untuk selalu membuatnya tersenyum. Tapi seiring berjalannya waktu situasi berubah. Situasi sulit di perusahaan kala itu mau tak mau membuat Myung Hae harus bekerja lebih keras dari biasanya.
'Hoi, Myung Hae apakah kamu menceritakan situasi kita ke istrimu ?'
'Mana mungkin pria sepertinya akan menceritakan itu pada istrinya. Aku rasa istrinya juga tidak akan mengerti'
Myung Hae hanya mendengarkan saja sambil terus meneguk minumannya.
Myung Hae ingat, ia tidak pernah menceritakan masalah itu pada Hana. Dirinya sedang dalam keadaan kritis dan lelah lalu bagaimana ia harus menyampaikan hal itu pada Hana. Ia tidak bisa membayangkannya sama sekali. Lama kelamaan Myung Hae bosan. Permasalahan mereka adalah Hana yang tidak pernah berubah sama sekali sedangkan dirinya berubah.
'Halo, kita sudah selesai kamu dimana ? Disini Hujan dengan deras bisa tolong jemput dan sekalian bawakan payung juga'
Saat itu, kalau Myung Hae masih pria yang dulu maka dia pasti akan langsung menjemput, tetapi perlahan ia mulai berubah dan memberi banyak penolakan. Bahkan ada jeda dimana ia meminta waktu untuk sendiri. Setelah itu ia tak pernah pulang kerumahnya. Meninggalkan Hana dan Seokjin dengan perasaan bersalah yang berangsur-angsur menghilang.
'Untuk saat ini aku akan sangat sibuk di perusahaan'
Di tengah pelariannya, Myung Hae bertemu dengan seorang wanita. Awalnya mereka hanyalah rekan kerja satu tim setelah wanita itu menjadi perwakilan pertukaran karyawan. Waktu berjalan dan mereka mulai saling mengenal lebih dekat.
'Aku berterima kasih karena aku bisa bekerja dan menghasilkan uang sehingga bisa membantu keluargaku. Semua keluargaku rela menderita, agar aku bisa kuliah. Aku harus membantu mereka'
'Anda kuat sekali'
'Tentu saja aku harus kuat agar bisa bertahan hidup'
Myung Hae ingat kala itu sehabis mendengar wanita itu bicara dirinya tanpa sadar tersenyum.
'Ternyata kamu bisa tersenyum juga'
Myung Hae menyukai wanita itu. Dirinya bahkan bisa tersenyum lebih baik ketimbang waktu-waktunya yang telah berlalu selama pelariannya. Perasaan itu akhirnya tumbuh menjadi sebuah tindakan.
Tapi tiba-tiba ada satu masa dimana wanita itu menghilang tanpa jejak. Perasaan yang tak bisa dikendalikan ini membuat Myung Hae mencari seperti orang gila. Dan setelah berhasil menemukannya ternyata wanita itu sedang hamil.
'Kenapa kamu tidak bilang'
'Aku tidak akan meminta kamu untuk bertanggung jawab. Aku yang akan membesarkannya sendiri'
'Apa yang kamu katakan ?'
'Aku tahu anak ini adalah anak yang tidak boleh dilahirkan'
'Anak yang tidak boleh dilahirkan katamu. Kenapa kamu berkata seperti itu'
Saat itu Myung Hae akhirnya memastikan perasaannya. Mengakui jika ia telah mencintai wanita itu dan tak sanggup kehilangannya. Dia telah membuat semua orang tidak bahagia. Myung Hae lantas menyerahkan semua asetnya. Meski dia tahu bahwa tindakannya adalah sikap pengecut demi kebahagiaannya sendiri. Tapi Myung Hae tidak bisa mencintai Hana lagi.
Myung Hae tidak mau memikirkan Hana lagi. Meski begitu terkadang ia merasa sedih ketika mengingat bahwa kebahagian dirinya adalah kemalangan untuk Hana.
"Sayang kau melamun"
Suara lembut yang terdengar serta belaian tangan hangat yang terasa di pipi Myung Hae membuatnya lekas menoleh dan mendapati Soo Jin istrinya yang paling ia cintai. Wanita inilah dunianya sekarang.
"Kau memikirkan apa huh sampai melamun seperti itu" ujar Soo Jin
Myung Hae menggeleng. Dengan cepat menarik tubuh wanita itu masuk ke dalam dekapannya.
"Ya kau ini kenapa ?" seru Soo Jin.
"Aku mencintaimu" Myung Hae mengecup puncak kepala Soo Jin lembut.
Wanita itu tampak kikuk dan hanya merespon dengan rona pipi yang terlihat memerah malu.
"Aku juga sangat mencintaimu" cicitnya pelan.
Myung Hae lantas mengeratkan pelukannya. Dirinya akan selalu berusaha yang terbaik untuk menjaga semua miliknya sekarang. Melupakan semua yang pernah terjadi dan seluruh masa lalunya termasuk Hana. Dia tetap merasa bersalah tapi Hana mungkin sekarang telah menjadi seperti angin yang mengalir di sela-sela ingatannya dan menghilang.
"Ngomong-ngomong dimana Jungkook ? Aku tidak melihatnya dari tadi" tanya Soo jin.
"Aku menyuruhnya istirahat dikamar" kilah Myung Hae.
Pada kenyataannya Myung Hae habis terlibat sedikit perdebatan dengan Jungkook. Sebab sedari sampai dirumah anak itu tak pernah berhenti membicarakan Seokjin. Sementara dirinya sendiri berusaha mempertanyakan kelakukan Jungkook yang tiba-tiba membolos. Perdebatan berakhir dengan Myung Hae sebagai pemenang. Pria itu menyuruh Jungkook untuk pergi ke kamar dan istirahat sembari memikirkan ulang kesalahannya.
Sementara itu untuk kasus Seokjin, Myung Hae rasa Hana sudah lebih dari cukup untuk dapat menjadi satu-satunya orang tua bagi Seokjin. Hana wanita yang kuat dan sangat menyayangi Seokjin. Mereka pasti hidup bahagia meski tanpanya. Meski demikian Myung Hae hanya penasaran mengapa waktu itu Jungkook bisa bersama Seokjin. Dia mungkin tak tahu maksud apa dibaliknya tapi Myung Hae tidak akan rela ada yang menggangu keluarganya sekarang. Myung Hae akan menjaga semuanya terutama anaknya Jungkook.
Halo,
Selamat membaca semuanya
Salam
Mikrokosmos0412
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Pieces
FanficSeokjin bukannya tidak ingin merasakan yang namanya bahagia. Tapi jujur saja ia tidak bisa. Bukan karena tidak mampu meraih, melainkan karena ia merasa jika dirinya tak pernah pantas bahagia. Ribuan potong kenangan menyakitkan membawanya pada kenya...