"Sometimes, you have to do what's best for you and your life, not what's best for someone else"
-Unknown-🎐🎐🎐
Sepasang kaki nampak bergerak dengan tergesah menapaki koridor kelas yang sepi. Menimbulkan sedikit suara bising akibat benturan antara alas kaki dan lantai beralas keramik. Dengan napas yang terengah menahan lelah akibat berlari. Segera saja diulurkannya tangan untuk menggeser pintu lalu masuk dengan tak kalah cepat.
'BRAAK'
Suara tarikan pintu menggema dengan lantang. Membuat si pelaku tak kalah terkejut karena mendapati begitu banyak atensi yang ditujukan padanya. Seokjin dengan rautnya yang kelewat datar hanya dapat membungkuk hormat. Tatkala sehabis keterkejutannya ditatap begitu banyak pasang mata. Ternyata didepan kelas sudah berdiri guru mata pelajaran yang ikut menatapnya heran.
"Oh Kim Seokjin, kau darimana ? Jam berapa ini ? Kenapa kau bisa telat?"
Seokjin jelas tak cukup berani memberi banyak alasan. Mana mungkin juga ia harus bilang jika alasannya telat karena adu argumen dengan Min Yoongi yang dengan seenak jidat memintanya untuk jadi asisten. Dan dengan penuh rasa hormat ia hanya membungkuk guna meminta maaf kepada sang guru yang masih menatapnya.
"Hmm karena kau murid yang paling jarang telat maka kali ini akan saya biarkan kau ikut pelajaran saya. Tapi jika sekali lagi terjadi, maaf tapi kau akan saya keluarkan. Mengerti ?"
Seokjin menganggukan kepalanya paham.
"Silahkan duduklah"
Untuk ketiga kalinya, Seokjin kembali membungkuk hormat.
"Terima kasih Pak"
Lalu langkah kaki Seokjin segera membawanya ke tempat duduknya yang ada dibarisan paling akhir. Sudut ternyaman yang dekat dengan jendela kaca dan langsung menghadap pemandangan taman sekolah.
Pelajaran pun kembali dimulai. Sejenak keheningan menguar memenuhi kelas. Semua siswa nampak fokus pada tiap penjelasan yang tengah dipaparkan guru mata pelajaran didepan kelas. Tapi jujur saja tak sekali dua kali Seokjin menangkap banyak suara bisik-bisik ditengah kesunyian.
Anak-anak yang mulai bosan biasanya akan selalu begitu. Mencari celah lalu berbisik sana sini dan mulai bergosip. Pelajaran bukanlah satu-satunya hal yang harus di fokuskan ketika berada dikelas. Sebab masih ada gosip yang tak kalah penting dan tak boleh terlewatkan sedikitpun.
'Ku dengar Min Yoongi sudah masuk sekolah hari ini'
'Dia memang masuk, aku tadi tak sengaja melihat sipucat itu turun dari mobil'
'Aku pikir dia sudah sekarat'
'Kau tau aku tadi juga melihat Min Yoongi berbicara dengan Kim Seokjin. Apa mungkin mereka berteman'
Seokjin sebenarnya tak terlalu ingin peduli pada gosip. Tapi jangan salahkan dirinya jika sedari tadi bisa menangkap dengan jelas topik perbincangan teman sekelasnya mengenai Min Yoongi. Salahkan saja si penggosip itu yang berbicara dengan suara yang bukan lagi kategori berbisik.
Seokjin bukanlah sesuatu dan tidak terlalu tertarik juga menjadi sesuatu. Ia hanya ingin hidup seperti hidupnya yang sekarang. Dan berkat seorang Min Yoongi hari ini, untuk pertama kalinya ia harus merelakan namanya terseret dalam bahan gosip teman-teman dikelasnya.
Bertepatan dengan suasana kelas yang mulai tidak kondusif. Suara bel tanda berakhirnya jam pelajaran pertama pun berbunyi dengan nyaring. Pak guru pun lekas membenahi barangnya, mengakhiri sesi pembelajaran dan segera pergi meninggalkan kelas.
Kemudian yang terjadi setelah itu hanya begitu banyaknya keriuhan dari mulut-mulut pedas penghuni kelas yang asik bergosip. Tepatnya menggosipi satu orang yang sama, Min Yoongi.
'Min Yoongi ini....'
'Min Yoongi itu....'
Semakin liar saja pembicaraan mereka jika saja tak secara tiba-tiba si pemilik nama yang sedang dibicarakan masuk kedalam kelas. Jelas suara riuh tadi langsung hilang tertelan sunyi. Tergugu seisi kelas memandangi presensi Yoongi yang masih terlihat sama pucatnya seperti biasa.
"Hai Yoongi apa kabar ? Kau sudah lama tidak sekolah, Apa kau sudah sembuh?"
Salah satu siswa menyapa Yoongi dengan kembangan senyum yang terlihat sangat bersahabat dan juga hangat.
Tapi Min Yoongi yang ditanya justru diam tak menanggapi sapaan basi dari temannya. Lalu memilih melangkah dan segera melasakkan bokongnya untuk duduk di bangku kosong yang berada tepat disebelah Seokjin.
"Kau ini sudah kubilang bukan kau itu asistenku, kenapa meninggalkan aku dan tak membawa tasku"
Yoongi menatap Seokjin yang terdiam dengan raut keheranan. Di momen itulah akhirnya Yoongi bisa tahu nama Seokjin setelah membaca name tag tanda pengenal si pemuda dingin ini.
"Hei Kim Seokjin, kau jangan diam begitu. Bisa-bisa kau kerasukan"
"Hei Yoongi kau jangan mulai lagi, dengan seenaknya menjadikan setiap orang sebagai asisten yang bisa kau suruh sesuka hatimu. Kau ini egois sekali"
Celetuk seorang siswa yang langsung dihadiahi tatapan tak suka dari Yoongi.
"Tutup mulut mu sampah"
"Sampah? Kau yang sampah, dasar aneh"
"Sampah yang tak mengakui dirinya sampah. Setidaknya kalaupun aku aneh, hidupku masih lebih bermanfaat dibanding hidupmu"
Nyalang Yoongi penuh dengan amarah. Egois mungkin memang cocok jadi nama tengahnya. Tapi tentu saja ia tetap tak suka dikatai oleh orang-orang munafik sedemikian rupa. Seolah ia yang paling bersalah.
Lain cerita dengan Yoongi yang membentak marah. Yang ditegur justru kalap melayangkan tinju karena tersulut emosi yang membumbung. Bogeman mentah langsung mendarat tepat mengenai batang hidung si pucat. Hingga tak lama mengeluarkan darah dan membuat si pemilik hidung jatuh terjerembab pingsan.
Jika saja tak ada tangan yang menahan mungkin siswa itu akan terus memukul Yoongi dengan kalap. Meski pun tahu Yoongi tak akan mungkin melawan. Bagaimanapun amarah pasti akan membutakan seseorang.
Di ikuti dengan terjatuhnya Yoongi. Teriakan histeris dari para siswi menggema memenuhi seisi ruangan. Mengetuk gendang telinga, seakan mengancam keselamatan. Disisi lain si anak yang bertengkar dengan Yoongi tadi merubah raut yang tadinya penuh amarah menjadi raut yang penuh kecemasan. Membawa warna pucat yang sangat jelas menghiasi wajahnya.
Sementara yang lain berbisik cemas dan hanya berdiri tegak seperti orang idiot. Seokjin justru datang membantu membopong tubuh Yoongi dan segera berlari menuju UKS meninggalkan sekumpulan orang idiot yang masih merenung.
Hai lagi 😌
Karena beberapa alasan saya memutuskan untuk mempublis beberapa chapter cerita hari ini. Terima kasih pada pembaca yang berkenan untuk mampir dan membaca. Dimohon kesediaannya memberi vote dan komen yang membangun. Maaf juga jika ceritanya kurang menarik dan banyak typo. Saya masih penulis amatir. Terima kasih 😺Salam,
Mikrokosmos0412
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Pieces
FanficSeokjin bukannya tidak ingin merasakan yang namanya bahagia. Tapi jujur saja ia tidak bisa. Bukan karena tidak mampu meraih, melainkan karena ia merasa jika dirinya tak pernah pantas bahagia. Ribuan potong kenangan menyakitkan membawanya pada kenya...