Chapter 23 : First summer

91 20 1
                                    

"Kita akan melewati musim panas bersama-sama. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi"
-TL-

🎐🎐🎐

Sepanjang tahun Seokjin tidak pernah merasakan musim panas semenyenangkan ini. Dulu setiap musim yang datang hanya akan berlalu seperti musim dingin. Tidak ada satu momenpun yang membuatnya berarti. Tapi kali ini benar-benar berbeda. Dua bulan berlalu sejak Ibu dan dirinya berdamai pada keadaan. Hari-hari yang ia jalani terasa sungguh berwarna dan sangat berarti.

Seokjin tidak bisa menutupi raut bahagianya setiap kali berjalan menuju kerumah baik sepulang sekolah maupun ketika pulang dari tempatnya bekerja. Rumah yang dulu selalu ia hindari kini menjadi satu-satunya tempat yang tak ingin ia tinggalkan meski sejenak. Sepanjang hari, Seokjin ingin tersenyum seperti ini sepanjang hari. Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini atau bahkan hari yang akan datang. Asalkan itu terus bersama Ibu.

Ada satu hal yang juga turut berubah dalam keseharian Seokjin. Selain banyak tersenyum ia kini juga lebih sering berbelanja kebutuhan. Seperti kali ini, Seokjin dengan tangan penuh menenteng banyak sekali kantung belanjaan dikedua tangannya. Itu semua adalah barang-barang belanjaan titipan Ibu. Setiap hari Ibu selalu berjanji akan memasakannya banyak makanan yang enak untuknya. Dan untuk itu Seokjin akan selalu siap untuk berbelanja apa pun yang dibutuhkan oleh Ibu.

Sampai di depan pintu rumah Seokjin yang membawa begitu banyak kantung belanjaan ditangannya terlihat agak sedikit kepayahan. Ia terus berupaya memutar kenop pintu.

'CKLEK!!'

Saat pintu terbuka Seokjin buru-buru masuk.

"Aku pulang!!!"

Mendengar suara Seokjin membuat Ibu yang nampak masih menggunakan apron bergegas datang menghampiri Seokjin. "Oh kau sudah pulang. Kenapa tidak memanggil Ibu untuk membukakan pintu. Lihat kau belanja sebanyak itu. Kau pasti kesulitan"

Seokjin hanya tersenyum. "Tidak. Hanya berbelanja seperti ini tidak membuat aku kesulitan jadi Ibu tidak usah khawatir" jelas Seokjin.

"Maaf Ibu menyulitkanmu" sesal Ibu.

"Kenapa meminta maaf. Aku senang jika Ibu membutuhkanku. Aku akan berbelanja seperti ini setiap hari asalkan Ibu terus membuatkan aku masakan yang enak" ujar Seokjin sambil tersenyum.

Ibu hanya membalas Seokjin dengan senyuman.

"Aku mencium bau masakan yang enak. Apa itu sedang memasak sesuatu ?" Tanya Seokjin penasaran sambil menghirup aroma yang menguar di seisi ruangan.

"Owh astaga, Ibu meninggalkan masakannya" Ibu berlari panik ke arah dapur diikuti Seokjin yang membuntutinya dari belakang.

Seokjin meletakkan seluruh barang belanjaannya di atas meja dapur. Nampak sedikit terhibur karena melihat Ibu yang terlihat sibuk menggerakkan tangan dan tubuhnya kesana kemari mengurus masakannya yang sempat ia tinggalkan. Pada dasarnya tidak ada yang lucu dengan apa yang sedang dilakukan Ibu. Hanya saja Seokjin sangat jarang melihat hal seperti ini. Ibu sudah sangat lama tidak pernah sesibuk ini memasak dan rasanya sangat lucu ketika melihat Ibu yang panik. Seokjin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dirinya terus tersenyum sampai tidak menyadari jika Ibu kini sedang melihat kearahnya dengan raut wajah cemberut.

"Eoh lihat anak ini. Kenapa tersenyum seperti itu saat melihat Ibu. Kau menertawai Ibu ya" ucap Ibu kesal sambil memanyunkan bibir.

Seokjin tersenyum kikuk saat menyadari bahwa ia sudah tertangkap basah.

"Ibu benar. Ternyata kau memang menertawai Ibu ya"

Seokjin cepat menggeleng menolak semua prasangka yang Ibu berikan padanya. "Tidak aku tidak menertawai Ibu. Hanya saja Ibu benar-benar terlihat sangat sibuk dan begitu lincah. Aku hanya senang bisa melihat Ibu seperti ini" jelas Seokjin.

"Kau tidak sedang mencoba berbohongkan?" Selidik Ibu.

"Tidak. Sungguh aku tidak bohong. Tolong jangan marah, aku janji tidak akan seperti itu lagi jika Ibu tidak menyukainya" seru Seokjin panik dan penuh penyesalan.

Melihat respon yang diberikan Seokjin agaknya membuat Ibu merasa bersalah. Seokjin terlihat menyesal. Padahal niat hati hanya ingin sedikit menggoda Seokjin. Siapa sangka respon yang didapat malah terlihat buruk. Sebelum semakin merasa bersalah Ibu buru-buru meluruskan keadaan.

"Hahaha... Jangan terlalu serius. Maaf Ibu jadi membuatmu canggung dan merasa bersalah. Ibu tahu kau hanya bercanda" Ibu mengelus pelan puncak kepala Seokjin yang masih tertunduk lesu.

"Bercanda Ibu tidak lucu ya. Maaf Ibu memang sangat kaku. Pasti kau takut melihat wajah Ibu tadi"

Seokjin menggeleng. "Tidak apa, aku juga bersalah"

Ibu tersenyum hangat menatap Seokjin. "Kau tidak berubah. Jika seperti ini kau selalu tampak menggemaskan dimata Ibu"

Seokjin mengangkat kepalanya. Membiarkan matanya dan mata Ibu saling bertatapan satu sama lain lalu tersenyum manis setelahnya.

"Ibu apakah Ibu sudah selesai memasak. Aku lapar" rengek Seokjin.

"Eum kau mau mencicipi masakan Ibu sekarang"

Seokjin mengangguk semangat. "Tentu"

Melihat semangat Seokjin untuk mencicipi masakannya. Ibu bergegas menyiapkan semua keperluan makan mereka berdua.

"Ah Seokjin sebelum Ibu lupa minggu depan tolong jangan berbelanja sendirian ya. Ibu akan ikut bersama denganmu berbelanja" ungkap Ibu sambil meletakkan perlengkapan makan mereka.

"Ibu ingin ikut berbelanja. Kenapa ?" Tanya Seokjin penasaran.

"Ibu ingin membeli bahan-bahan masakan dan memilihnya sendiri"

"Kenapa ? Apa aku salah membeli bahan ?"

"Tidak bukan begitu. Kau selalu baik dalam berbelanja. Tapi untuk kali ini Ibu ingin pergi bersamamu dan memilihnya sendiri. Karena Ibu ingin memberikan masakan yang spesial untuk putra Ibu" jelas Ibu.

"Masakan spesial ?"

"Eum" jawab Ibu diikuti senyum yang merekah setelahnya.

"Terima kasih" Seokjin beranjak dari tempat duduknya, sedikit berlari menghampiri Ibu dan memeluknya dengan erat

"Tentu. Kuharap nanti putra Ibu akan menyukai masakan spesial yang Ibu buatkan untukmu. Tapi untuk sekarang kita makan masakan ini dulu. Ibu sudah lapar" Ibu melepaskan pelukannya lalu mendorong Seokjin untuk kembali ketempatnya duduk dan segera memulai acara makan mereka.

Disela kegiatan makannya Seokjin hanya berharap hal-hal bahagia yang kini ia rasakan akan terus bertahan. Untuknya musim panas kali ini adalah musim panas terbaik. Sebab musim panas kali ini ia jalani bersama Ibu yang sangat ia sayangi. Untuk pertama kalinya dalam hidup ia berharap pada Tuhan agar musim panas kali ini jangan cepat berlalu.






















Hai,
Ceritanya pendek banget dan kayaknya banyak typo. Mohon dimaklumi. Selamat membaca 😩

Salam
Mikrokosmos0412 😺

A Thousand PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang