"Kata orang di balik mendung akan selalu ada cahaya yang mencerahkan hari. Tapi mendung milik ku hanya tentang kesepian yang kelam dan suram. Aku sudah tak punya harapan"
-F-🎐🎐🎐
Hari ini cuaca agaknya terlalu berawan untuk bisa membuat seseorang merasa kepanasan saat menikmati waktu santai di luar ruangan. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk sebagian orang karena Yoongi justru tak merasa demikian. Cuaca mungkin cukup teduh tapi dirinya merasa panas sebab harus berjalan bersama Namjoon disepanjang perjalanan menuju kerumah Seokjin.
Yoongi benci orang ini, mengikuti dirinya seperti penguntit dengan mulut berisik yang rasanya ingin Yoongi pukul agar diam. Mereka tidak dekat, lebih pas jika mereka dibilang sebagai orang yang tidak pernah akur. Tapi Namjoon selalu punya cara yang menyebalkan untuk dapat mendekat pada Seokjin. Dan salah satu caranya adalah menguntit Yoongi. Memang tidak tahu malu pikirnya.
"Aaaarggghh sial, bisa tidak kau berhenti mengikuti ku Namjoon. Kenapa juga aku harus terjebak bersamamu." teriak Yoongi geram karena sedari tadi telah menghabiskan waktunya berjalan dengan Namjoon. Mereka tidak akur dan mengapa pula Yoongi malah harus terjebak bersama dengan anak menyebalkan ini.
"Sssshh ... Diam dan terus jalan saja" seru Namjoon sembari membuat gestur menutup mulutnya dengan satu jari.
"Kau berisik sekali tahu tidak" lanjut Namjoon dengan wajah tanpa bersalah.
Yoongi mendengar ucapan Namjoon melirik sinis. Jika bukan karena satu alasan, Yoongi mungkin enggan bersama Namjoon. Tapi sayangnya nasib sial ternyata benar-benar melingkupi dirinya. Namjoon dan alasannya kini bersama adalah karena permintaan Ibu yang tidak memperbolehkannya keluar sendirian karena ia yang baru saja keluar rumah sakit. Entah darimana dan kapan Ibu punya nomor Namjoon. Tapi hanya satu yang ia yakin mungkin itu terjadi sewaktu mereka membawa Seokjin kerumah sakit tempo hari.
"Tujuan mu sebenarnya apa Namjoon ?.Aku bingung kenapa kau selalu mencoba mendekati Seokjin." Selidik Yoongi penasaran.
Namjoon yang berjalan bersebelahan segera menatap Yoongi dengan tatapan mengejek "Kau penasaran ? Tidak akan kuberi tahu." Serunya sambil tertawa setelahnya.
"Ish kupukul juga kau." Yoongi menggerakkan tangannya hendak memukul Namjoon tetapi belum sempat pukulan itu mengenainya, Namjoon dengan cepat menghindar.
"Wah anak ini benar-benar gila" Maki Namjoon setengah terkejut. Terkadang dia pikir punya refleks yang bagus dalam menghindar cukup baik jika ia harus dihadapkan dengan pilihan berjalan bersama seseorang seperti Yoongi. Itu mungkin bisa membantu agar fisiknya tetap aman dan dirinya tetap sehat tanpa cidera.
"Sudahlah kau itu banyak tanya. Lebih baik beritahu aku seberapa jauh lagi rumah Seokjin. Kita seperti tidak sampai-sampai. Kau ini tahu jalan atau tidak sih bodoh." Ucap Namjoon sambil memberikan ejekan.
"Sialan, bodoh ?. Siapa yang kau bilang bodoh... Dasar bodoh. Kita sudah sampai kau lihat itu gedung apartemen Seokjin" Tunjuk Yoongi pada sebuah gedung dengan ketus.
Seolah mengabaikan makian Yoongi, Namjoon justru lebih asik menikmati suasana disekitaran kompleks gedung apartemen Seokjin. Sambil sesekali memandang lama gedung apartemen yang menjulang tinggi. Disini rupanya Seokjin tinggal pikirnya.
"SEOKJIN KAU GILA !!! KAU APAKAN ANAK KU HAH !!"
Saat mereka baru saja ingin melangkah masuk ke pintu gedung, sebuah suara teriakan yang cukup keras terdengar di sekitar wilayah taman dekat gedung apartemen. Mereka berdua jelas tidak tuli dan dalam suara yang mereka berdua dengar jelas sekali disana menyebutkan nama Seokjin di dalamnya. Dengan cepat mereka berlari menuju kesumber suara. Dari kejauhan Yoongi dan Namjoon dapat melihat sosok Seokjin bersama seorang anak kecil serta seorang Pria yang berlarian panik menuju kearah dimana Seokjin berada.
Yoongi tahu betul mereka siapa, beda hal lagi dengan Namjoon yang hanya diam sambil menelan rasa bingungnya sendiri. Dua orang disana, yang kini berada di dekat Seokjin adalah Jungkook dan juga Pria berengsek yang tak lain merupakan Ayah Seokjin. Melihat situasi yang demikian rumitYoongi ingin cepat-cepat berlari kesana sampai tiba-tiba saja Namjoon malah mencekal lengannya.
Namjoon menggeleng. "Jangan" ucapnya melarang Yoongi. Untuk orang yang paham situasi Namjoon tahu tidak baik bagi dirinya maupun Yoongi berada didalam urusan orang lain disaat seperti itu.
"MINGGIR"
Suara teriakan marah Pria itu sakali lagi menarik atensi Namjoon dan Yoongi. Dan pada saat mereka kembali menoleh, mereka berdua melihat Seokjin dalam keadaan terduduk sebab di dorong oleh Pria marah itu. Melihat itu, mendidih sudah emosi Yoongi. Dengan amarah ia berupaya untuk lekas menghampiri kesana, namun sekali lagi Namjoon justru menahannya lagi.
"Jangan" larang Namjoon.
"Namjoon lepaskan tidak, atau kau ku hajar" Ancam Yoongi, sangat kentara tak suka dengan apa yang dilakukan Namjoon.
"Hey, kau gila huh... Kau mau kemana ? Jangan ikut campur. Kau malah bisa memperkeruh suasana jika kau datang dengan emosi seperti itu" ujar Namjoon mencoba menjelaskan.
"Itu tidak akan menolong Yoon" Lanjut Namjoon dengan nada yang lebih lirih.
Berkat itu Yoongi pun akhirnya luluh. Tak berupaya mengeraskan tekad dan hanya menurut mau Namjoon. Dari kejauhan, ditempat mereka memilih untuk bersembunyi. Namjoon dan Yoongi terus melihat semua yang terjadi sampai pertikaian itu pun selesai. Tak ada niatan untuk keluar pada awalnya. Tapi setelah melihat Seokjin yang duduk sendiri di taman seusai pertengkaran, kedua orang itu jelas dibuat tak sampai hati untuk menjadi abai.
Selepas semua kejadian barusan, Namjoon dan Yoongi akhirnya sepakat untuk menghampiri Seokjin yang sedang duduk sendirian di bangku taman. Seokjin yang terlalu fokus bahkan terlihat tak terlalu peduli dengan suara langkah kaki yang terdengar mendekat kearahnya. Seokjin hanya fokus menengadahkan kepalanya menatap langit yang kini berubah kelabu. Setitik air pun tak lama jatuh menyentuh kulitnya yang pucat. Gelenyar aneh menyebar keseluruh tubuh Seokjin dengan cepat.
"Seokjin-ah" panggil Yoongi pelan.
Seokjin yang sedikit terkejut lekas membawa tubuhnya berdiri dengan spontan. Memberikan tatapan keheranan ketika mendapati sosok Yoongi dan Namjoon dihadapannya.
"Jin kau tidak apa-apa ?" Lanjut Yoongi bertanya.
"Hey, kau baik-baik saja kan Seokjin ?" Seru Namjoon ikut bertanya untuk memastikan.
Dibawah langit mendung, hujan yang sebelumnya rintik kini perlahan semakin lebat. Sedang Seokjin tak memilih beranjak dan tetap pada kebisuannya. Tak berusaha menjawab atau menjelaskan apa pun kepada dua orang dihadapannya. Tapi tatapan mata yang terlihat justru terlalu jelas untuk memberi tahukan bahwa memang Seokjin sedang tidak baik-baik saja.
Sementara itu, Yoongi dan Namjoon yang menyadari hujan yang semakin lebat berupaya mengajak Seokjin supaya beranjak dari tempat mereka sekarang. Yoongi meraih tangan Seokjin dan hendak menariknya berlari. Tapi yang terjadi setelahnya malah lebih mengejutkan, saat itu Seokjin tiba-tiba saja limbung dan jatuh tak sadarkan diri.
"SEOKJIN !!!" pekik Yoongi dan Namjoon bersamaan.
Kedua orang itu panik bukan main melihat Seokjin yang kehilangan kesadaran. Meski berulang kali berupaya memukul pelan pipi Seokjin tapi tak di dapat sedikit saja respon dari tubuh basah yang kini semakin pucat di guyur hujan. Mereka tidak bisa diam. Sekali lagi Namjoon kembali meminta Yoongi untuk meletakkan Seokjin di punggungnya agar bisa lekas menggendong Seokjin menjauh dari hujan. Tak habis pikir pada kemalangan yang Seokjin alami. Apakah tak ada setitik bahagia dan tenang yang menyertai hidup anak malang ini. Yoongi dan Namjoon hanya dapat menelan renungan mereka dalam diam sambil berharap semoga hari yang cerah kelak menyertai hidup Seokjin.
Halo 👋
Senang bertemu.
Seokjin pulang 😻
(Selamat membaca)
![](https://img.wattpad.com/cover/246191683-288-k111015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Pieces
FanficSeokjin bukannya tidak ingin merasakan yang namanya bahagia. Tapi jujur saja ia tidak bisa. Bukan karena tidak mampu meraih, melainkan karena ia merasa jika dirinya tak pernah pantas bahagia. Ribuan potong kenangan menyakitkan membawanya pada kenya...