Chapter 26 : Dissension

97 15 1
                                    

"Aku membencimu, sampai aku berada di titik dimana aku tak ingin menganggapmu sebagai tempat terakhirku untuk pulang. Karena bersamamu hanya akan membuat semuanya berakhir dalam sebuah pertikaian tak berujung"

🎐🎐🎐

Nyaris dua pekan berlalu sejak kepergian sang Ibu. Seokjin tak banyak melakukan hal lain. Rasa dukanya terus berkembang dan membuatnya semakin menutup diri. Berhari-hari hanya menyembunyikan diri dikamar. Bergelut dibalik selimut sambil memeluk pakaian peninggalan Ibu guna menghirup aroma Ibu yang tertinggal dan melepaskan rindunya.

Kondisi Seokjin bukan kondisi yang bisa disepelekan. Bagaimana tidak, sejak ia memilih berdiam diri dikamar. Seokjin bahkan melewatkan begitu banyak jam makan. Bibi Jung dan Hyonsu, dua orang yang sangat dekat dengan Seokjin bahkan sudah kehabisan akal untuk membuat Seokjin sekedar bergerak dari tempatnya dan menyentuh makanannya. Setidaknya Seokjin seharusnya menyadari jika ia harus tetap makan untuk bertahan agar tidak sakit.

Hari ini pun sama seperti hari sebelumnya. Dari pagi Bibi Jung mencoba mengajak Seokjin sarapan tapi selalu diabaikan. Makanan yang ditinggalkan pun tak pernah disentuh sama sekali oleh Seokjin. Melihat Seokjin yang terus berbaring seperti itu justru membuat Bibi Jung kembali mengingat Hana yang juga pernah menghabiskan waktunya hanya untuk berbaring saat ia depresi dulu.

Bibi Jung semakin prihatin. Hati kecilnya dipenuhi ketakutan tentang Seokjin yang mungkin saja akan mengikuti jejak Ibunya jika terus dibiarkan. Keprihatinan itu membuat Bibi Jung akhirnya terpaksa menghubungi Myung Hae.

Sore harinya Myung Hae sebagai satu-satunya keluarga yang kini dimiliki Seokjin akhirnya datang. Mendengar betapa khawatirnya Bibi Jung membuat hati kecilnya sedikit tergugah untuk melihat keadaan sang anak.

"Kau baru pulang bekerja ?" Tanya Bibi Jung.

Myung Hae hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Masuklah" ajak Bibi mempersilahkan masuk.

"Terima kasih" ucap Myung Hae sambil berjalan masuk.

Sampai di dalam, Myung Hae agaknya sedikit dibuat terkejut sebab rumah masa lalunya bersama Hana kini tampak sangat berbeda. Jauh berbeda karena rumah ini terlihat sangat kosong. Agaknya sedikit bingung kemana menghilangnya semua barang-barang yang dulu ada.

Bibi yang menyadari keterkejutan Myung Hae pun berjalan mendekatinya "Inilah suasana rumah setelah kau pergi. Hana menjual semua barang yang ada disini" jelas Bibi.

"Menjual ? Untuk apa ? Untuk uang ?" Tanyanya penasaran.

"Tentu saja bukan untuk uang. Dia menjual semuanya hanya karena tidak ingin terus tersakiti dengan semua kenangan yang tertinggal di barang-barang itu"

"Apa dia kesulitan ?"

"Tentu. Dia kesulitan karenamu. Jika itu memang untuk uang seharusnya kau tidak perlu bertanya seperti itu padahal kau sendiri masih sering mengirimi Hana uang diam-diamkan selama ini. Aku tahu semuanya" jelas bibi Jung.

Myung Hae menunduk lesu. "Aku hanya merasa bersalah padanya. Aku pikir hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menebus sedikit kesalahanku"

"Tapi dia tidak pernah menggunakannya"

Myung Hae menatap Bibi dengan raut wajah terkejut.

"Dia tahu itu kau, jadi dia menitipkan uangnya padaku. Aku bersedia karena aku pikir suatu saat mungkin Seokjin yang akan membutuhkannya"

Myung Hae memilih diam dan tak merespon apa pun yang baru saja ia dengar dari Bibi. Sudah cukup untuk wisata masa lalu. Tujuannya kesini hanya untuk melihat Seokjin. Singkatnya setelah mengambil nampan berisikan makanan, Myung Hae lekas membawa dirinya masuk ke kamar Seokjin.

A Thousand PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang