Penuh keraguan, pandangan Treya bergantian memindai layar ponsel dan gerbang menjulang yang tersusun dari jajaran rapat bambu berpelitur cokelat di depannya.
"Beneran ini, ya?" gumamnya. Lingkungan sekitar hanya penuh pohon-pohon dengan penerangan minim. Jaraknya dari perumahan lain bahkan lebih dari seratus meter. Bisa dipastikan, kalau saja tidak ada Rend, Treya lebih baik banting stir saja. Lokasinya beneran mirip spot film horor.
Di kursinya, Rend mematikan mesin mobil dengan santai, lambat laun lampu sorot mobil meredup. "Kalau mapsnya menunjukkan tempat ini, artinya ini lokasinya," balasnya ringan sebelum membuka pintu mobil.
Treya kontan menahan lengan Rend. "Mas mau ke mana?" paniknya.
Mendengar hal tersebut, salah satu alis Rend menukik, bahwa dia tidak sedang salah dengar, kan?
"Bertamu, kita nggak akan tidur di mobil sampai subuh, kan?" Apa perlu Rend mengingatkan Treya tujuan mereka ke sini?
Cekalan Treya mengendur. Rend benar. Lalu dia melirik jam tangannya. "Udah mau jam sembilan malem, ini kita beneran mau bertamu?"
Rend sudah keluar duluan, dia sedikit menunduk untuk memindai Treya yang masih ada di dalam mobil. "Terus kita ke sini cuma mau cari tahu rumah Hans, habis itu balik? Gitu?"
Treya meringis. "Nggak juga, sih."
Dagu Rend bergidik menunjuk pagar di depan mereka. "Ayo masuk," ajaknya.
"Makin lama, makin malam," imbuhnya. Dia juga sudah capek, jadi harus segera menyelesaikan urusan yang satu ini.
Meski ragu, Treya ikut turun. Bagaimana pun, ini tujuan utama mereka, membujuk Hans untuk exclusive interview bersama Kabari Seleberiti.
Sebelum menekan bel, Treya menyerahkan jaket Rend dan segera cowok itu pakai. Sementara Treya menekan bel sambil mengintip dari lubang dekat bel.
"Sepi banget lho, Mas." Habis yang Treya lihat hanya halaman dengan pendar lampu oren.
"Emang kamu pengin lihat apa? Night party?"
Decakan Treya lolos. "Ya nggak gitu juga," dumelnya.
Ngeselin, ih.
"Tekan lagi aja," kata Rend lalu inisiatif menekan sekali lagi bel.
"Dateng!" kata Treya memukul lengan Rend sambil mengintip dari lubang.
"Siapa?"
"Kayaknya art, sih." Melihat dari pakaian yang Treya pindai.
Saat sosok tersebut tidak jauh terlihat. Langkah Treya suruh ke belakang membuat jarak dengan gerbang.
"Siapa?" teriak dari dalam.
Treya dan Rend saling berpandangan. Mengerjap dan kompak diam saja. Masa mau menyebutkan nama? Agak gawat kalau mereka langsung mengaku dari pihak ABC TV, kan?
"Siapa, ya?" tanya sosok tersebut saat dia membuka pintu kecil di tengah gerbang hingga bisa memunculkan kepalanya saja. Dia memindai bingung Treya dan Rend.
"Malam, Mbak," sapa Treya tersenyum. Masih agak riskan mengungkap identitas di awal.
"Malam, Mbak, Mas." Perempuan mengenakan daster hijau dengan motif bungan putih yang Treya taksir berusia sekitar 50 tahun tersebut mengangguk ramah sebagai sapaan.
"Ada yang bisa saya bantu?" imbuhnya.
"Ini benar rumah Hans?"
Treya langsung menoleh dan melotot mendengar pertanyaan tanpa aba-aba Rend. Susah-susah menutup identitas, atasannya ini justru to the point banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...