Wedding Anniversary malam ini hanya sebatas keluarga besar dan rekan terdekat, meski begitu, rasanya tidak etis kalau Treya hanya mengenakan pakaian seadanya. Beberapa hari lalu sudah membicarakan dengan Freya, sempat cari outfit yang cocok, sampai Treya membawa gaun pilihan kakanya tersebut.
Dan malam ini, tubuhnya memantul dari kaca kamar. Begitu memoles lipstick, senyum Treya merekah. Sebuah midi dress sepanjang melewati lutut berwarna biru laut membalut tubuhnya. Freya benar, begitu mengenakan gaun pilihan kakaknya, ada pancar kasual sekaligus manis yang bisa dia pindai. Bukan pede, kenyataannya memang begitu.
Kemudian, tidak mau ribet, daripada menggerai rambutnya, dia memutuskan mengucir dengan model cepol dan menyisakan poni. Simpel tapi tetap rapi. Begitu selesai, Treya bersiap mencari heelsnya.
Namun, saat membungkuk di depan koper, sebuah suara mengacaukan suasana hati Treya. "Tumben agak bisa di pandang penampilannya." Sebuah komentar yang mampu melunturkan senyum Treya. Dengan tatapan heran, pandangan Treya naik. Memindai satu cewek yang baru saja masuk ke kamar. Glasya. Yang sudah lebih rapi sejak satu jam lalu. Off shoulder dress putih dengan motif bunga hitam sepanjang lutut membalut tubuhnya. Tidak heran, dia pasti ingin terlihat sexy dengan menonjolkan kedua bahunya.
"Terima kasih banget buat pujiannya, lho. To be honest, penampilan gue memang selalu enak dipandang, sih," balas Treya percaya diri sebelum mengambil heels lalu duduk di ranjang, dia segera mengenakannya dengan gaya anggun. Menahan tawa begitu ekspresi Glasya mengeruh.
"Lo yang menutup mata karena takut iri kan, Sy?" imbuh Treya mengerling.
Decakan Glasya lolos. "Lo terlalu percaya diri, Ya." Glasya geleng-geleng tanda prihatin.
"Harus, dong!" ceria Treya lalu berdiri karena sudah selesai mengenakan heels putihnya.
Treya tersenyum manis. "Ini Treya Anastasya. Kenapa harus nggak pede coba?"
Decakan geli lolos dari bibir Glasya.
"Keluar sama Mas Rend atau sama rombongan?" tanya Glasya mengalihkan.
Sambil mengambil sling bag, Treya bilang, "Rombongan." Lagipula Rend tidak mengajak pergi berdua. Gengsi kalau harus bertanya duluan. Toh, ke sini rombongan, ke mana-mana harus rombongan, dong.
Ngomong-ngomong, ini hari kedua mereka di Ubud. Semalam Treya sudah tidur dengan Glasya. Rusuh banget karena harus berebut porsi ranjang, berujung batu kertas gunting dan pemenang bisa puas menikmati selebar apa kasur yang ditiduri.
Pagi tadi, supaya liburan mereka tidak sia-sia, mereka juga menggunakannya untuk diving rame-rame. Siangnya tepar bersama. Baru malamnya bisa bersiap untuk puncak acara. Pak Yezra mengabari kalau telah menyiapkan gedung perayaan, tidak jauh dari villa.
Jadi, tidak butuh waktu lama buat Treya dan yang lain untuk sampai di lokasi. Indoor party. Tadi begitu masuk, orkestra menyambut, Treya bahkan sedikit berbincang dengan istri Pak Yezra sebelum satu per satu berpisah untuk menikmati hidangan ringan yang disiapkan sebelum acara mulai.
Meski private party, banyak yang datang, keluarga besar Pak Yezra memang tidak main-main, hampir keseluruhan merupakan publik figur. Yang paling Treya kenal tentu Dejuna yang tadi datang bersama istrinya. Pasti sekalian second honeymoon, begitu pikir Treya sebelum tangannya terulur mengambil segelas minuman soda yang tadi dia incar, namun saat dia gapai, angin kosong yang dia dapat. Pandangan Treya turun ke meja. Lho, kok hilang?
Lalu dia menoleh ke samping, "eh!" kejutnya menyentuh dada begitu sadar ada Rend yang sudah berdiri di sampingnya.
"Kaget," desis Treya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...