Menjelang pukul delapan, sambil membawa kopi usai keluar dari pantry, Treya mendekati kubikel Lia, salah satu jurnalis di timnya. "Lia, script buat hari ini sudah?"
Pandangan Lia beralih dari laptop. "Sudah, Mbak." Dia mengangguk. Sebelum mengulurkan harddisk pada Treya.
"Okay, thanks, ya."
Lia segera mematikan laptopnya. "Gue boleh langsung ke sebalah, kan, Mbak? Ikut Mas Rend." Dia nyengir.
Treya mengangguk. "Of course."
begitu mendapat persetujuan, segera Lia berdiri.
"Memang ... Mas Rend sudah di sana?" Maksud Treya program sebelah. Sebab sejak tadi belum juga Treya lihat batang hidung cowok tersebut. Dari kemarin juga tidak saling bertukar pesan. Diam-diam Treya mengomel. Lo siapa, Ya? Pacar pura-puranya kali.
Pandangan Lia naik. "Belum tahu, sih, Mbak. Em, dia ... nggak chat, Mbak?" Lia meringis.
Bibir Treya menipis sambil mengeratkan genggaman pada cangkir kopinya. Shit. Baru sadar kalau kabar hubungan keduanya telah menyebar di mana-mana, kalau begini kan jadi mengherankan, ada orang pacaran, tapi tidak saling bertukar pesan.
"Belum," balas Treya berusaha santai. Lagipula nggak semua harus mengabarikan?
"Sibuk banget kayaknya," kekeh Treya.
Lia manggut-manggut. "Kayaknya sih, Mbak. Ya sudah, nanti biar gue suruh dia chat mbak." Lia mengerling.
"Eh! Lia!" geram Treya malu.
Kekehan Lia mengudara. "Santai, Mbak. Emang kayaknya Mas Rend tuh tipe-tipe butuh di pecut pakai kode nggak, sih?" kekeh Lia.
"Begitulah," santai Treya, karena nyatanya dia memang belum begitu mengenal Rend.
"Ya sudah, gue pergi dulu, Mbak," pamit Lia sambil melambai sebelum pamit, keluar ruangan.
Seperginya Lia, Treya mendesah. "Kode? Sering kali," gerutunya. Kode biar pekerjaan Treya nggak banyak-banyak banget maksudnya.
"Jadi Mas Rend belum mengubungi lo? Wah, hati-hati, Ya. Jangan-jangan udah enggak cinta," kekeh seseorang dari belakang tubuh Treya.
Detik berikutnya, segera Treya berbalik dan menemukan Glasya yang baru duduk di kubikelnya.
Memejamkan mata, Treya mengumpat. Terkadang, dia penuh keheranan saat Glasya selalu muncul di saat-saat begini. Tanpa tahu kapan masuknya. Mirip jalangkung banget.
"Peduli banget?" sinis Treya.
Glasya menyeringai sambil mengeluarkan pouch make up. "Biasanya nggak, sih?"
Berusaha mengubur emosi, Treya mencoba berbicara dengan cara paling baik, lalu mendekati kubikelnya Glasya. "Pengalaman, ya?" Treya menyeringai.
Pandangan tidak suka Glasya naik. Mengenal Glasya bertahun lamanya, tidak sulit menebak kalau Glasya tipikal cewek yang mudah menyulut emosi lawan sekaligus tersulut emosinya.
Tahu-tahu tawa Glasya mengudara. "Lo kalik yang pengalaman sama mantan lo. Iya nggak, sih?"
"Sayangnya Mas Rend bukan cowok seperti mantan gue tuh."
Treya menyandarkan lengan kirinya pada kubikelnya Glasya. "Dia ... Jauh! Lebih! Baik!" desis Treya sebelum beranjak tanpa berpamitan. Berurusan dengan Glasya sama saja menghabiskan tenaga.
"Oh, ya?" jerit Glasya tidak mau kalah.
Langkah Treya berhenti tanpa mau menoleh.
"Kita buktikan. Bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
Chick-LitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...