Gelak tawa Freya yang menguasai ruang tengah mengudara usai Treya bercerita perihal Rend yang tahu-tahu mengakui dia sebagai pacarnya di depan lobi. Tadi, saat tahu pesannya pada Rend hanya berakhir centang satu, cewek itu langsung melipir ke rumah kakaknya mumpung hanya lima langkah dari rumah.
"Jadi ini Rend beneran mau dengan alasan karna kasihan sama kamu?" Masih ada sisa tawa sekaligus perasaan tidak percaya.
"Ho oh. Ngeselin nggak sih?"
Freya manggut-manggut. "Pantes, sih. Muka kamu kan aura jomlo ngenesnya menguar gitu."
"Kak!!!" Treya mengentakkan kakinya sampai menendang meja di depannya. Mereka tengah duduk sofa di ruang keluarga.
Tawa Freya makin mengudara. "Ya udahlah. Nggak perlu menampik, yang penting sekarang kalian pacaran, kan?" Dia mengerling.
Treya cemberut. "Untung sih, nggak untungnya aku berasa manusia tertindas," gerutu Treya, belum lagi ingat tengilnya Rend seharian tadi.
Freya lagi-lagi tertawa. "Gila. Mbak kira bakal susah, lho. Ternyata semudah itu bikin dia berempati."
Treya sedikit membungkuk untuk mengambil basreng balado dari atas meja dan memeluk toplesnya sebelum menyantapnya satu per satu sambil tiduran di sofa. sementara Freya duduk di dekat kakinya.
"Awalnya juga kayak mimpi tahu, Mbak. Makanya aku baru bisa cerita sekarang."
"Terus, resmi jadi pacar atasan dong?"
Treya cemberut. "Pura-pura." Dia mengingatkan seperti yang tadi dilakukan oleh Rend.
Tawa Freya meletup. "Aneh-aneh aja anak muda jaman sekarang ya."
"Tapi ya, Mbak." Treya terduduk lagi.
"Dia tuh nggak mau diajak foto coba," dumelnya kesal.
"Lho, foto buat apa?"
Kan. Kakaknya sama saja.
"Ya biar makin meyakinkan, dong, Mbak. Di aman mana sekarang tuh taken tanpa foto serupa hoax," gereget Treya.
"Astaga." Freya geleng-geleng sambil tertawa.
"Terus, dia beneran nggak mau?"
Treya mengangguk. "Gimana ya biar dia mau?"
"Cari cara lain aja. Jangan foto, cowok emang suka malas diajak foto," saran Freya lalu merebut toples basreng. Suaminya apalagi.
"Apaan?"
"Bawain lunch box. Gimana?" Kedua alis Freya baik turun menggoda.
Bukannya setuju, treya malah bergidik. "Kek anak SD, dong?"
"Hey, jangan salah. Itu tuh bukan anak SD. Justru bentuk perhatian yang hangat rahu. Kamu peduli makan siang dia. Coba, deh. Biar dia juga agak bisa diajak kerjasama bukan sekadar status pacaran aja."
"Pura-pura, Mbak," dumel Treya.
"Ya itu deh pokoknya." Freya mengibaskan tangannya.
"Kebanyakan kata juga," imbuhnya.
Treya mengelus dagunya. "Ya udah deh, aku coba. Enaknya masak apa, Mbak?"
"Beef tereyaki enak, tuh," saran Freya.
Ide bagus. Jadi, pagi-pagi banget, usai salat subuh, Treya segera merusuh di dapur untuk membuat beef tereyaki. Treya juga memotong semangka kuning sebagai pencuci mulut serta menambahkan tumis tauge.
Senyum Treya merekah usai menyelesaikan pekerjaan pertamanya. Segera dia tutup lunch box berwarna pink. Beneran deh, dia pernah dengar kalau Rend itu suka warna pink, jadi bukan tanpa alasan Treya mengambil box tersebut dari almari. Sekarang, tinggal mandi, sarapan, lalu berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...