Treya sedikit kesulitan mengangkat koper menaiki tiga tangga menuju kamar saat suara Glasya menyambut. "Gue mau di sini, kalau lo keberatan di sini, silakan tuker kamar atau cari sendiri."
Dengkusan Treya langsung lolos begitu Glasya mengibarkan bendera perang. Harusnya dia yang duluan bilang begitu. Lagipula, nyatanya dua-duanya bukan pilihan bijak. Rawan mendatangkan curiga yang lainnya, walau sejujurnya Treya amat tidak suka.
Tadi, Treya menaruh harap ada dua ranjang, ternyata single bed serupa honey moon. Artinya dia harus berbagi ranjang dengan Glasya.
"Boleh deh kita lihat siapa yang tidak bisa bertahan di sini, ya nggak?" balas Treya santai sebelum menaruh koper di ujung kamar. Dia suka suasana villa, di depan pintu kaca kamarnya menghadap kolam renang sehingga sinar matahari bisa mengintip lebih banyak.
"Harusnya lo memanfaatkan Mas Rend nggak, sih?" sindir Glasya.
Enak saja. Glasya pikir mereka terlibat hubungan serius.
"Nggak aja gimana?" Treya menyeringai.
Dia jadi iseng bilang, "Lgian lo kalau mau tidur sendiri bisa lho pindah kamar."
Treya menunjukkan pintu lalu tersenyum manis tapi begitu menyebalkan di mata Glasya. "Pintu keluarnya gede tuh."
Belum siap Glasya membuka mulut, Treya mendahului. "Oh atau jangan-jangan lo takut ketahuan ngorok dan ngigo nggak jelas kayak dulu ya?" kekeh Treya langsung membuat Glasya melotot.
"Ya!"
Buk!
"Yak!" teriak Treya saat bantal langsung menghantam wajahnya. Treya melotot, dia bahkan tidak sempat menghindar. Sementara Glasya langsung menyeringai. "Apa?" tantangnya.
Dagu keduanya sama-sama terangkat, tatapan permusuhan terpancar dari dua pasang mata mereka.
Tidak mau kalah, Treya membungkuk untuk mengambil bantal, Glasya yang tidak punya persiapan langsung menjerit saat detik berikutnya, bantal tersebut melesat mengenai wajahnya.
"Treya!"
Tawa Treya mengudara. "Rasain!"
Kepala Glasya langsung mendidih. "Lo! Cewek pal-"
Kriuk!!!
Keduanya terdiam. Kalimat Glasya juga terhenti begitu saja. Treya bingung saat suara seperti bunyi perut tersebut terdengar. Sementara kepala Glasya menunduk melihat perutnya. Saat itulah Treya sadar kalau suara tersebut berasal dari perut Glasya. Tawanya makin menjadi. "Lo lapar?" ejeknya.
Gigi Glasya bergemeletuk menatap kesal Treya di depannya.
"Hooo, emang sih, emosi tuh bikin lapar. Iya nggak?" Treya mengerling jail.
"Diem!"
"Lho, gue benar, kan?"
Glasya mendengkus. "Terserah!" Sebelum menyambar tas yang sempat dia taruh di ranjang dan segera keluar kamar.
"Mau ke mana?"
"Makan!" ketus Glasya. Dengan wajah merah, dia segera beranjak tanpa lupa menutup pintu kuat-kuat. Dan tawa Treyta tidak bisa berhenti begitu saja, dia sampai terduduk di ranjang dan memegang perutnya.
"Astaga haha," katanya di sela tawa.
"Humor gue receh banget, sih!"
•••
Sejuk, batin Treye memejamkan mata menikmati udara segar pagi di Ubud. Saat tangan Treya tengah bergelantung pada pembatas balkon, pipinya tiba-tiba terasa dingin, kontan Treya terperanjat. Saat menoleh, sosok Rend sudah berdiri di sampingnya. Segelas jeruk terangkat. Lalu dia ulurkan pada Treya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...