Tim Kabari Seleberiti seketika heboh begitu Pak Yezra membawa kabar kalau semua tim bisa liburan weekend ini ke Ubud. Selsi bahkan sampai berkali-kali memastikan dengan pertanyaan yang sama, "Bener nih, Pak? Nggak bohong, kan?"
Tawa Pak Yesra meletup. "Nggak. Muka saya kelihatan bohong?"
Selsi nyengir. "Enggak, sih."
Wajar seribu tanya ingin Selsi ajukan, liburan kantor saat weekend bukan hal asing, liburan di Ubud baru hal baru. Tidak lama Pak Yezra menjelaskan jika liburan kali ini sekaligus sebagai anniversary party Pak Yezra dan istrinya. Hitung-hitung main bersama.
"Bulan lalu saya ngobrol sama Rend. Barangkali bisa kita ke Ubud sama-sama saat weekend. Quality time tentunya sebelum kerjaan berikutnya menanti dan anniversary party pernikahan saya." Begitu jelasnya.
Tia manggut-manggut. "Hooo, jadi saran Mas Rend?" goda Tia.
Rend tersenyum. "Nggak sengaja lewat di kepala," balasnya santai.
Di samping Rend, Treya ikut manggut-manggut, senyumnya tidak luntur. Finally, dia ke Ubud. Salah satu surga Indonesia yang sudah sejak lama ingin Treya kunjungi. Sejak dulu, puncak Bogor menjadi pelarian tim mereka liburan, kali ini jauh lebih berwarna.
"Okay, sejauh itu yang saya sampaikan. Kabar berikutnya menyusul. Kalian bisa keluar," pungkas Pak Yezra bersambut kekompakan yang lainnya.
Begitu obrolan ringan mereka berakhir, satu per satu anak tim mulai keluar room meeting, saat Treya hendak ikut beranjak, tangannya yang berada di samping tubuh, tiba-tiba di genggam hingga dia tidak jadi berdiri. Treya melotot ke samping, tepat pada Rend yang justru fokus pada Pak Yezra tanpa melihat Treya. Genggamannya mengeret.
Sementara itu, Pak Yezra berdiri. "Rend, bilang ke Panca untuk urus segala keperluan kita di sana termasuk tiket penerbangan."
Rend mengangguk. "Segera, Pak."
Sial! Ini kenceng banget genggamnya. Treya terus berusaha melepaskan diri seperti cacing kepanasan, tapi genggaman Rend tidak main-main. Tidak sakit, tapi benar-benar membelenggu. Dan ... hangat.
"Pastikan setiap kamar berisi dua orang," lanjut Pak Yezra.
Lagi-lagi Rend mengangguk, sebelum akhirnya Pak Yezra beranjak keluar tanpa menarug curiga dan saat itulah Treya akhirnya berhasil membebaskan tangannya. Napasnya terembua lega, Treya langsung berdiri.
"Mas! Apa, sih?" gertak Treya tanpa mau menutupi kekesalan. Kesal dengan sikap Rend yang selalu berhasil mengundang debar dadanya.
Rend mendongak, menatap serius Treya. "We need to talk nggak sih, Ya?"
Tatapan Treya langsung beralih ke mana pun asal bukan pada Rend.
"Nggak kayaknya sih, Mas. Saya nggak ada yang mau diobrolin juga." Lalu mengemssi barangnya yang ada di meja, note book dan satu laptop yang kemudian dia peluk.
Dengkusan geli Rend lolos melihat kedua pipi Treya yang memerah. Treya pasti malu tentang persoalan ingus semalam.
"Sudah enakan?" tanya Rend.
Salah satu alis Treya menukik bingung. "Soal?"
"Semalam."
Treya mendengkus. "Nggak baik membahas masa lalu," sindirnya.
Tawa Rend mengudara. Ada saja hal ajaib yang keluar dari mulut Treya. "Belum 24 jam, Ya."
Treya hendak protes, tapi dia terdiam sejenak saat tidak sengaja memindai memindai hidung Rend. Sedikit ada warna biru dan ruam seperti habis terkena pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...