45. Fall in Love

3K 314 18
                                    

Harus mengakui, kencan terakhir Treya bersama Jenandra. Begitu Rend mengajak dinner, gaun tidak dapat, yang ada kamarnya berantakan. Ranjangnya penuh tumpukan pakaian. Beruntung berhasil melorot satu gaun sepanjang lutut. Seharian tadi Treya hanya di rumah, tidak ada kontak dari Rend kecuali sore tadi. Cowok tersebut meneleponnya dan bilang, "Saya jempul jam 7, nggak masalah?"

Jam tujuh terlalu dini, Treya mengubah jam menjadi jam delapan. Alih-alih semakin memiliki banyak waktu, yang ada dia justru baru menyelesaikan make up pada pukul 19.55 malam.

Tubuhnya terperanjat saat pintu kamar terbuka. Dan matanya memindai kaget Freya yang terbengong di depan pintu.

"Kamu buka lapak?"

Treya meringis. Pasti karena tumpukan baju di atas ranjang. "Nggak lah."

"Terus itu?" Freya menunjuk ranjang Treya. Supaya tidak kena omel, segera Treya memasukkan semua pakainya dengan paksa ke dalam almari.

"Terserah aku dong, Mbak."

Tawa Freya meletup. "Oh, bingung cari gaun karena mau di jemput Rend?"

Gerakan tangan Treya yang hendak menutup pintu almari berhenti. Dia menoleh kaku ke arah Freya dengan mata melotot.

"Maksud, Mbak?" Pura-pura nggak tahu aja.

"Tuh. Udah ditunggu di bawah. Lagi ngobrol sama Mas kam- Ya!" teriak Freya begitu Treya menyabet tas dan segera meloloskan diri. Freya menyentuh dadanya. "Astaga! Bocah itu! Kalau gue jatuh gimana coba!"

"Treya!" teriaknya lagi.

"Maaf, Mbak!" teriak Treya sepanjang menuruni tangga.

Bibirnya terus mengomel. Kenapa Rend tidak segera memberi kabar jika sudah berada di bawah? Bagaimana bisa pria tersebut santai mengobrol dengan kakak iparnya. Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Beruntung mama sedang pergi, kalau tidak, jawaban seperti apa yang harus Treya siapkan buat mamanya coba? Dia hanya belum siap.

Treya langsung bingung saat berdiri di depan etalase sepatu. Namun, karena dia tidak punya waktu dan di rundung kegugupan, Treya sembarang mengambil white heelsnya.

Percuma juga sih buru-buru sebab begitu keluar, Rend dan kakak iparnya tengah mengobrol sambil berdiri di halaman. Tubuh Treya langsung.

"Mas," panggil Treya.

"Ya?" Keduanya menoleh.

Treya terperanjat. Maksud Treya tuh kakak iparnya.

Kakak iparnya yang jail tertawa. "Ah, Mas Rend?" godanya.

Treya melotot. "Ya Maslah. Mas ngapain di sini. Masuk!" perintah Treya kesal.

"Lho, mas kan nemenin pacar kam-aduh!" Treya kontan mencubit perut kakak iparnya. Rend tersenyum geli melihat interaksi mereka.

"Masuk," desis Treya memerintah.

Kakak iparnya tersenyum manis. "Okay. Mas paham. Hati-hati ya bayi kecil." Dia hendak mengacak rambut Treya, beruntung Treya bisa menghindar.

"Ih! Udah gede juga!"

"Oh iya. Kan mau din-eh! Ya! Sakit!" teriak kakak iparnya begitu Treya menginjak jari kakinya.

Treya semakin melotot. "Astaga, nggak kakak. Nggak adek sama aja. Gakal!"

"Biarin!"

Baru Treya bisa bernapas lega usai kakak iparnya masuk.

"Mas kok nggak bilang kalau sudah sampai?" tuntut Trya.

"Saya mau bilang, tapi Mas kamu bilang jangan. Nanti mengganggu kamu dandan."

Fauxbae'ing | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang