Ubud punya keindahan lain : Tegalalang. Jalan-jalan pagi di area Tegalalang benar-benar menyegarkan isi kepala yang penat dan sempat jetlag. Selain itu, mengelilingi Tegalalang pagi hari jauh lebih sejuk karena matahari belum begitu terik serta belum ramai wisatawan. Tegalalang menawarkan daya tarik sawah terasering Persawahan padi yang berembun juga menyambut kedatangan mereka. Sangat sayang kalau datang tanpa mengabadikan momen sedikit pun. Treya dan Selsi bahkan sudah mengambil banyak potret dengan bantuan Yangga.
Treya dan Selsi memasang akspresi menggemaskan saat kamera mengarah ke arah mereka. "Tiga! Dua! Satu!"
Potret berhasil diabadikan.
"Jelek banget kalian," ejek Yangga begitu melihat hasilnya.
Decakan Treya lolos. "Nggak percaya, pasti cantik abis."
"Setuju!" timpal Selsi.
Tawa Yangga meletup. "Ayo, jalan, cari spot foto yang lain."
Selsi yang paling bersemangat, keduanya sudah lebih dulu kembali menyusuri jalan setapak sepanjang Tegalalang.
"Hati-hati." Treya langsung memegang lengan Rend yang terulur begitu Treya mau jatuh karena mengejar Selsi dan Yangga yang sudah jauh di depan dengan rombongan yang lain.
Treya langsung menyentuh dadanya. sebenarnya di samping jalan setapak hanya padi, tapi kalau sampai dia jatuh, kakinya bisa kena lumpur dan pemilik sawah bisa mencari perhitungan dengan Treya.
" Thanks, Mas." Treya nyengir. Beruntung Rend sigap datang walau entah tadi saat Treya cari, cowok tersebut tidak ada.
Dan saat hendak melepas cekalan, tangan kanan Rend yang bebas justru melepas tangan Treya dari lengan cowok tersebut lalu memindahkannya pada genggaman tangan kirinya.
"Habis hujan, jalan setapaknya licin," kata Rend tanpa mau melihat Treya.
Treya terdiam sejenak meski kakinya terus melangkah. Dia menunduk, matanya memindai waspada kedua tangan mereka yang saling menggenggam. Sialnya, suara air dan serangga yang tadinya bagai orkestra menenagkan, kini kalah jauh dengan debar dadah Treya yang terus bertingkah. Rend nggak dengar, kan?
Dia menggeleng kuat-kuat. Nggak, jangan terkejebak, Ya, supportnya bada dirinya sendiri sebelum bilang, "Mas, kayaknya dilepas aja, deh." Dia berusaha meloloskan tangannya, tapi sedikit kesulitan.
Rend menoleh. "Kenapa? Orang tahunya kita pacaran, kan?" Genggaman Rend mengerat.
"Aduh!" keluh Rend karena Treya menepuk bahunya dengan satu tangan yang bebas.
"Mas sekarang blak-blakan banget, ya. Lupa dulu diajak kencang pura-pura nggak mau?" maki Treya terang-terangan. Dia sempat sakit hati, lho.
Tawa Rend meletup. "Ternyata seru." Rend tersenyum jail.
Bibir Treya membulat. Dia tidak salah mendengar, kan? Seru? Segera Treya menepis genggaman Rend, membuat cowok itu kebingungan. Keduanya sampai berhenti melangkah.
"Kenapa?" khawatir Rend.
Kenapa? Masih tanya? Sinting!
Tahu kalau berdebat tidak akan ada habisnya, Treya yang geregetan bilang, "Mas harusnya paham batasan, kalau-kalau lupa, tenang nanti saya ingatkan," kata Treya menepuk bahu Rend. Belum sempat Rend bersuara, pekikan girang Tia di ujung sana mengalihkan atensi Treya.
"Ada bekicot!"
"Eh, mana?" heboh Treya lalu berlari menjauhi Rend seakan mengalihkan topik obrolannya mereka.
"Treya!" panggil Rend. Sayangnya cewek tersebut benar-benar memutuskan menulikan pendengaran.
Di tempatnya, Rend mendesah lelah. Batasan? Yang benar saja dia enggak paham batasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauxbae'ing | TAMAT ✔
ChickLitSeminggu sebelumnya, Ariendra Pilli masih menjadi Produser Treya di kantor. Seminggu berikutnya, Treya memanggil Rend "Sayang", pakai acara menyandarkan kepala ke lengannya pula. Seminggunya lagi, di tangga kantor, sambil memohon, Treya bilang, "K...