Chapter 05

20.4K 1.6K 7
                                    

Hari ini Jason sedikit lega, setelah acara pertemuan kemarin walau ia sempat tidak dapat tidur dengan syarat Nadia. Tetapi, setidaknya ia lega telah meminta pertanggung jawaban gadis itu kepada orang tuanya.

"Jika aku menikahinya? Apakah dia akan menerimaku?" Tanya Jason pelan sambil menaruh kepalanya di atas bantal. Ia ragu jika gadis itu dapat menerimanya setelah apa yang ia lakukan.

"Ngomong-ngomong, aku belum melihat wajahnya secara langsung. Dia seperti apa?" Tanya Jason penasaran. Saat itu ia dalam kondisi mabuk dan tidak ingat sama sekali dengan kejadian bahkan wajah Nadia seperti apa. Dan bodohnya kemarin ia tidak meminta fotonya kepada Kiyai Tahrin.

Membayangkan rupa Nadia, membuat Jason semakin lama melamun. Tidak bisa dipungkiri jika Jason sangat penasaran dengan rupa Nadia. Apakah dia gadis yang cantik? Lembut? Atau keduanya? Jason menjadi semakin penasaran.

"Ah... nanti gue kan ke Pondok," kata Jason teringat dan menghela nafas lega kemudian memejamkan matanya. Ia mungkin akan beristirahat sejenak.

Namun satu detik kemudian mata Jason langsung terbuka dengan cepat. Ia terbelalak kemudian mengambil ponsel di nakas meja.

Jason sangat terkejut melihat jam yang tertera. Sudah jam lima sore? Padahal Jason kemarin janji jam empat sore akan ke pondok. Jason langsung gelagapan bangkit dari ranjang dan segera menuju lemari.

Ia mengambil pakaiaan dengan asal kemudian segera memakainya. Ia bahkan tidak sempat bercermin untuk menyempurnakan pakaiannya.

Jason langsung mengambil kunci mobil dan segera keluar area mansion. Ia meruntuki diri sendiri mengapa dapat lupa tidak ingat waktu. Sekarang, semoga saja tidak ada apa-apa nanti.

Saat ini Jason tengah berada di depan pondok. Ia menghentikan mobilnya di gerbang. Ia melihat ada beberapa anak muda, mungkin itu santri atau apalah. Salah satu dari mereka berdiri dan menghampiri Jason.

"Ada urusan pak?" Tanya mereka saat Jason membuka kaca mobilnya.

"Kiyai Tahrin ada? Saya ada janji sore ini," kata Jason datar.

Para santri itu saling menatap, pertama Jason sangat tidak sopan. Kemudian ia menanyakan Kiyai mereka? Apa tujuan pria ini sebelumnya.

"Sebentar saya akan laporkan dahulu, atas nama siapa ya Pak?" Tanya mereka.

"Jason, Reinaldo Jason."

Santri tersebut kembali ke dalam pos, kemudian tak lama ia kembali menemui Jason.

"Pak, anda disuruh menuju kantor. Salah satu santri akan mengantar anda," katanya dan jason mengangguk. Kemudian pintu gerbang dibuka lebih lebar dan mobil Jason dapat masuk.

Saat di dalam Jason mengira ini pondok khusus, tapi sepertinya ada perempuan dan laki-laki yang berlalu lalang. Jason tidak peduli sebenarnya, tujuannya datang hanya untuk bertemu Kiyai Tahrin kemudian belajar membaca Al-Qur'an.

Jason keluar dari mobil, sebenarnya saat mobilnya baru masuk itu sudah menjadi perhatian. Walau mobil yang dikenakan Jason tidak semewah saat menculik--- tidak membawa Nadia. Tapi, tetap saja mobilnya menjadi perhatian. Sepertinya pilihan yang salah Jason membawa Porsche 911 kesayangannya. Karena Jason akan membawa mobil ini ke acara santai yang sering ia kunjungi.

Saat Jason menginjakkan kakinya di pelataran pondok, semuanya semakin kaget dan heran. Untuk apa pria seperti Jason ke mari.

Jason berjalan acuh, tidak mempedulikan tatapan semua orang. Tangan kanannya ia taruh dalam saku celana untuk menyimpan kunci mobilnya.

Tak lama, santri yang di pos tadi datang dan mengantarkan Jason menuju kantor. Jason hanya mengikuti, ia tidak tahu masuk tempat ini sangat ribet sekali.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang