Jason keluar kamar mandi dengan mengintip ke kanan dan ke kiri. Apakah situasi saat ini aman?
"Keluar kamu Jas, atau kakak bedah perut kamu!"
Jason merinding mendengar suara kakak iparnya itu. Mau tak mau ia membuka sedikit lebar pintu kamar mandi dan berjalan dengan kikuk.
"Hadeh... kasihan anak orang mas," kata Hera geleng-geleng dan segera Jason bersembunyi dibelakang Hera.
"Tuh kak, dengerin kak Hera," kata Jason yang masih berusaha bersembunyi dibalik badan kakak perempuannya itu. Walau tubuh mereka tidak kantras, namun Jason tetap menunduk di belakang Hera.
"Kamu itu juga Jas! Bikin gara-gara mulu," kata Hera menjewer telinga Jason.
"A... aw! Sakit kak... aduh..." kata Jason saat telinganya ditarik ke bawah oleh tangan Hera. Jadilah saat ini ia agak condong ke samping karena tarikan Hera. Bahkan kepala Jason sudah miring telak hingga kakinya ia tekuk.
"Tau kan kakakmu seperti apa. Sudah sana makan!" Kata Hera melepaskan telinga Jason yang sudah memerah.
Jason reflek langsung mengusap telinga kirinya. Sakit juga ternyata, jeweran kakaknya masih tidak dapat diremehkan.
"Terima kasih Sweetheart," kata Adi tersenyum iblis diatas penderitaan Jason.
"Kak, aku berangkat dulu ya? Tapi dah mau magrib. Astaga, seberapa lama aku di sini?" Tanya Jason bingung sendiri.
"Baru nyadar?" Balas Adi membuat Jason membuang nafas kasar.
"Ya kenapa? Ini rumah kak Hera, yang berhak ngusir cuma kak Hera!" Kata Jason sambil berkacak pinggang.
"Sudah-sudah! Ini kan mau magrib, sholat dulu di sini saja Jas. Nanti gak enak di jalan pas magrib-magrib. Sekalian, makan malam dulu. Sudah kalian ambil wudhu!" Perintah Hera final.
"Kak, ajarin lagi pakai apa namanya? Sarung ya," kata Jason kepada Adi.
"Tadi ngejek-ngejek, sekarang minta tolong. Hilih!" Kata Adi mengangkat kedua bahunya langsung pergi dari sana.
"Kak Adi! Iya-iya maaf," kata Jason mengejar kakak iparnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Malam ini Jason sudah di pondok. Ia terlihat lebih segar walau datang agak lebih malam. Saat Jason hendak melangkahkan kaki ke tempat biasanya, ia teringat pesan Kyai kemarin.
Jason menghela nafas, ada masalah apa lagi Kyai memanggilnya kemarin. Jason menjadi gugup, namun ia tetap mengubah arah kakinya. Karena pertama kali Jason datang ia sudah mengetahui di mana rumah Kyai. Maka saat ini Jason hanya mengulangi lewat di jalan yang sama.
Suasana setelah magrib ternyata lebih sepi jika dijalanan seperti ini. Karena, sebelum magrib banyak santri berlalu lalang lewat.
Saat di depan rumah Kyai Jason tersenyum getir. Karena hari ini ia datang setelah magrib membuatnya sedikit merasa tidak enak. Yang sialnya Jason benar-benar merasa gugup.
Dengan ragu, Jason melangkahkan kakinya menuju pintu. Pintu rumah terbuka namun Jason tidak melihat siapa-siapa di sana.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Jason mengucapkan salam setelah mengambil nafas. Tidak terlalu keras maupun pelan, tapi ia yakin seseorang di dalam dapat mendengarkannya.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Jason segera mengambil posisi yang sempurna saat mendengar jawaban salam dari Kyai. Ia juga dapat melihat Kyai berjalan dari pintu dalam.
Saat di depan Kyai berhenti sebentar, sedikit melihat penampilan Jason yang berbeda dari biasanya. Pria itu biasanya memakai celana, namun sekarang berpakaian lebih rapi baju koko dan sarung. Jangan lupakan kopyah yang menambah kesan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Gus
General Fiction-END- [JANGAN LUPA FOLLOW, TERIMA KASIH] Menjadi Gus dalam waktu tiga bulan? Terdengar sangat mustahil. Namun ingat, tidak ada kata mustahil di dunia jika Allah sudah berkehendak. Reinaldo Jason Candra, CEO Perusahaan manufaktur sektor furniture ter...