Chapter 42

20K 1.4K 26
                                    

"Kalian akan tinggal beberapa hari disini bukan?" Tanya Umi setelah sarapan.

"Iya Umi, Nadia juga sangat kangen dengan pesantren katanya," kata Jason menatap istrinya kemudian tersenyum.

Setelah sarapan Jason pamit untuk bekerja.

"Sayang, jangan keluar sendiri yah? Minta siapa untuk menemani kamu saat keluar," kata Jason saat berbicara dengan Nadia.

"Masa keluar ndalem harus ramai-ramai? Lagi pula ada sahabatku kan," kata Nadia namun Jason menggeleng.

"Akan ada orang yang mengikuti kamu saat keluar pesantren atau di luar sana sampai masa kehamilan kamu. Aku tidak dapat tenang jika kamu tidak keluar denganku," balas Jason.

"Tapi bang-"

"Kamu tahu kan musuh bisnis abang itu banyak. Tidak sekedar musuh bisnis, tapi sejak SMA. Mereka dapat mengambil kesempatan ini. Abang tidak mau sampai kamu kenapa-napa." Jason memotong ucapan Nadia.

Setelah mendengar itupun Nadia mengangguk menurut. Yang tahu bahaya serta resikonya adalah Jason. Maka dari itu Nadia lebih baik menurut.

"Dia akan mengawasi kamu dari jauh, tidak akan menganggu kenyamanan kamu." Nadia mengangguk mendengar penjelasan Jason. Kemudian suaminya itu mengelus kepalanya.

"Juga, nanti ada supir yang siap mengantar kamu kemana-mana," kata Jason kembali.

"Nadia kan sudah bisa Bang," kata Nadia pelan.

Saat ini Nadia sudah dapat mengendarai mobil sendiri. Itu karena, sebelumnya Jason telah mengajari Nadia mengemudi disalah satu kawasan bandara yang sudah tidak terpakai.

"Demi kebaikan kamu ya, abang tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi." Jason tersenyum dan Nadia tahu kekhawatiran suaminya. Maka dari itu ia hanya mengangguk kembali.

"Abang berangkat dulu yah. Jaga diri kamu baik-baik. Untuk baby, jangan repotkan mamamu yah," kata Jason mengelus pelan perut Nadia.

"Assalamualaikum Sayang," kata Jason kemudian Nadia salim.

"Waalaikumussalam Bang," jawab Nadia kemudian Jason segera berangkat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam hari Jason pulang cukup larut karena ia memiliki janji untuk mengantar Bagas. Jason sangat berharap anak itu dapat diterima di Al-Azhar.

Dan benar, dua hari setelahnya Jason mendapat kabar langsung dari Bagas jika ia sudah resmi menjadi siswa Al-Azhar. Jason sangat bersyukur dengan berita tersebut. Ia percaya jika nanti Bagas akan kembali menjadi orang berpendidikan.

Setelah beberapa hari di pesantren, Jason dan Nadia pulang kembali. Mereka sudah berada di rumah.

Sejak saat Nadia hamil, Jason langsung mendatangkan ART yang hanya bekerja pada siang hari. Ia tetap tidak ingin privasinya terulik, maka dari itu Jason tidak menyewa tenaga art yang menginap.

Nadia awalnya kesal dengan keputusan tiba-tiba Jason mengenai art. Ia rasa dirinya masih sanggup membersihkan rumah. Tapi Jason tetap keukuh ia tidak mau sampai istrinya kelelahan.

Jason akhirnya mengatakan, jika masih ingin bebersih. Nadia dapat membersihkan kamar mereka. Karena Jason tidak akan membiarkan orang lain masuk menuju kamar ini selain ia dan istrinya.

Dengan penuturan Jason akhirnya Nadia menyetujui. Setidaknya ia masih akan mempunyai kesibukan selain chek ke rumah sakit atau mengikuti kegiatan ibu hamil.

"Assalamualaikum Sayang."

Nadia yang berada didapur menoleh. Ia menghampiri suaminya dan segera salim serta menjawab salam Jason.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang