Chapter 36

20.2K 1.6K 41
                                    

Saat ini mereka berada diperjalanan pulang. Sebenarnya setelah dari panti asuhan ceria. Mereka menuju panti asuhan lain. Dan sikap anak-anak juga sama kepada Jason.

Nadia juga tahu cerita dari para ibu panti, jika Jason telah lama menjadi donatur dipanti asuhan mereka.

Saat ini Nadia merasa bersalah telah kesal pada suaminya. Seharusnya ia tidak melukai perasaan Jason tadi siang. Mungkin pria itu memang membuang uang, tapi Nadia merasa bersalah saat mengatakan jika Jason harus menyumbangkan kekayaannya. Ternyata sedari dulu Jason sudah mengamalkan hartanya untuk amal jariyah.

"Ba-bang, aku meminta maaf atas sikapku tadi siang." Nadia akhirnya berbicara saat sampai dirumah.

Jason yang berjalan didepan Nadia berhenti dan berbalik. Senyuman kecil tercipta diwajahnya.

"Tidak masalah, abang tahu jika kamu khawatir. Sebelumnya abang pernah bilang bukan jika semua sudah ada bagiannya? Sebenarnya dua panti asuhan itu sebagian dari sedikit. Jika abang mengajak kamu kesemua tempat. Hari ini tidak akan cukup," kata Jason sambil tersenyum.

Nadia hanya menunduk, ia mengerti. Jason bukanlah tipe orang yang pamer mengenai apa yang ia berikan. Mungkin sikap Nadia tadi membuat Jason kesal. Maka dari itu laki-laki itu menunjukkannya.

"A-aku bahagia Bang jika abang sudah dapat mengamalkannya kembali. Serta, abang bukan orang yang pamer dan ingin dipuji karena kebaikan abang. In sya Allah, rezeki abang dimudahkan." Nadia mengatakan apa yang ia lihat dari Jason.

"Aamiin," balas Jason dengan tersenyum kecil.

"Lagi pula, untuk apa kita memerkan apa yang kita sumbangkan. Itu tidak akan berkah," kata Jason dan Nadia mengangguk.

"Maka dari itu, jangan ragu untuk menjajakan uang abang demi kepentingan kamu. Itu tidak akan seberapa," kata Jason kembali menyinggung masalah Nadia.

"Aku tidak bisa Bang, maaf aku tidak dapat seperti itu," balas Nadia. Ia tidak akan bisa menjajankan uang hanya untuk fashion dan gaya hidup.

"Kita lihat saja nanti. Abang harap kamu dapat mengikuti gaya hidup abang," kata Jason masih tersenyum kecil.

"Na-Nadia akan berusaha." Hanya itu balasan Nadia. Kemudian mereka makan malam bersama.

Disela makan malam, Jason berbicara pada Nadia dua hari tidak akan pulang. Jason harus mengurus kantor cabang di Bandung yang sedang dalam masalah.

Nadia hanya mengangguk, ia tidak bisa keberatan. Mungkin dua hari ini ia akan sangat kesepihan berada dirumah sendirian.

Sebelumnya Jason juga menawarkan pada Nadia, apakah ingin tinggal dipesantren? Jika hanya mengantar Nadia, Jason rasa ia masih sempat. Namun ditolak oleh Nadia karena ia tahu jalan menuju pensatren dan Bandung itu memutar. Ia tidak tega jika sampai suaminya kelelahan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini Nadia keluar kamar setelah sholat subuh. Ia sedikit lebih kesiangan dari pada biasanya. Saat sampai dibawah, Nadia menemukan ruangan yang kosong. Biasanya Jason akan turun lebih dulu jika ia sudah bangun.

"Bang Jason tidak keluar? Kemarin kan sudah pulang?" Balas Nadia bingung. Akhirnya Nadia memutuskan untuk membuat sarapan terlebih dahulu.

Hingga masakan siap, Jason belum juga keluar. Nadia bingung, ingin sekali mengetuk pintu kamar Jason. Tapi Nadia takut menganggunya.

Dua jam Nadia menunggu, apa suaminya itu sudah berangkat? Tapi kenapa Jason tidak pamit padanya? Mungkin ia sedang sibuk dan berangkat pagi. Nadia mencoba untuk berprasangka baik.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang