Chapter 08

16.9K 1.5K 35
                                    

Malam hari itu Jason masih saja berusaha membaca dua puluh ayat surah Al-Baqarah. Hebatnya, semakin Jason coba ia semakin lancar. Jason merasa bahagia dan sedikit bangga kepada dirinya sendiri.

Sementara jason melihat Adi tadi membaca dua setengah halaman. Jason masih tidak percaya ia dapat menghafalkannya.

Setelah menikmati rasa senangnya Jason berniat untuk tidur. Ia sudah mamatikan lampu dan bersiap memasuki alam mimpi.

Namun seketika mata Jason langsung terbuka. Ia segera duduk dan menyalakan kembali lampunya. Ia segera bangkit dan menuju kamar mandi.

Ia lupa jika belum menjalankan sholat isya, bagaimana Jason akan menjadi imam jika dirinya sendiri sering lalai? Jason segera menyiapkan sajadah kemudian mulai melaksanakan sholat isya.

Setelah sholat, hatinya lebih tenang. Kemudian ia kembali menuju ranjangnya dan tidur. Semoga hari esok lebih baik dari pada hari ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Astaga, kenapa hari ini pekerjaan saya menumpuk!" Keluh Jason memijat pelipisnya saat Christian memberikan satu tumpukan berkas hasil revisiannya.

Jason merasa kepalanya akan meledak, ia juga harus pergi ke pondok sore ini.

"Kenapa banyak sekali?" Tanya Jason mengeluh.

"Maaf Pak, namun beberapa hari ini anda sering izin keluar. Beberapa revisian serta proposal kerjasama sudah saya kerjakan. Hanya tinggal meminta tanda tangan anda. Serta, ada peningkatan penjualan yang melesat serta beberapa barang juga belum selesai dari proses gudang membuat sedikit masalah. Serta urusan dengan-"

"STOP!" Jason mengangkat tangannya. Haduh, beberapa hari terlalu fokus kepada urusan pribadi sangat mempengaruhi pekerjaannya. Jason harus lebih pintar mengatur waktu.

"Pertama, dokumen yang perlu tanda tangan saya." Jason mengadahkan tangannya dan dengan cepat Cristian memberi dokumennya.

Dengan cepat ia segera menandatangi semua dokumen itu. Walau hanya tanda tangan namun sangat melelahkan. Jika bukan Christian yang membantunya, Jason tidak tahu sebanyak apa dokumen yang harus ia urus.

"Hah... sudah selesai?" Tanya Jason setelah tumpukan dokumen terakhir diberikan.

"Sudah Pak. Ini yang terakhir jadwal meeting yang sudah saya sesuaikan dengan jam yang anda minta."

Jason menerima tablet itu, ia merasa jadwal meeting terbarunya kenapa semakin padat. Ah, Jason lupa terjadi pemangkasan jam ngantornya.

"Chris, tolong atur ulang. Setidaknya meeting yang tidak membutuhkan saya kamu saja yang menangani. Atau suruh bagian yang semestinya. Saya cukup sibuk akhir-akhir ini," kata Jason menyerahkan kembali tablet tersebut.

"Baik Pak, akan segera saya susun ulang."

Jason mengangguk, oke ini sudah jam setengah empat. Ia harus bersiap dan nanti magrib ia dapat sampai tepat waktu di pondok.

"Baik, sudah tidak ada yang perlu di bahas?" Tanya Jason kembali.

"Tidak ada Pak, semuanya akan saya jadwal ulang kembali."

Jason mengangguk dengan puas, memang tidak pernah salah kakaknya mencarikan pegawai. Mereka sangat kompeten dibidangnya.

"Oke, terima kasih," kata Jason kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan. Lain kali ia harus menraktir sekretarisnya, yah mengingat yang dihandle Christian itu banyak sekali.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Menjelang magrib Jason sudah berada di pondok. Sebenarnya ia sudah tidak mau menginjakkan kaki di sini kembali. Yah, Jason tidak menyukai cara ustad itu mengajarnya. Lebih baik ia belajar ke Adi saja. Tapi kakak iparnya itu mengatakan hari ini ada banyak jadwal operasi.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang