"Kalian lakukan apa yang kusuruh!" Kata seorang santriwati pada kedua temannya.
"Ta-tapi kami tidak berani. Beliau itu Gus," kata salah satunya menunduk takut.
"Tenang, nanti aku kasih masing-masing lima ratus ribu. Tugas kalian itu cuma panggil yang lainnya. Cuma itu saja," balas Adinda membutakan matanya saat melihat dua rekan asramanya.
"Sudah sana pergi!" Usir Adinda pada keduanya dan langsung dituruti.
Ia sudah tersenyum menang membayangkan rencananya akan terlaksana.
"Mau atau tidak Reinaldo Jason akan tetap jatuh kepada genggamanku," guman Adinda dengan senyum kemenangannya.
"Nadia... Nadia... kamu beruntung sekali selalu mendapat perhatian lebih dari orang yang kusuka. Pertama ustaz Fian, lalu kau mendapat pangganti seperti Jason. Tapi, kali ini kamu harus membagi keberuntunganmu Nad," guman Adinda dengan senyum mengerikannya.
Setelah puas tersenyum, Adinda mengusap wajahnya dan segera memasang wajah memelasnya.
"Tolong! Tolong! Gus Jason melecehkan saya...." Adinda menangis seperti orang kesurupan, lalu tak lama ia tertawa kelas. "Hahahahaha!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ya ampun hari ini gue lelah banget!" Kesal Jason dengan merentangkan kedua tangannya.
Ia baru saja rapat virtual dengan CEO perusahaan dagang besar di Eropa. Mereka dari Estan Group perusahaan dagang yang kantor pusatnya berada di Perancis. Haduh, leganya Jason saat ini. Kerjasama mareka sukses besar, walau membutuhkan waktu meeting hampir lima jam. Itu membuat Jason mati rasa sekujur tubuh.
Bahkan keluarga ndalem tidak ada yang mengusik Jason saat meeting itu dimulai. Mereka menghormati Jason yang tengah bekerja. Sedikit, Kyai dan Bu Nyai tahu bagaimana Jason ketika bekerja, yang memang sangat profesionalitas.
Karena dirumah tidak ada siapa-siapa. Yah Nadia sedang keluar bersama para sahabatnya. Sebenarnya mereka semua masih dalam satu pondok tapi entah Jason tidak tahu dimana mereka. Padahal tadi pagi Nadia sudah pamit.
Jason menguap sebentar, mungkin masih sepi karena ini masih jam dua siang. Baiklah, Jason akan mengecek laporan Christian dulu untuk mengisi waktu luang.
"Gus Jason!" Panggil seorang santriwati yang tidak ia kenali.
"Assalamualaikum Gus," salamnya ketika sudah dekat.
"Waalaikumussalam. Ada apa?" Tanya Jason yang cukup terganggu karena kegiatannya harus tertunda.
"Maaf Gus, tadi Adinda berpesan pada ana untuk memanggil Gus," jawab santriwati itu membuat Jason bingung.
"Yang lebih tua disini siapa? Apa saya siswa sekolah harus datang dipanggil seperti itu?" Tanya Jason walau dengan nada yang masih dapat didengar namun memang itu sindiran keras.
"Saya tidak tahu Gus, tapi Adinda mengatakan jika ini terakhir kalinya ia berbicara dengan Gus. Saya tidak tahu, saya permisi Gus. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," balas Jason kemudian santriwati itu pergi.
"Hah... datang tidak? Shit, awas tuh bocah bikin gara-gara," kesal Jason pada akhirnya ia berjalan keluar.
Saat didepan masjid ia menemukan Adinda tengah berdiri manis disana. Manis? Bagi Jason tidak lebih seperti para jalang diluaran sana. Astaghfirullah Jason, pikiranmu ini masih terlalu kasar.
"Gus Jason!" Adinda segera menghampirinya.
"Salam bisa tidak. Kamu tidak pernah diajarkan salam? Berapa lama kamu disini?" Kesal Jason yang selalu menjaga jarak dengan Adinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Gus
General Fiction-END- [JANGAN LUPA FOLLOW, TERIMA KASIH] Menjadi Gus dalam waktu tiga bulan? Terdengar sangat mustahil. Namun ingat, tidak ada kata mustahil di dunia jika Allah sudah berkehendak. Reinaldo Jason Candra, CEO Perusahaan manufaktur sektor furniture ter...