Chapter 45

16.3K 1.4K 78
                                    

"Bang! Abang jangan seperti itu hiks," tangis Nadia setelah sampai dirumah. Perempuan itu benar-benar tidak dapat menahan tangisnya yang pecah saat ini juga.

"Bang aku siap jika dipoligami tapi jangan hukuman rajam," kata Nadia yang sudah duduk dilantai dengan kepalanya berada dipaha Jason.

Semua keluarga ndalem hanya menatap mereka iba. Kyai sendiri tidak mengerti mengapa Jason memilih hukuman rajam. Ada banyak opsi hukuman lain dari pada rajam.

Sementara Umi tidak tega melihat putrinya itu menangis hingga memohon pada suaminya. Kenapa harus menantunya itu memilih rajam?

"Sayang jangan seperti itu..." kata Jason menarik pelan istrinya agar duduk disampingnya. Jason benar-benar tidak tega melihat istrinya seperti ini.

"Abang, tolong jangan lakukan hukuman rajam hiks... aku siap dipoligami bang, tapi jangan rajam... anak kita masih butuh abang dan aku tidak mau kehilangan abang..."

Jason mengusap air mata Nadia, "sayang..."

"Jangan pilih hukuman rajam bang..."

"Sayang dengarkan abang dulu," kata Jason berusaha membuat istrinya itu tenang.

"Tapi abang..."

"Dengarkan abang dulu," kata Jason memeluk dan mengusap kepala istrinya agar tenang.

"Untuk apa abang menikahi gadis yang sama sekali tidak abang sukai. Kamu percaya jika abang tidak melakukannya?" Tanya Jason pada istrinya dan Nadia mengangguk.

"Iya... aku yakin bang Jason tidak pernah berbohong padaku. Maafkan Nadia kemarin... Nadia masih bingung bang..."

Jason tersenyum mendengar jawaban istrinya. Ia bahagia ternyata Nadia percaya kepadanya.

"Jika kamu percaya abang, kamu juga percaya abang pasti akan mendapat buktinya," balas Jason tersenyum kemudian menepuk pelan kepala Nadia agar perempuan itu tenang.

'Hah... sebenarnya aku juga belum atau sangat tidak siap dengan hukuman rajam itu. Akan segera kuselesaikan dan kucari bukti ini semua,' batin Jason kembali membakar dirinya dengan semangat.

"Nak Jason, kenapa memilih hukuman seperti itu?" Tanya Umi yang tidak ingin putrinya ikut menderita dengan hukuman Jason. Pasti Nadia sangat terpukul saat ini.

"Umi, saya tidak akan pernah bertanggung jawab pada orang yang tidak saya sentuh," balas Jason tetap berpendirian pada ucapannya.

"Tenang saja, saya akan mencari bukti," kata Jason dengan tenang.

"Kalau begitu, Abi bisa beri waktu untuk Dek Jason?" Tanya Gus Faudzan berharap pada Kyai.

"Hanya ada waktu dua hari sebelum hukuman. Apa nak Jason sanggup mencari bukti? Karena, berita ini sudah menyebar keseluruh pesantren dan semua ustaz tidak akan bertinggal diam."

Kyai mengatakan dengan susah, karena ia yakin jika menantunya tidak seperti itu. Melihat perjuangan Jason serta cerita masa lalu Jason. Kyai sangat yakin bukan Jason pelakunya, tapi mereka tidak memiliki bukti.

"In sya Allah Kyai. Jason akan mencari buktinya dalam dua hari," balas Jason agar semuanya dapat tenang. Yah, kemana ia selalu melangkah, pasti masalah akan mengikutinya. Tidak terkecuali diarea pesantren.

Setelah mendengar panggilan dari salah satu santri mereka semua sangat kaget. Saat mereka menuju tempat itu, semuanya sudah terjadi. Menurut pengakuan dua saksi santriwati yang melihat mereka mengatakan persis seperti yang dikata Adinda. Bahkan Bu Nyai sempat meminta sumpah mereka kemarin jika ucapan mereka itu sungguh-sungguh.

Tetapi, melihat dari sisi Jason ini sungguh tidak mungkin. Siapa yang sangat tega memfitnah Jason bahkan sampai mereka diambil sumpahpun tidak mengaku.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang