Chapter 41

20.2K 1.6K 51
                                    

Kabar kehamilan Nadia tentu saja membuat keluarga bahagia. Setelah berbincang-bincang, sore Jason memutuskan untuk melihat sekitaran pesantren. Sementara Nadia masih berada di rumah.

"Jadi perkembangan hubungan kalian semakin membaik? Alhamdulillah," kata Umi setelah mendengar cerita Nadia.

"Alhamdulillah Umi, bang Jason sangat baik sekali," balas Nadia dengan tersenyum.

"Hari ini anak Umi cantik sekali," kata Umi melihat putrinya dengan senyuman. "Baju kamu juga bagus sekali."

"Nadia masih belajar Umi," balas Nadia tersipu.

"Iya, tapi anak Umi cantik sekali," kata Umi dan Nadia tersenyum.

"Baju ini dibelikan Bang Jason," kata Nadia melihati bajunya.

"Iya bagus sekali, cocok kamu memakainya. Jadi, bagaimana kehidupan kamu?" Tanya Umi dan Nadia menghela nafas.

"Awalnya Nadia su'udzon pada Bang Jason," kata Nadia membuat Umi bingung.

"Hari itu Bang Jason mengajak Nadia membeli baju, sepatu, serta perhiasan. Umi tahu, aku lihat ditoko bajunya tidak ada yang harganya ratusan ribu. Bahkan saat ditoko perhiasan harga cincin kecil saja lebih dari sepuluh juta."

"Terus?" Tanya Umi penasaran.

"Yah, tentu aku marah pada Bang Jason. Apalagi ia membeli semua barang yang kulihat. Hanya kulihat Umi, aku bahkan tidak memilihnya. Namun Bang Jason dengan sombongnya membeli itu semua. Aku marah sekali, menghamburkan uang hanya untuk aku. Aku bahkan percaya jika Bang Jason membuang uang ratusan juta dalam sehari." Nadia mengatur nafasnya, sedangkan Umi hanya menunggu.

"Tapi ternyata, itu memang bagian kebutuhan. Bang Jason ternyata tidak lupa sodakoh. Aku diajak menuju salah dua panti asuhan yang menjadi tempat bang Jason mensodakohkan hartanya. Saat aku disana, aku merasa Bang Jason yang kulihat adalah bukan yang kukenal. Bang Jason sangat ramah pada anak-anak dan ibu panti. Serta anak-anak itu juga terlihat sangat akrab dengan Bang Jason. Aku mengerti bagaimana Bang Jason dapat menjalankan bisnis dengan baik. Karena Bang Jason selalu menyumbangkan kekayaannya untuk orang yang membutuhkan. Serta Bang Jason tidak pernah pamer apa yang ia sodakohkan."

Umi tersenyum mendengar cerita Nadia. Ia mengelus bahu putrinya.

"Maka dari itu pentingnya kita selalu husnudzon. Suamimu pasti memiliki alasan lain melakukannya," kata Umi dan Nadia dengan cepat mengangguk.

"Benar Umi, saat pertama kali aku diajak Bang Jason menunu sebuah acara. Aku sangat kesal," kata Nadia membuat Umi bingung.

"Kesal?"

"Iya, bagaimana tidak? Bang Jason telah membelikan baju dan semuanya untukku. Malah mengajakku menuju butik untuk membeli baju lagi. Aku bahkan lelah untuk berganti sesuai keinginan Bang Jason. Tapi ternyata, saat kami datang diacara amal yang Bang Jason ceritakan. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Tempat, makanan, undangan, semua yang ada disana sungguh berbeda. Bahkan ada makanan yang berlapis emas. Sungguh sangat jauh dari dunia kecil Nadia."

Umi mengerti, melihat perubahan putrinya. Jelas Nadia menyelelaraskan dirinya dengan Jason. Perempuan muda itu harus banyak belajar.

"Dari sana Nadia belajar, untuk tidak membuat Bang Jason malu dengan pemikiran Nadia. Nadia berusaha belajar mengikuti Bang Jason untuk menjaga martabat suami."

"Bagus Nak, Umi bangga dengan kamu. Tapi jangan terlalu terlena," kata Umi memeluk Nadia kembali.

"Baik Umi, Nadia tahu jika dunia ini hanya tempat sementara," balas Nadia setelah Umi melepaskan pelukannya. Sementara Umi hanya mengangguk.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang