Chapter 27

15.3K 1.2K 43
                                    

Setelah kejadian kemarin tidak ada hal istimewa, Hera juga tidak datang kembali. Wanita itu hanya mengirim pesan agar keduanya masuk sekolah seperti biasa.

Jason dan Nathan hampir kehilangan harapan mereka. Terlebih lagi Jason yang tidak menemukan titik terang atas khasusnya sendiri.

Beberapa hari ini, setibanya Jason disekolah. Beberapa siswa langsung menghindarinya. Ada juga yang membicarakannya secara terang-terangan. Jason hanya menulikan telinganya, ia teringat kata Hera.

Jangan dengarkan apa yang tidak penting. Bungkam mulut mereka dengan prestasi.

Yah, masalahnya Jason tidak memiliki prestasi apa yang harus ia banggakan. Tapi setidaknya ia berusaha untuk tenang dan mengendalikan diri. Itung-itung latihan jika nanti dirinya akan menghadapi masalah lebih besar saat dewasa. Harus dapat mengendalikan diri dan tetap tenang untuk mencari jalan keluar.

Sekolah hari ini dimulai seperti biasa. Kegaitan belajar mengajar disetiap kelas.

.
.
.
.

"Hah... kita selesaikan khasus ini," ucap seorang berkemeja putih turun dari sebuah mobil dan diikuti oleh beberapa orang yang turun dari mobil yang sama. Ada juga mobil lain serta seorang yang turun dari mobil Audi berwarna putih, itu Putri Hera Wicaksana.

"Selamat pagi Bu Pak." Kedatangan mereka disambut oleh pemilik yayasan sekolah. Hera telah memberitahu kepada pemilik yayasan jika khasus ini akan berakhir.

.
.
.
.
.
.

"Eh! Ada apa ribut-ribut itu?" Bisik beberapa siswa-siswi saat mendengar bunyi keributan.

"Siapa? Eh! Itu bukannya kelas anak IPA 3? Dimasuki sama orang asing. Guru baru kah?"

"Kalau guru baru, kenapa seribut itu?"

Itulah bisikan beberapa siswa, sebagian dari para siswa juga sudah keluar dari kelasnya untuk menyaksikam kejadian lebih jelas.

Dari sekian banyak kelas, hanya kelas 12 IPA 3 dan 12 IPS 2  yang tidak ada siswa keluar kelas sama sekali.

"Mohon maaf menganggu kegiatan belajar mengajarnya," kata Dicky yang sudah berada didepan pintu kelas 12 IPA 3.

Guru serta para siswa yang ada didalam sangat terkejut ada kedatangan orang asing serta kepala sekolah. Namun kenapa ada dua orang berjaga didepan kelas? Siapa mereka?

"Maaf, anda siapa ya?" Tanya guru yang sedang mengajar.

"Tolong beri waktu Bu," kata kepala sekolah dan guru itupun mundur.

Dicky mengambil sesuatu dari kantung celananya, dan setelah ditunjukkan semuanya mematung. Itu lencana kepolisian.

Para siswa tidak mengira, mereka kira Dicky guru baru atau ada sosialisasi dadakan. Namun pria dengan wajah blesteran itu merupakan seorang polisi.

"Saya Iptu Dicky Mahesa dari sat narkoba, mendapat laporan temuan barang bukti Opium seberat 3.6 gram pada tas salah satu siswa bernama Reinaldo Jason, Selasa 13 November kemarin."

"Maaf Pak, Reinaldo Jason berada dikelas 12 IPS 4," kata guru pengajar memberanikan diri.

"Tidak ada bukti bahwa Opium seberat 3.6 gram itu milik saudara Reinaldo. Setelah investigasi kami menetapkan Saudara Rama dan Freza dari kelas ini dan saudara Aris dari kelas 12 IPS 2. Pak tolong," kata Dicky kemudian dua polisi yang berjaga didepan kelas segera masuk dan menangkan keduanya.

"Apa? Pak-ini kesalahan! Kenapa kami?!" Tanya Freza tidak percaya dan melawan.

"Bu, apa ibu percaya dengan polisi gadungan ini?! Kami siswa berprestasi manamungkin melakuka hal tersebut," kata Rama tidak percaya dan meminta pembelaan dari guru.

Mendadak GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang