"Mau langsung dianter pulang aja kak?" tanya Baekhyun saat ingin membelokkan motornya ke kiri.
Bukannya kak Taeyeon yang jawab, eh ini malah si Sehun dengan suara beratnya. "Stop sini, bang."
Baekhyun rem mendadak. Pas banget berhenti di depan rumah Sehun. "Loh kok elu sih, hun? Cewek gue mana?" tanya cowok manis itu sambil celingukan mencari kak Taeyon.
"Masih ngerumpi. Daripada kosong jok belakang Lo, jadi gue nebeng. Hehe makasi," jelasnya lalu menepuk pundak Baekhyun yang lagi kemusuhan.
"Woy Sehun, asem ya Lo!"
Sehun gak peduli teriakan kakak kelas semasa SMA nya itu dan langsung masuk ke dalam rumah. Minta ditampol emang nih anak.
Untungnya Baekhyun orangnya baek, sesuai sama namanya. Habis itu dia pergi ninggalin rumah Sehun dan balik lagi ke tempat Chanyeol dan Ocha melangsungkan resepsi pernikahan.
Sementara itu, Sehun udah ada di dalam rumahnya. Wajahnya yang tanpa ekspresi itu sangat sulit diartikan. Yang pasti Sehun merasakan kalau ia seperti pergi berwisata ke masa lalunya.
Dan dibanding pergi ke club, hatinya lebih tenang jika ia berada di rumah. Ia tak ingin mengulang kesalahan saat itu.
Matanya tertuju pada sebuah bingkai foto. Terdapat dua manusia yang tersenyum manis kearahnya. Hatinya menghangat.
"Mih, maafin adek gagal bawa menantu buat mami," katanya sambil tersenyum kecut.
Sehun kembali bersuara, "Iya, adek udah suka sama cewek. Bukan suka sama Chanyeol kok mih yang kaya mami bilang waktu itu. Lagian Chanyeol udah nikah sama ceweknya."
Walaupun tak ada sahutan, cowok itu tetap saja mengoceh, "Mami percaya kan kalo adek udah serius sama cewek itu?"
Hening sebentar. Kedua matanya sangat panas menahan sesuatu. "Adek kangen, mi. Cuma mami perempuan yang sayang sama adek."
Bersandar dinding, ia membawa bingkai itu dalam pelukan.
"Anjir, cengeng banget sih gue!" Sehun langsung menghapus air matanya kasar. Malu juga dia kalo ketauan orang lain.
Puas memandangi wajah maminya, ia beralih memandangi sosok pria beraura tegas yang berdiri di samping maminya. "Pi, maafin Sehun yang masih cengeng gini," katanya sembari menyebikkan bibir tipisnya.
Ia kembali menaruh bingkai pada tempatnya. Kemudian beralih memandang sosok manis dengan senyuman khas yang menunjukkan gigi-giginya yang rapi.
"Cil. Gue-- gue suka sama Lo. Tapi kenapa Lo malah pilih si Jongin bangke itu?"
Matanya yang memerah terus saja memaksa untuk mengeluarkan cairan bening yang ada di dalamnya.
Ia melihat kebelakang, tak ada siapapun yang mengejarnya. Mungkin yang lain sudah tak peduli pada dirinya.
Mengambil sesuatu yang sedari tadi bersembunyi di kantong celananya, ia menatap lekat benda mungil itu. "Apa gue buang aja ni cincin?"
Sehun geleng-geleng kepala. "Enggak-enggak, mending gue jual lagi aja. Mayan buat makan Vivi setahun. Eh Vivi mana?"
Ia mencari sosok buntalan kapas kesayangannya itu. Dan ternyata Vivi dengan kebiasaan rutinnya sedang tertidur pulas di ranjangnya. Gak mau menganggu, Sehun tutup lagi pintu kamarnya pelan.
Dia buang nafas berat memperhatikan halaman belakangnya yang sudah dihias cantik. Berniat memberikan yang istimewa untuk gadis bernama Lisa itu.
"Bangsat banget ya idup."
Habis mengumpat, dia duduk beralasan rumput. Perlahan merebahkan tubuhnya di sana sembari menatap langit gelap namun terkesan cerah dengan banyak bintang menggantung di sana. Seperti mengejek seorang Sehun dengan suasana hatinya yang gelap, se-gelap dompetnya yang kini telah kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
babysitter || hunlis [selesai]
FanfictionBerawal ketika pertemuannya dengan kucing manis dalam sebuah kotak kardus. Sehun-- pria yang sudah berucap untuk tidak akan merasakan cinta pada seorang gadis lagi; bukan berarti ia menyukai sesama jenis! Hidupnya yang hanya sebatas game, Vivi dan...