10. Calon Mertua

1.1K 200 36
                                    

Lisa terbangun, tubuhnya menggeliat sesaat. Meregangkan otot sehabis bangun tidur itu memang kegiatan paling mantap yang tidak boleh ditinggalkan.


Manik bulat si gadis mengerjap kemudian terbuka lebar, senyumnya mengembang mengiringi langkahnya menuju ruangan seseorang yang ingin gadis itu temui.

"Lho papa nda ada?" Lisa bermonolog, kepalanya celingukan. Sekarang hidungnya mulai beraksi, mengendus aroma tak sedap dari arah dapur.

Lisa mengendap berniat mengagetkan pria yang tengah duduk di kursi membelakanginya. "Papa." Sehun tersentak, matanya membelalak setelah tertidur lima menit yang lalu. Ia langsung bangkit ke arah pemanggang roti. Helaan nafasnya terdengar lemas.

Sehun memijat pelipisnya, "Roti bakar gue."

"Yah gosong, papa." Lisa bercicit, ia berdiri tepat di samping pria itu dengan boneka kelinci yang ada di pelukannya.

Lisa memperhatikan gerak-gerik sang Papa. Mengambil roti bakar yang sudah hangus kemudian langsung membuang ke tempat sampah, tapi eits-- tidak semudah itu. Bukan Lisa namanya kalau tak ada tingkah ajaibnya.

Gadis itu merebut roti gosong kemudian langsung melahap pinggirannya yang tentunya sudah berwarna kehitaman. Tak seperti biasanya, Sehun yang seharusnya marah malah tak banyak bereaksi.

Pahit. Itu yang lidah Lisa rasakan.

Sehun hanya memandangi gadis itu seakan berucap, "Kan-kan-kan." Dengan nada seperti orang tua yang mengomeli anaknya.

Lisa cemberut dan langsung membuang si roti gosong.

"Lo kalo mau sarapan makan buah aja ya. Tar gue pesen ayam buat makan siang Lo." Sehun berbicara tanpa melihat Lisa. Ia melangkah ke arah kamar dengan sedikit sempoyongan.

Lisa menurut dan menjawab, "Iya, Papa." Gadis itu membuntuti Sehun sampai ia berhenti ketika keningnya menghantam pintu kamar Sehun yang sudah tertutup.

"Jangan ganggu gue. Gue mau istirahat," kata Sehun dibalik pintu.

Yah, padahal Lisa sudah siap meminta sesuatu pada pria itu. Sejak kemarin bermain dengan alat gambar Junkyu, Lisa jadi suka mewarnai. Makanya pagi ini ia berniat untuk meminta peralatan menggambar seperti yang Junkyu punya pada sang Papa.

"Hmmm yauda deh, Yisa mandi dulu. Nanti aja minta ke papanya." Gadis itu kembali ke kamar untuk segera melepas pakaian dan kemudian mandi.

°°°

"Uuuh Yisa bosen."

Iya, sejak pagi gadis itu terus saja berguling-guling di atas kasur. Vivi yang ingin ia ajak main; (terpaksa) kalau bukan karena bosan ia juga tak akan mengajak bermain vivi, malah pergi saat dijemput anjing tetangga sebelah.

"Papa udah bangun belum yaaa?"

Lisa melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang. "Pasti Papa lagi main game," katanya riang. Ia turun dari ranjang yang bentuknya sudah tak karuan.

"Loh pintunya masi ditutup?"

Tok tok tok

"Papa, do you want to build a snowman?"

Berbicara dan bernyanyi sendiri, Lisa cekikikan.

"Papa, hayu main atuh." Duh gara-gara suka nguping bibi jualan sayur yang ngomong pakai bahasa sunda, Lisa jadi ikut-ikutan dan sedikit mengerti bahasa sunda, deh.

Tak ada jawaban. Gadis itu membuka gagang pintu dan melihat pria yang masih saja berbaring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

Lisa mendekat, melihat Papa yang tengah tertidur dengan wajah yang pucat.

babysitter || hunlis [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang