14

434 65 46
                                    

Kubiarkan Tuhan menggerakkan hati, aku menikmatinya sebagai sebuah nikmat perihal esok biar itu menjadi rahasia

-Ni Luh Pelita Deshita Anindya Maheswari-

"Ra, kita langsung naik taksi yuk" tawar Pelita demi Allah ia ingin melarikan diri dari laki-laki yang ada di depannya ini secepat mungkin

"Bentar Ta, aku ambil uang di ATM dulu ya aku takut uangku ngga cukup tolak Dira halus"

"Pake uang aku aja, aku ada kok" tawar Pelita lagi

"Sebentar kok Ta,"

Tanpa kedua perempuan itu ketahui ada laki-laki yang berjalan menuju mereka dengan begitu tenang.

"Ini belum 5 tahun loh Ta," ejek Rangga

"Aku masih kuat kok nunggu kamu di sini, serius deh, selesaikan aja dulu pekerjaan kamu" semua orang harus tahu, menggoda Pelita adalah pekerjaan yang paling ia sukai selain menjadi dokter.

"Mas Rangga ngapain di sini?" tanya Dira

"Mau ngajak Pelita makan siang nih tapi kayaknya Pelita udah ada janji sama kamu" dengan wajah memelas

Melihat tingkah konyol Rangga mungkin ada baiknya Pelita memikirkan kembali rencananya untuk mengirimkan laki-laki itu ke Mars sekali lagi

"Heh, Mas Rangga kayak sama siapa aja. Kalo janjiannya sama aku mah gampang wong kita kerja di satu gedung yang sama jadi kapanpun bisa makan siang bareng"

Ah, Pelita membenci keadaan ini. Sangat benci. Konspirasi macam apa ini Tuhaaaaaann?

"Ta, kamu makan siang bareng sama Mas Rangga aja" ucap Dira sambil berjalan menuju taksi

"Yakin gapapa atau kamu gabung sama kita aja saya ngga keberatan kok"

"Ngga perlu mas" tolak Dira halus

Dira langsung meninggalkan Rangga dan Pelita dan bergegas ke ATM untuk menarik uangnya,

"Puas?" Tanya Pelita

"Hahaha, sangat" sambil memperlihatkan senyum asimetris yang begitu manis

"Jadi, cantik yuk buruan aku lapar" rengek Rangga

"Kita mau kemana?"

"Terserah"

"Kesini aja ya?" tawar Pelita sambil memperlihatkan sebuah resto

"Oke" jawab Rangga

✨✨✨✨✨

"Ta, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Rangga ragu-ragu

"Hmm.." hanya itu respon Pelita sambil melihat buku menu restoran yang tidak jauh dari Grand Bali Event Organizer

"Kenapa kamu suka fotografi?"

"Why not?" tegas Pelita

"Karena kebanyakan perempuan lebih bercita-cita ingin menjadi jadi dokter, guru, atau pekerjaan lainnya bukan fotografer. Dunia fotografi itu dunia pria. Orang-orang yang berkecimpung di dunia ini harus punya mental yang kuat karena medan pekerjaan mereka yang tidak mudah."

"Kenapa dalam setiap pekerjaan dan hobi, selalu ada kecenderungan gender. Mengapa tidak 'engendered everything!' untuk melihat dunia lebih luas?" "Sulit sekali kah 'engendered everything!' ?"

"Aku tahu persentase fotografer perempuan yang ada di dunia ini tidak lebih dari lima belas persen. Tapi mereka punya kesempatan yang sama, mereka pun punya hak mengukir prestasi. Dominasi laki-laki dalam fotografi menciptakan persepsi yang mendarah daging (dikuasai) oleh laki-laki. Sajian foto-foto dalam berita, iklan, dan dokumentasi hanya diwakili cara pandang laki-laki. Dan aku ingin ada pembalikan atau perlawanan perspektif ("subverting the gaze" dalam visual literacy), yang disajikan lewat medium fotografi bisa lebih beragam. Dan ini akan melahirkan banyak perempuan yang berani memilih pekerjaan apapun tanpa peduli dengan pendapat orang lain terhadap pekerjaan apa yang mereka pilih nantinya"

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang