25

277 59 36
                                    

Hidup ada riuh dan redanya, berjalan sesuai takdir yang telah tertulis di garis waktu. Jadi ketika ada pelangi kebahagiaan yang menghampiri harimu selepas hujan air mata yang payah maka berbahagialah, bersyukurlah

- Muhammad Ghifari Nur Raditya-

Mobil Rangga

Rasa gugup berhasil menguasai seluruh dirinya, hingga debaran dada Pelita langsung melaju tak beraturan. Ditambah lagi, semakin dia menyelami kedua mata kelam Rangga, lelaki itu terlihat khawatir kepadanya dan terganggu.

Untuk sepersekian detik, napas Pelita tertahan sampai membuat paru-parunya kesakitan. Apakah dia baru saja melakukan kesalahan besar? Sehingga laki-laki itu mengunci tatapan mereka sejak beberapa menit lalu. Jadi, satu-satunya yang mampu dilakukan Pelita adalah menyampaikan maaf melalui senyum tipisnya.

Di tengah kebisingan di otaknya—perdebatan sengit tentang pilihan yang harus diambil dirinya, tiba-tiba Rangga yang sejak tadi hanya diam dan menatapnya lekat, dengan sangat lembut Rangga merapikan anak-anak rambut dan menyeka keringat yang datang entah dari mana karena Rangga sudah menyalakan pendingin ruangan di atas mobilnya sejak tadi.

Bukan hanya sekedar merapikan anak-anak rambut dan menyeka keringat Pelita tapi jari telunjuk Rangga pun dengan sangat hati-hati menelusuri bagian mata gadisnya itu, untuk membuktikan apakah praduga tepat sasaran.

Lima hitungan tidak bulat, Rangga mulai mengkonfrontir semua praduga yang sejak tadi memenuhi kepalanya.

"Kamu nangis?" tanya Rangga hati-hati

Pelita tidak bersuara, perempuan itu tetap diam hanya gelengan kepala yang ia pilih menjadi jawaban.

Laki-laki di depannya belum juga menyerah.

Rangga kembali mengajukan pertanyaan yang sama kepada gadisnya untuk kali kedua.

"Sayang, kamu habis nangis ya?" nada bicara laki-laki itu tidak kalah lembut dari sebelumnya.

"Ta, kalo kamu pikir riasan diwajah kamu bisa menutupi matamu yang sembab kamu salah besar."

Pelita tahu ia sudah tertangkap basah, mengelak pun tidak ada gunanya lagi.

Ia hanya tertunduk dan semua itu hanya menambah rasa penasaran Rangga yang sedari tadi asyik menerka-nerka mengapa gadisnya menangis.

"Aku udah cerita belum ya?" pelita hanya mencoba mengelak dari pertanyaan itu semoga saja cara ini berhasil

"Kalo Ibu suka banget sama kamu—" Rangga mengetahui bahwa gadisnya sedang berusaha untuk tidak menjawab pertanyaan yang baru saja ia lontarkan

Apakah ada cara agar ia tidak semakin jatuh cinta dan terpesona dengan perempuan ini? Rasanya ingin sekali menyembunyikan dia dari dunia dan Pelita hanya untuknya.

"Taaa—" jeda lama di sana... "kenapa kamu nangis sampai matanya bengkak gini?" tanya Rangga

Tangan Rangga pun mengelus lembut mata gadis itu pelan

Lagi-lagi ada desir aneh yang muncul setiap kali ia dan Rangga melakukan kontak fisik.

Pelita mungkin bisa menahan diri untuk tidak menangis ketika malam itu dengan mudahnya Rangga menceritakan tentang rahasia kelam yang bahkan tak ingin Rangga ingat lagi.

Pelita kira cukup kuat untuk melakukan itu namun semua perlakuan manis cowok ini membuat semua pertahanannya runtuh.

Sekali lagi ia membiarkan air matanya jatuh, tumpah

"Aku ngga suka ini," jari Rangga dengan cepat menyapu air mata yang membasahi pipi pelita tak lupa mengecupnya

"Sini cerita sama aku, ada apa sebenarnya?"

"Ma–af" pelita terisak

"Aku ngga mau nangis sebenarnya tapi air matanya keluar sendiri. Ngga tahu kenapa sejak kamu cerita malam itu, malam dimana mama dibunuh, aku selalu mau nangis. Tapi aku ngga mau nangis di depan kamu, aku ngga mau kamu khawatir dan terbebani."

"Tapi aku nggak kuat nahan nggaa, karena aku yakin kamu jauh lebih sakit, jadilah aku nangis semalaman dikamar."

"Jadi air mata ini buat aku?" tanya Rangga tak percaya

Bagaimana cara pelita bisa tidur nyenyak jika dikepalanya berputar kejadian mengerikan saat anak usia tujuh tahun menyaksikan secara langsung mamanya yang di tusuk secara brutal oleh seseorang yang keji dan tidak punya hati dan yang lebih menyakitkan, papanya tidak percaya pada ceritanya bukankah itu jauh lebih sakit.

"Kamu sedih karena aku? Kamu sayang sama aku?" tanya Rangga dengan lembut

"Aku nggak mau seorang Rangga sedih lagi, aku ngga mau kamu sendirian lagi." jawab Pelita yangmasih saja terisak dengan tangis nya

Disaat gadisnya berusaha untuk berhenti menangis, Rangga malah mencubit pipi gadis itu gemes hingga terdengar jeritan kecil

"Auukh, kirain tadi kenapa hehe" kekeh Rangga

"Kok ketawa sih, emangnya ada yang lucu?"

Laki-laki itu tidak menjawab ia hanya memeluk pelita lebih erat. Pelita adalah kekuatan baru Rangga untuk mengarungi takdir buruk sekali lagi.

****

Baru saja keduanya ingin menikmati keintiman mereka, kedua sahabatnya itu malah mengacaukan suasana keduanya menjadikan kaca mobil Rangga tak ubahnya gendang dangdut.

"Udahkan romantis-romantisnya bos? perut gue udah keroncongan nih."

"Nyok pulang nyok, kalo mau lanjut nanti"

"Atau mau gue cariin kantor urusan agama terdekat ngga?" tawar Radit dengan entengnya.

Rangga pun keluar dari mobil

"Akhirnya keluar juga, udah ngapain aja bos?" ledek Fannan.

Bukan cuma Rangga yang keluar dari mobil Pelita pun menyusul melihat ada bekas air mata di kedua matanya gadis itu

"Waahh, parah lu Bos anak orang di bikin nangis gue aduin lu ama emak bapaknya pelita."

Kesabaran Rangga sudah habis tanpa aba-aba ia menimpuki kedua laki-laki itu dengan sayuran yang jatuh dari box yang di panggul oleh kuli panggul di pasar desa Canggu.

Pelita yang melihat itu mencoba melerai pertikaian ketiga sahabat itu.

"Tuhkan Ta, Rangga itu monster berdarah dingin dia cuma baik sama kamu sama kita boro-boro."

"Kalian di baikin malah ngelunjak" protes Rangga tidak terima.

"Yuk, udahan yuk kan tadi katanya lapar yuk masukin belanjaannya ke bagasi terus kita langsung ke rumah."

*****

Sesampainya di rumah Sasa, semuanya langsung berpencar melakukan apa yang patut di kerjakan.

Ditengah kesibukan mereka semua, Radit mendekat ke Rangga dan membisikkan sesuatu yang membuat dada Rangga menghangat.

"Gue senang banget, Lo bahagia sama pelita"

"Lo harus ingat"

"Hidup ada riuh dan redanya, berjalan sesuai takdir yang telah tertulis di garis waktu. Jadi ketika ada pelangi kebahagiaan yang menghampiri harimu selepas hujan air mata yang payah maka berbahagialah, bersyukurlah... dan mungkin sekarang waktunya lo bahagia Bos"

"Dan pelitalah yang membuat Lo bahagia, jadi gue mohon tolong jagain dia dengan baik dan buat juga dia bahagia"

"Karena, percaya sama gue, kalo Lo bahagiain orang, maka kebahagiaan akan Lo dapatin jauh lebih berlipat ganda."

"Kehadiran pelita adalah bukti bahwa Allah masih sayang sama Lo dan mungkin ini juga caraAllah membayar kesedihan lo selama ini. Gue senang liat Lo yang sekarang dan gue janji sama diri gue sendiri, gue akan bantuin Lo buat jagain kebahagiaan Lobos"

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang