43

208 47 24
                                    

Maaf sayang, aku benar-benar minta maaf.

Aku hanya berusaha untuk menjaga kepercayaan dan bertanggung jawab atas apa yang sudah aku pilih

Dan pilihanku; menjadi dokter dan itu artinya sebagian dari hidupku adalah milik mereka.

-Rangga Pradipta-

Malam ini sempurna lima sekawan itu benar-benar menikmati waktunya dengan begitu hangat dan penuh cinta

Senyum tak lepas dari wajah Pelita, meskipun matanya terlihat begitu lelah, tapi guratan bahagia begitu memancar di wajahnya yang cantik.

"Mesra-mesraannya di irit irit sampai besok ya soalnya ini udah larut yok bobok" ketus Sasa melihat tingkah pasangan gemes yang kembali menikmati waktu berdua.

"YUK MBAK BALIK KE KAMAR" tarik Sasa

"Bye!!!"

Rangga dan kedua sahabatnya hanya tersenyum bahagia, melihat Pelita ditarik Sasa untuk kembali ke kamar.

****

Keesokan paginya.

"RANGGA NGGAK ADA" bisik Pelita dalam hati.

"Kemana laki-laki itu bukannya kemarin malam dia bilang dia baru kembali bertugas tanggal 11 Desember??"

Meski Pelita tidak mengeluarkan sepatah katapun dan gadis ini berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja.

Tapi sorot matanya tidak bisa berbohong.

Kosong.

Usai berhasil membujuk matanya terbuka dan melihat kenyataan yang ada, gadis ini berusaha untuk tidak menangis serta terus menyakinkan dirinya sendiri bahwa ketiadaan orang di sisinya bukan masalah besar, meskipun ia harus menghela napas panjang berkali kali.

Sekeras apa pun usahanya menyakinkan diri, bahwa sendirian sekali lagi bukan hal sulit tetap saja ada ketakutan didalam dirinya yang tiap detik bergulir semakin besar dan membuatnya susah untuk berpikir jernih.

Keraguan itu menarik semua kenangan manis yang coba diciptakan oleh Rangga beberapa minggu terakhir.

"Ya ampun, Ta! Apaan, sih, dunia nggak bakal berhenti cuma karena Rangga pulang ke Jakarta" erangnya pelan sambil terus menyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik saja

"Ini aneh" Pelita mendengar ada yang menyahut erangannya dengan kalimat yang melukai hatinya

"Rangga pergi hari ini dan nggak tahu kapan akan balik. Mungkin, nggak bakal kembali seperti Gaara yang meninggalkan Kakak nya tanpa kabar dan membiarkan dia menjadi santapan laki-laki busuk hingga hidupnya berakhir di salah satu kamar di rumah sakit jiwa" sekali lagi Pelita melihat jam dinding yang ada di restoran hotel dan perasaan tidak enak yang coba diabaikannya semakin memenuhi kepalanya.

"Rangga bilang dia akan kembali bertugas esok lusa tanggal 11 Desember. Ini baru tanggal 10 Desember pukul 06.30 pagi Rangga tidak mungkin pergi secepat ini." kini di kepala Pelita rasa nya banyak sekali suara yang bergemuruh, sesekali ia berpikir positif, tapi pikiran negative nya juga tidak kalah menyuarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Ditengah hantaman pikiran buruk dan traumatis yang ada dan mengguncang dirinya, Pelita mencoba memberikan alasan yang menurutnya paling masuk akal yaitu laki-laki itu sedang bersiap dikamar hotel, karena pagi ini Rangga bangun sedikit terlambat sebab sejak semalam laki-laki itu sibuk menyiapkan kejutan yang benar-benar sempurna untuk dirinya.

Namun semua usahanya sia-sia saat Fannan mengatakan bahwa Rangga sudah kembali ke Jakarta.

"Rangga sudah pulang, dia pulang dengan pesawat pertama pagi ini karena ada tindakan operasi yang mendesak dan dokter kepala meminta Rangga untuk jadi bagian tim dokter yang ikut dalam tindakan operasi besar pagi ini."

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang