28

348 64 47
                                    

Bahagia, bahagia, bahagia semuanya sempurna dan indah

-Ni Luh Pelita Deshita Anindya Maheswari-

Setelah membiarkan tenang mengambil ruang di antara mereka.

Akhirnya, mobil itu berhenti tepat di depan rumah pelita

Sesaat sebelum pelita turun rangga mengambil tangan gadis itu kemudian menciumnya dan mengucapkan selamat malam.

Pelita pun melakukan hal yang sama dan mengucapkan selamat malam sayang.

Setelah itu barulah, pelita turun.

Belum selesai sampai di situ rangga pun menurunkan kaca mobil miliknya.

Agar ia bisa menikmati keteduhan wajah gadis itu lebih lama sesaat setelah pelita mengunci pagar rumahnya sambil tersenyum barulah Rangga kembali memacu mobilnya meninggalkan gadis itu yang sudah masuk kedalam rumahnya.

***

Dua hari setelah makan malam yang begitu hangat dan dipenuhi dengan tawa di kostannya Sasa~

Pelita kembali ke rutinitasnya yang padat. Rangga laki-laki itu tetap mengantar dan menjemputnya. Setiap hari mereka akan membicarakan banyak hal sepanjang perjalanan menuju dan pulang kantor.

Semuanya berjalan begitu cepat dan sempurna. Rangga benar-benar menepati janjinya untuk berusaha keras membahagiakan Pelita dan memperlakukan Pelita dengan sangat baik.

Hati pelita menghangat.

Gemuruh bahagia di dadanya membuncah, penuh.

Hari ini, setelah sholat shubuh ia menerima broadcast message dari Mbak Netta.

Bahwa ia dan anak-anak fotografer yang magang di Grand Bali Event Organizer bisa datang lebih siang dari biasanya karena tidak ada jadwal pemotretan pagi ini.

Karena itu Pelita berencana untuk menjadi juru foto keliling di tempat wisata sekitar rumahnya sampai siang dan lanjut ke kantornya.

Tapi semua itu tinggal rencana, iya semuanya hanya rencana karena—

.

.

"Kaaaaaamuuu.. kenapa sih suka banget datang tiba-tiba kayak jelangkung" gerutu pelita

"Ini tuh baru jam tujuh pagi dan hari ini aku masuk kantor agak siangan karena bebas jadwal pemotretan pagi."

"huuuuft.." rangga hanya berjalan masuk ke dalam rumah minimalis modern yang begitu hijau ini dengan santainya tanpa memperdulikan tatapan gadis yang penuh amarah.

Laki-laki itu terus berjalan menuju dapur dan menemukan sosok yang ia cari.

"Pagi Ibu, apa kabar?" tanya Rangga pada wanita paruh baya yang begitu hangat padanya.

Bertemu dengan ibunya Pelita seperti bisa mengobati kerinduan Rangga terhadap mamanya.

"Eh, kok kamu di sini?"

"Udah makan belum?"

"Yuk, sini sarapan pagi bareng kita aja" tawar Ibu

"Boleh tapi sebenarnya aku kesini mau minta izin ke ibu buat ngajak Pelita jalan."

"Oh begitu boleh tapi bukannya Pelita siang ini ada janji pemotretan ya kalo tidak salah"

"Iya, tapi sebelum itu dia harus ke kantor dulu ada beberapa berkas yang perlu Pelita teliti dan tanda tangani Bu."

"Oalah ya sudah, kalo begitu ibu izinkan tapi dengan satu syarat kamu harus makan di sini pagi ini."

"Ini bukan ajakan tapi perintah!"

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang