62

181 35 29
                                    

When love and respect go out the window, possessiveness and domination will surely take place.

-Ni Luh Pelita Desitha Anindya Maheswari -

Tepat pukul setengah tiga Rangga sudah berada di lobby hotel tempat karyawan Grand Bali Event Organizer menginap selama di Jakarta.

"Sassy girl, aku udah di lobby" itu pesan terakhir yang Rangga kirim beberapa menit yang lalu.

Sambil menunggu gadisnya turun, ada yang memukul pundaknya pelan dari arah belakang, sembari orang asing itu berkata "Mungkin menurut lo Pelita adalah gadis ceria, mandiri dan memang begitu adanya. Dia memang cahaya bagi orang-orang sekitarnya. Gue ngga peduli lo siapa, i really don't care mau lo anak pejabat selebritis atau rockstar sekalipun. Pilihan lo cuma ada dua; buat Pelita bahagia atau berhenti muncul di hadapannya."

"Gue mungkin bukan Abang laki-lakinya, tapi Pelita adalah fotografer perempuan pertama yang gue kenal di Bali dan sejak saat itu gue udah berjanji ke diri gue sendiri kalo sampai dia disakiti lagi oleh laki-laki maka laki-laki itu berhadapan dengan gue. Gue ngga bisa melihat dia disakiti lagi, sudah cukup semua rasa sakit itu" tambah orang asing itu yang ternyata adalah Abi, senior fotografer di Grand Bali Event Organizer.

Setelah mengatakan itu, mas Abi memilih meninggalkan Rangga sendiri.

Ditempat yang sama, tanpa sepengetahuan Rangga, ada Dira yang memperhatikan secara diam-diam dengan mata yang penuh dendam.

"Lihat ta, semua orang peduli sama lo, semua orang mengupayakan kebahagiaan lo, dan lelaki itu Rangga Pradipta putra semata wayang dari orang yang paling gue benci, karena kelicikannya, gue kehilangan segalanya." "Gue janji sama diri gue sendiri, sebanyak apapun orang yang membuat kalian bahagia gue akan menghancurkannya" ucap Dira bermonolog.

***

Beberapa menit kemudian, Pelita turun menghampiri Rangga yang sudah menunggunya di lobby. Laki-laki itu memakai celana jeans biru sedikit pudar yang membungkus kaki jenjangnya dengan sempurna, dipadupadankan dengan kaos Converse berwarna senada.

"Demi tuhan aku tidak menemukan cela sedikitpun di tubuh lelaki ini. He looks so sexy, meskipun sebenarnya ia terlihat seperti itu setiap hari, tapi hari ini ketampanan Rangga naik berkali kali lipat." puji Pelita dengan suasana hati yang lebih baik, setelah melihat Rangga, meskipun tidak dapat menutupi raut lelah nya.

"Aku baru kali ini liat kamu cranky, kenapa?" tanya Rangga

"Gapapa, aku cuma takut aja acara besok ngga berjalan dengan lancar" jawab Pelita

"It's okay, yuk kita ke cafe biar kamu tenang" ajak Rangga

Café Tjantik

"Sini sini, cerita ke aku, apa yang buat kamu khawatir sampai cranky kaya gini? tanya Rangga sambil mengusap tangan Pelita bermaksud untuk menenangkan kekasihnya tersebut.

Pelita hanya diam

"Oke, gini deh sekarang aku mau nanya kenapa kamu mau jadi fotografer"

"Because, I love my job, aku suka mengabadikan momen penting orang lain, karena momen itu mungkin terulang tapi akan memberi rasa yang berbeda" jelas Pelita sambil memasukan sepotong lychee dari iced lychee fizz miliknya kedalam mulut.

"Terus kenapa kamu masih khawatir, bukankah kamu udah sering ngelakuin hal ini? bukan cuma sekali, tapi sudah berulang kali. Calm down Sassy girl, everything is under control." ucap Rangga menenangkan Pelita, karena setelah meeting terakhir selepas makan siang tadi, pelita tidak bisa mengontrol dirinya.

"Pernah dengar quote ini gak?"

Rangga menghapus jaraknya dengan Pelita. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Pelita begitu dekat, hingga Pelita mendengar helaan napasnya dengan jelas. Jujur Pelita sedikit malu karena saat ini mereka sedang di Café Tjantik dan banyak orang yang aku kenal lalu lalang di depan kami.

"Kepercayaan mungkin tidak akan hadir dalam hitungan hari, tapi kita harus belajar mempercayai bukan cuma orang lain tapi juga diri sendiri, karena kita tidak bisa melakukan semua hal sendiri, kita ini manusia yang punya keterbatasan."

Setelah mendengar itu, sepertinya kerutan di dahi dan degup jantung Pelita semakin tidak teratur

"Jadi aku harus apa?" jawab pelita hopeless

"Rileks ta, jangan mikir kejauhan, cukup nikmati apa yang semesta izinkan kamu rasakan dan alami hari ini, karena in fact everything is temporary"

Memang ada beberapa hal yang perlu dipikirkan dengan matang dan dikhawatirkan, tapi untuk kali ini, kamu bisa santai karena aku yakin orang-orang yang terlibat dalam project ini adalah orang-orang terpilih dan professional. Jadi untuk apa kamu buang-buang energi dan waktu buat mikirin sesuatu yang belum tentu kejadian?"

"Kamu abis mandi parfum Maison Francis Kurkdjian Baccarat Rouge 504 yaa? wangi banget soalnya" goda Rangga

Baru aja Pelita terpukau dan terpesona dengan ucapan Rangga yang bijak, tapi lelaki itu tetap menyebalkan, akhirnya Pelita mencubit kecil pinggang laki-laki itu, dan Rangga pun meringis

"Sorry, sengaja" Rangga pun menarik kursi Pelita pelan mendekat ke arahnya

Sebelum itu ada sebuah suara yang menginterupsi mereka.

"Angga?" ucap seseorang. Pelita dan Rangga langsung menoleh ke arah sumber suara yang tidak begitu jauh dari meja mereka.

Pelita tidak mengenali perempuan cantik di depannya ini, tapi wajahnya tidak asing. Pelita masih menerka-nerka siapa gadis ini sebenarnya, sedangkan Rangga berbeda, ia terlihat begitu kaget.

"Honestly, aku begitu terintimidasi dengan penampilanku saat ini, tanpa makeup dan rambut panjang yang dikat asal berantakan dibandingkan dia yang begitu fashionable aku dan dia seperti langit dan bumi" ucap Pelita dalam hati.

Perempuan itu menarik tangan dan membungkuk untuk mencium pipi Rangga sebelum Rangga sempat menghindar.

"Kamu ngapain?" tanya perempuan itu

"Memangnya Rangga harus laporan dia mau kemana sama siapa? Emangnya dia siapa? Petugas sensus penduduk?" gerutu Pelita dalam hati

"Ada keperluan" jawab Rangga cepat. Setelah mengatakan itu, Rangga mengalihkan pandangannya dari perempuan itu ke arah Pelita.

"Ta, kenalin ini Aya, Aya kenalin ini Pelita" ucap Rangga

"Oh My Goodness dia dr. Aya Wirasti. Inhale exhale inhale exhale, remember this When love and respect go out the window, possessiveness and domination will surely take place. So I will never ever let her steal my beloved man, Rangga Pradipta is mine, absolutely mine no doubt at all" lanjut Pelita dalam hati, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Oh kenalin, aku Pelita pacarnya Rangga, salam kenal yah" ucap Pelita dengan senyum yang terkesan dipaksakan. Mendengar Pelita yang memperkenalkan dirinya sebagai kekasih dari Rangga dengan tegas, raut ceria yang semula ditunjukkan Aya berubah keruh.

"Oiya, sayang aku mau dong kamu suapin lagi" ucap Pelita kepada Rangga dengan manjanya sambil bergelendotan pada lengan kekasihnya itu. Rangga yang merasa asing dengan perubahan Pelita tentu saja heran, namun tak ayal tetap menuruti permintaan sang kekasih tanpa mempedulikan raut wajah Aya yang bertambah keruh.

"Kok makan dari tangan kamu enak yah sayang. Kalo gini aku mau disuapin terus." ucap Pelita lagi memanas-manasi

Rangga yang mendengar itu terkekeh kecil sambil menjawab permintaan kekasih "with my pleasure my Queen" Karena tidak tahan melihat kemesraan kedua sejoli tersebut, akhirnya Aya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut. Toh setelah perkenalan tadi dirinya tidak diperdulikan lagi.

"Maaf sebelumnya, kalo gitu aku permisi dulu yah"ucap Aya sambil lalu dengan hati yang panas.

Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang