Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
Sore ini untuk pertama kalinya di semester 6, Lian akan kumpul dengan teman-teman lain di tongkrongan. Sayangnya Lian tidak terlalu semangat, sebab dia datang sendiri tanpa Mirza dan yakin orang-orang di tongkrongan akan bertanya banyak hal. Yah, semoga saja tidak, meski kemungkinannya sangat kecil. Tongkrongan yang dijadikan tempat kumpul bukan area aneh-aneh, hanya sebuah warkop tua di belakang kampus yang jarang dikunjungi.
Selain lokasinya kurang bersahabat karena terletak jauh dari jalan raya, para mahasiswa memilih merogoh kocek lebih banyak agar bisa nongkrong dengan nyaman di kafe terdekat, bersama fasilitas AC yang membuat mereka tidak kepanasan dan sumpek.
Well, jelas tidak bisa dibandingkan dengan warkop yang sedang Lian kunjungi, sebab tempat ngopi yang dindingnya dicat warna abu-abu itu terasa seperti ruang privasi. Pengunjungnya itu-itu saja. Bila ada yang baru, harus diajak oleh langganan agar pengunjung lain tidak terkejut. Akibatnya tidak bisa sembarangan orang datang ke warkop seperti kafe pada umumnya. Di warkop tersebut ada ruang terbuka dan ruang tertutup.
Di dalamnya terdapat beberapa ruangan yang biasa ditempati tiap geng berbeda. Lian memasuki ruangan pertama yang ada di belakang area order, di mana sudah ada gelak tawa yang bisa dia dengar di balik pintunya yang ditutup. Tanpa mengetuk pintu, Lian langsung masuk dan disambut meriah oleh dua temannyaㅡRama dan Hakim.
"Akhirnya jadi nggak berdua doang. Tadi kita berdua digodain Bu Ani gara-gara berduaan pas ke sini," adu Hakimㅡlaki-laki berkulit sedikit gelap tetapi selalu bersinar terlebih ketika terkena sinar mentariㅡsetelah Lian menarik kursi dan duduk di sampingnya. "Lo tahu sendiri yang lain datengnya masih entar, malah bisa-bisa malem. Kita mulu yang dateng duluan."
Lian hanya tertawa pelan, akan lebih lucu jika Bu Aniㅡpemilik warkopㅡyang mengadu padanya. Orang lain yang dimaksud oleh Hakim adalah mantan anggota BEM lainㅡtermasuk seniorㅡyang biasa kumpul. Perkumpulan kecil para mantan anggota BEM tidak membicarakan yang aneh-aneh, hanya seputar kuliah dan kehidupan mahasiswa yang memusingkan.
Paling parah ada yang bermain judi, sedangkan rokok bukan hal asing bagi sebagian yang di sana. Ramaㅡlaki-laki bertubuh paling mungilㅡmenatap pintu yang telah ditutup rapat untuk beberapa saat, barulah kembali menaruh atensi pada Lian yang sudah meneguk kopi hitam pesanan Hakim.
"Mirza nggak ikut?" tanya Rama bingung.
"Lagi pacaran," jawab Lian acuh tak acuh.
"Lah? Sejak kapan dia punya pacar? Diem-diem udah ada pawang aja tuh bocah."
Lian merespons kebingungan Hakim dengan malas, "Sebelum UAS semester 5."
Rama dan Hakim terbelalak, sebab bagi mereka jika terhitung dari sebelum UAS semester 5 artinya sudah cukup lama, jadi keduanya merasa terkhianati karena Mirza tidak bicara apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...