24. Mana yang Jujur?

160 25 8
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Erina tidak terlalu suka keramaian, apalagi di malam hari yang harusnya tenang karena waktu istirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erina tidak terlalu suka keramaian, apalagi di malam hari yang harusnya tenang karena waktu istirahat. Namun, Erina tidak bisa pergi begitu saja sampai resepsi pernikahan tantenya usai. Ini hari bahagia, jadi dia pun ikut bersukacita atas kehidupan baru tantenya. Hanya untuk sesaat, dia butuh tempat tenang sebelum kembali bergabung dalam hamparan manusia. Beruntung Erina tidak sesibuk itu selain di awal acara, jadi dia masih bisa bernapas lega dengan keluar mencari oksigen yang mengisi paru-parunya.

Erina pergi ke area belakang yang hanya bisa diakses oleh staf dan keluarga berseragam. Jadi area belakang yang merupakan taman luas sangat sepi dan itu menguntungkan Erina karena dia butuh suasana tenang. Pemandangannya cukup cantik, matanya pun segar karena melihat pemandangan alami. Jika nanti Mirza datang, Erina akan mengajaknya ke area belakang agar lebih tenang.

"Aku cariin, ternyata ada di sini."

Suara familier itu menginterupsi Erina yang sedang bersedekap, hingga gadis itu berdiri tegak saat mengetahui siapa yang mengganggu waktu sendirinya. Johnny yang bertugas sebagai fotografer bergabung dan berdiri di samping Erina, sama-sama bersembunyi di balik pilar kokoh dan jadi lokasi tepat untuk menyendiri setelah cukup lama di dalam keramaian.

"Untung aku staf, jadi bisa nyusulin."

Erina mengernyit dan baru sadar kalimat Johnny sedikit mengganjal. "Nyusulin? Bentar ... tadi kamu bilang nyari aku?"

Johnny mengangguk jujur sambil menggosok telapak tangannya agar memunculkan sensasi hangat ketika udara malam sedikit menusuk.

"Ngapain?" tanya Erina lagi.

"Mau ngobrol aja sama kamu, Na. Soalnya selain orang tua kamu, aku nggak banyak kenal orang di sini. Lumayan 'kan punya kenalan yang udah lama di tempat kerja."

Baiklah, Erina tidak membiarkan Johnny untuk bergabung tanpa menaruh curiga apa yang sebenarnya ingin dia bicarakan. Ditambah Erina yakin mereka tidak punya kepentingan untuk saling bicara, tapi gadis itu enggan menunjukkan keberatan karena Johnny tetap orang yang dia kenal.

"Mirza nggak disuruh datang?"

Beruntung nama Mirza dibahas, jadi Erina lebih senang karena topiknya tidak jauh-jauh dari orang yang dia sayang. "Datang, kok. Tapi lagi nunggu temennya karena diundang juga sama Sabrina. Dia juga aku kasih seragam. Tadi Mirza nggak mau nunjukin pas video call, katanya buat kejutan biar lihatnya pas dia datang. Mirza, Mirza. Dia ada-ada aja."

Johnny mengerjap takjub mendengar antusiasme Erina yang ditunjukkan melalui kata dan ekspresi ketika menjawab pertanyaan soal Mirza. Bila boleh jujur, ini pertama kalinya Johnny melihat Erina yang bersemangat. Selama saling mengenal, Erina sering bicara seperlunya sesuai pertanyaan. Kini gadis itu menunjukkan sisi lain yang Johnny gemari sekaligus dia benci, karena perbedaan itu muncul saat Erina membicarakan adiknya, bukan karena kehadirannya.

My First and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang