17. Fakta Besar

199 32 6
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Biar aku makin semangat 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah, Johnny. Masih ingat sama rumahnya, 'kan?" 

Johnny mendaratkan kakinya di lantai ruang tamu yang masih familier hingga sekarang. Posisi sofa dan warnanya, berbagai foto yang dipajang di dinding, tanaman artificial yang menghiasi ruangan, sampai aroma pewangi yang masih sama digunakan hingga sekarang. Johnny memejamkan matanya untuk sesaat, menghirup aroma familier di indra penciumannya, lalu kembali membuka mata untuk melihat sekitar yang masih memanjakan mata. Hanya satu yang kurang dari sekian persamaan di sana; Erika. 

Tidak ada derap ribut yang mendekat ketika Johnny tiba, sapaan hangat ketika dijemput untuk jalan-jalan, hingga keributan kecil ketika Erina didesak untuk ikut oleh Erika dengan alasan ingin ditemani sang kakak yang terlalu sering menyendiri di rumah. Hanya kurang satu hal, tetapi perubahannya begitu besar dan membuat Johnny kembali dirundung duka mengingat perpisahannya dengan Erika dirasa terlalu cepat. 

Meski begitu, Johnny tetap paksakan senyum, terlebih di depan Abigail yang membawanya bertamu setelah berjumpa di rumah salah satu kerabat yang menyewa jasa pria itu untuk menjadi fotografer pernikahan. Ya, sekarang Johnny sudah ada di rumah Abigail setelah diajak datang dan memenuhi undangan dadakan untuk makan malam bersama. Johnny tidak bisa menolak. Kalaupun bisa, dia tetap menerima ajakan Abigail karena sama rindunya dengan beliau yang selalu menyambut Johnny penuh sukacita setiap kali ke rumah. 

Ditambah lagi Johnny merindukan masakan Abigail yang hampir setiap hari dibagi oleh beliau, baik itu diantarkan ke rumah oleh Erika, atau terkadang ikut makan malam langsung agar bisa kumpul bersama keluarga mantan calon mertua. 

"Duduk dulu ya, John. Biar Tante bikinin minum," ucap Abigail sambil menarik tangan Johnny ke ruang keluarga, sengaja agar membuat pria itu nyaman tanpa merasa asing meski sudah lama tidak bertandang.

"Makasih, Tante. Saya jadi repotin gini." 

"Enggak ada repot-repotnya. Justru Tante seneng kamu mau ikut." Abigail tertawa riang, masih belum percaya bisa bertemu Johnny lagi tanpa disengaja dan berakhir di rumahnya. "Tunggu, ya. Jangan minta pulang sebelum makan malam, lho." 

Johnny terkekeh. "Iya, Tante." 

Johnny baru bisa duduk setelah Abigail beranjak dari ruang keluarga menuju dapur untuk menyiapkan minum dan kudapan. Selagi menanti, netra Johnny kembali menelusuri ruang keluarga yang masih sama seperti terakhir dia kunjungi sebelum pindah bersama ayahnya. Posisi furnitur yang persis dalam ingatan tanpa ada barang baru untuk mengisi. Lagi, yang kurang hanya Erika. 

Saat masih berpacaran dulu, khususnya saat Erika masih remaja dan dilarang untuk pergi ke tempat yang terlalu jauh tanpa pengawasan orang tua, dia dan Johnny lebih banyak pacaran di rumah. Ruang keluarga jadi saksi dari banyaknya kisah yang dijalin, televisi jadi tontonan terbaik meski banyak acara tak penting yang bosan untuk disimak. Kadang rumah Johnny jadi tempat kencan dan PlayStation adalah hiburan paling menyenangkan. 

My First and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang