Halo. Maafkan keterlambatan My First and Last selama dua minggu.
Semoga masih ada yang nunggu cerita ini update karena ini adalah penutupun kisah Mirza dan Erina.
Chapter ini terdiri dari 4000 kata, jadi semoga kalian betah bacanya.
Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Harusnya kamu milih cincin sama kakak aku. Ini malah ngajak aku," keluh Mirza yang sesungguhnya mulai bosan melihat jajaran cincin di etalase dan bingung harus memberi usul apa, sebab calon kakak iparnya, Bethany, sejak tadi tidak merasa cocok dengan pilihannya sendiri.
"Enggak kakaknya, nggak adiknya, susah banget diajak belanja," cibir Bethany sambil menatap penuh minat jajaran cincin yang dikeluarkan dari etalase. "Salahin kakak kamu tuh yang susah banget disuruh pergi milih cincin. Katanya terima jadi. Untung aja kalau diajak belanja yang lain nggak susah juga."
Mirza terkekeh pelan mendengar keluhan Bethany yang tidak ingin disalahkan, terlebih ketika dia sebentar lagi akan menjadi pengantin yang seharusnya mendapatkan banyak pujian. Bukannya haus akan ucapan manis, tetapi mendekati pernikahan membuat Bethany lebih sensitif. PR sekali untuk Johnny dan seluruh anggota keluarga menjaga tutur kata agar tidak menyinggung Bethany yang bisa membuas.
Omong-omong, Mirza tidak hanya berdua dengan Bethany. Ada Sonya yang ikut atas permintaan Johnny sebagai wakil dan amat dipercaya untuk menjaga calon istrinya. Ya, mulanya mereka pergi bertiga, tetapi di tengah-tengah memilih cincin Sonya pergi ke toilet dan sampai sekarang belum kembali.
Mirza mengembuskan napas bosan sambil matanya memindai ke sekitar jewelry shop yang cukup ramai. Di sisi kanan dan kirinya ada beberapa pengunjung yang juga sedang memilih cincin, sedangkan di samping Mirza tadi baru saja pergi setelah menemukan kalung yang tepat untuk digunakan kala resepsiㅡsetidaknya itu yang tidak sengaja telinga Mirza tangkap.
Saat matanya asyik berkeliaran ke sana kemari untuk mencari pelampiasan rasa bosan, netra pria itu berhenti kala menemukan pemandangan menakjubkan yang membuat pandangannya hanya tertuju pada satu titik itu. Situasi mal memang sedang ramai, tetapi keramaian itu Mirza abaikan karena ada satu orang yang paling menonjol di antara para pengunjung. Ya, seorang wanita yang Mirza masih ingat betul perawakannya.
Tidak banyak yang berubah dari terakhir Mirza ingat ketika mereka berjumpa. Hanya gurat kedewasan di wajahnya yang makin jelas, rambutnya setengah dikuncir dan setengah digerai, serta kemeja putih dengan outer rajut membuat penampilannya lebih trendy agar tidak ketinggalan seperti perempuan di awal usia 20-an.
Mirza menatap sisi kiri dan kanan Erina mencari sesuatu. Dia hanya sendiri, setidaknya ketika berbincang dengan Sonya yang tampak senang bisa bertemu Erina lagi setelah pertemuan pertama dan terakhir mereka beberapa tahun lalu. Mirza juga senang ketika melihatnya dari kejauhan, samar-samar senyumnya pun mencuat karena bisa tahu bagaimana perubahan Erina setelah lama berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...