Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Mirza, kita ketemu, ya. Kita ngobrol baik-baik, oke?"
Itu adalah voice note dari Erina yang Mirza dengar sebelum memasuki rumahnya. Suara gadis itu terdengar bergetar, tetapi gagal menggetarkan Mirza yang menanggapinya tanpa ekspresi. Voice note yang dikirim tadi siang sebenarnya tidak sengaja dibuka oleh Mirza, alhasil terpaksa mendengarkannya tanpa membaca pesan lain yang tertera di ruang obrolan.
Mirza mengunci kembali ponselnya tanpa membalas dan memasukkan ponsel ke saku celananya, kemudian menenteng tas berisi pakaian ganti yang dia gunakan selama menginap di rumah Lian. Mirza membuka pintu rumah yang tidak dikunci, disambut oleh suara televisi dari ruang keluarga di mana Sonya sedang santai seorang diri sambil menikmati buah apel yang dipotong.
"Ma, Mirza pulang," ucap sang bungsu yang kemudian mengecup pipi Sonya.
"Kok nggak ngabarin mau pulang hari ini? Mama nggak masak buat makan malam, nih. Tadi delivery," balas Sonya sambil menarik Mirza untuk duduk, tidak membiarkannya pergi begitu saja karena beliau masih ingin bicara setelah ditinggalkan sendiri di rumah selama beberapa hari. "Mau Mama masakin apa?"
Mirza menggeleng sambil menyengir lebar. "Enggak usah, Ma. Aku udah makan. Aku sengaja datang tiba-tiba biar surprise gitu."
Sonya berdecak dan menggeleng beberapa kali, memberikan tepukan ringan di pipi Mirza karena gemas. "Enggak kamu, nggak Erina, sama-sama doyan datang dadakan dengan alasan surprise, ya. Untung aja kemarin Mama ada di rumah dan lagi lumayan siap nerima tamu."
Saat nama Erina disebut, Mirza mengernyit bingung dan mencoba mengartikan ucapan Sonya yang terdengar seakan ... dekat dengan Erina. Padahal jelas betul Mirza belum membuat jadwal pertemuan resmi antara Sonya dan Erina. Sang ibu hanya tahu Erina melalui foto dan ceritanya saja. Kecuali jika ... jangan bilang Erina datang ke rumah?
"Elㅡmaksudnya Erina ke rumah, Ma?" Mirza menanyakan secara langsung demi tuntaskan rasa penasaran.
Sonya mengangguk sembari mengganti channel televisi yang menayangkan acara gosip malam. "Iya. Katanya juga mau ngasih kamu kejutan," jawab Sonya enteng. "Tapi karena kamu ada di rumah Lian, yaudah gagal. Makanya ngobrol aja sama Mama. Dia lumayan lama lho di rumah. Kira-kira sampai sore, lah."
Kabar itu sangat mengejutkan, tetapi bila boleh jujur ... Mirza cukup lega tidak perlu menemui Erina sebab dia masih belum siap. Katakanlah dia kekanakan, tidak apa-apa. Mirza belum menyiapkan nyali yang cukup untuk bercakap-cakap secara langsung perihal hubungannya, karena meski sudah membuat keputusan yang menurutnya baik, dia tetap ingin hati-hati dan tidak mau buru-buru.
"Beresin masalahnya dengan baik, Za. Jangan begini."
Mirza mengerjap pelan dan mengangkat pandangannya pada Sonya yang bicara seakan beliau tahu sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
Fiksi PenggemarBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...