26. Puncak Emosi

201 22 6
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Biar aku makin semangat 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siang, Tante. Sayaㅡ"

"Tante tahu. Kamu Erina."

Sonya terlalu semangat hingga menyela ucapan Erina yang belum selesai. Erina membeliak, tetapi kemudian tersenyum melihat dia disambut penuh sukacita oleh wanita di hadapannya yang membuka pintu tak lama setelah bel dibunyikan.

Sonya memeluk Erina erat, begitu hangat sampai gundah di hati gadis itu luruh sejenak. Sonya mengurai pelukannya dan tertawa pelan karena merasa lancang, padahal belum memperkenalkan diri secara formal meski jelas Erina pasti tahu siapa beliau.

"Tante ini mamanya Mirza. Maaf karena Tante terlalu semangat. Soalnya sering denger cerita tentang kamu, dilihatin foto kamu, tapi belum dikasih kesempatan ketemu langsung. Makanya jadi gini, deh."

Erina tersenyum sambil menggeleng pelan. "Enggak apa-apa, Tante. Saya juga seneng kok disambut kayak gini. Malah agak ... nggak nyangka."

"Ihh, kamu pasti disambut baik, dong. Kan pacarnya Mirza. Ayo masuk."

Sonya mempersilakan Erina masuk sembari merangkul lengannya dengan akrab seakan mereka bukan dua orang yang baru berjumpa. Erina tidak terbiasa dengan hal seperti ini, tetapi lama-lama dia nyaman dalam rangkulan Sonya yang menerimanya dengan sangat baik. Erina jadi paham mengapa Mirza cukup agresif di awal pertemuan mereka. Ya, itu semua menurun dari Sonya yang tidak canggung dengan orang baru, apalagi jika masih berhubungan langsung dengan keluarganya.

"Bentar, ya. Tante bikinin minum dulu," ucap Sonya setelah membiarkan Erina duduk di ruang keluarga.

Erina hanya mengangguk, kemudian memperhatikan sekitar rumah yang dicat berwarna putih dan gold hingga memberikan dampak cerah nan nyaman. Sayangnya kenyamanan ini bertransformasi jadi kekhawatiran cukup besar karena ia penasaran di mana Mirza. Ini hari Minggu, jadi seharusnya dia ada di rumah. Namun, bila diperhatikan lagi, Sonya juga tidak memanggil Mirza saat Erina datang. Lantas apakah mungkin ... yang dituju tidak di rumah?

"Mirza lagi di rumah Lian, Nak. Nginep dari kemarin lusa." Sonya kembali muncul sembari membawa secangkir teh hangat, menjawab tanda tanya di kepala Erina yang sedikit kecewa karena Mirza tidak di rumah. "Johnny juga beberapa hari ini tinggal di studionya, baru balik lagi lusa," sambung Sonya sembari duduk di samping Erina.

Sebenarnya Erina tidak mau tahu keberadaan Johnny yang baginya tidak penting. Namun, itu tetap jadi informasi yang menguntungkan karena Erina tidak perlu repot-repot bertegur sapa dengan pria itu.

"Saya bawa kue, Tante," ucap Erina seraya menyodorkan sekotak brownies di tangannya yang sengaja dibeli sebelum berangkat. "Buat Tante sama Mirza ngemil."

"Aduh, makasih, Nak. Sampai repot gini. Ngomong-ngomong," Sonya meletakkan brownies di meja, kemudian bertanya, "kamu nggak ngabarin Mirza mau ke sini? Pasti 'kan ke sini niatnya nggak cuma ketemu Tante."

My First and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang