Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Kamu mau apa ke sini, Kak?"
Mirza tidak memberi respons menyenangkan, sebab kehadiran sang kakak yang mendadak membuat jiwa posesif laki-laki itu naik ke permukaan agar Johnny tidak bertingkah di depan sang pacar. Johnny paham betul reaksi itu, tetapi tidak membuatnya urung untuk bertemu. Apalagi Johnny sudah jauh-jauh datang, tidak mungkin langsung pergi tanpa apa-apa.
"Aku mau numpang makan siang di sini. Kamu sendiri yang bilang kantin sini enak banget. Murah pula," jawab Johnny enteng.
Pria itu melirik ke arah perempuan yang wajahnya tertutup helm, lantas tersenyum penuh arti mengetahui siapa yang menjadi dalang dari ketidakramahan Mirza.
"Mau pacaran, ya?"
Mirza makin menggenggam tangan Erina erat, sedangkan yang dijaga mati-matian untuk tidak kabur mengetahui fakta bahwa Johnny dan Mirza adalah adik kakak. "Kamu makan sendiri aja, aku mau bareng pacar. Enggak apa-apa, ya?"
Jelas sekali Mirza ingin segera pergi, tetapi Johnny tidak melepaskan adiknya begitu saja. "Makan bareng aja. Mau di mana, sih? Aku naik mobil ke sini."
Mirza menggeleng dan menolak secara blak-blakan, "Aku mau pacaran. Jangan ganggu, dong. Lagian jauh-jauh ke studio buat makan doang kayak nggak ada kerjaan aja."
"Emang nggak ada kerjaan. Udah beres semua, tinggal nunggu klien entar sore. Makanya aku ngikut kalian aja. Janji deh nggak akan ganggu. Anggap aja aku nyamuk."
Tidak hanya Mirza yang dalam hatinya mengumpat, Erina pun diam-diam menjerit ingin segera terbebas dari situasi yang dia benci. Tanpa diketahui dua laki-laki di depannya, mata Erina memerah dan tenggorokannya perih menahan tirta yang nyaris tumpah. Tidak lucu jika Erina tertangkap basah menangis ketika helmnya dibuka, jadi lebih baik mati-matian dia tahan sampai kakak beradik itu selesai bercakap.
"Aku traktir, deh," bujuk Johnny, masih tidak menyerah.
"Kamu kira aku nggak ada uang buat makan doang?" sungut Mirza tersinggung. "Sana, aku mau pergi. Jangan ngikutin."
Mirza naik ke motornya, diikuti Erina yang akhirnya akan segera kabur dari hadapan Johnny. Alih-alih kembali menahan, Johnny biarkan adiknya pergi, bahkan melambai tanpa berat hati ketika mesin motor Mirza telah menyala. Sebelum Mirza menarik gas, Johnny pergi lebih dulu ke mobilnya yang terparkir di area berbeda.
Mirza kira dia sudah bebas, padahal sebenarnya diam-diam Johnny mengikuti adiknya dari belakang. Mirza tidak sadar sama sekali, jadi motornya melaju santai tanpa ada niatan untuk melirik melalui spion dan menemukan mobil Johnny yang membuntuti secara terang-terangan.
Erina pun berpikir dia sudah aman dari pergulatan batin sesaat. Nyatanya dugaan dia salah. Sekitar lima menit Mirza dan Erina tiba di restoran ramen, duduk di lantai dua yang lebih sepi, Johnny kembali muncul dan duduk di samping adiknya yang sedang membaca buku menu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...