28. Menuju Pertemuan

149 18 2
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

"Menurut kamu, Mirza sama Kak Erina kapan baikannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menurut kamu, Mirza sama Kak Erina kapan baikannya?"

Sabrina menatap langit malam Ibu Kota yang cerah dilukiskan bintang, seirama dengan suasana hatinya yang sedang senang karena rencana jalan bersama Lian berlangsung lancar. Hari ini mereka pergi ke Taman Mini Indonesia Indah sejak siang hingga petang.

Malamnya Sabrina mengusulkan Lian untuk pergi ke pasar malam yang lokasinya tidak jauh dari rumah gadis itu, menghabiskan sisa waktu bermain wahana yang santai sambil menikmati semilir angin sejuk dan jarang didapatkan ketika Ibu Kota diserang teriknya matahari.

Sepanjang menghabiskan waktu berdua, tidak ada pembicaraan terkait Mirza dan Erina. Lian dan Sabrina hanya fokus pada keduanya, menikmati masa-masa liburan semester sebelum berakhir, sekaligus lebih saling mengenal satu sama lain sebelum memulai hubungan sekadar teman.

Topik soal Mirza dan Erina baru dimulai saat mereka sedang duduk di pinggiran pasar malam sambil menikmati jasuke hangat, pertemuan Lian dan Sabrina seakan kurang jika tidak membicarakan orang terdekat yang sampai saat ini belum menemukan titik terang.

"Enggak tahu, deh. Pas terakhir aku ke rumahnya sih, Kak Erina belum dapat balasan apa-apa dari Mirza. Jadi, kayaknya nggak dalam waktu dekat."

Lian manggut-manggut. "Aku juga pernah nanya ke Mirza udah bales chat Kak Erina atau belum, terus dia jujur banget jawab belum."

Lian dan Sabrina mendesah bersamaan, semangat yang menumpuk sejak siang seolah sirna karena memikirkan hubungan orang lain. Lian sudah tidak jadi sasaran empuk untuk mendengarkan keluhan Mirza. Pun Sabrina yang telinganya sering siaga, tetapi tidak menerima curhatan apa pun dari Erina. Bila berpikir itu membuat keduanya tenang, maka salah besar. Lian dan Sabrina justru makin penasaran dengan perkembangan yang ada, tetapi mereka sangat hati-hati untuk bertanya karena takut itu menyinggung dan malah makin mengacaukan keadaan.

Alhasil sekarang di penghujung hari, Lian dan Sabrina sibuk memikirkan apa yang terjadi pada dua orang itu, seakan lupa jika mereka pun punya sesuatu untuk diputuskan.

"Kalau di situasi kayak gini, kamu mikir Kak Erina sama Mirza putus atau lanjut?"

Lian lantas menjawab, "Harusnya bisa lanjut."

Sabrina menoleh ke arah Lian setelah menelan satu sendok kecil jasukenya. "Kenapa, tuh?"

"Ini cuma salah paham aja, Bri. Aku bisa ngerti perasaan Mirza, tapi dia sendiri yang susah karena nggak mau dengerin penjelasan dan dikit-dikit nyalahin. Kak Erina 'kan pernah suka, bukan masih suka. Berarti perasaannya sekarang udah sepenuhnya buat Mirza. Itu yang bikin aku yakin mereka ada kesempatan buat lanjut."

"Tapi ada kesempatan buat nggak lanjut juga, dong? Soalnya aku pesimis mereka bisa lanjut."

Lian tidak menjawab, malah menggigit bibirnya tergugu-gugu.

My First and LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang