Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Menurut kamu, Kak Lala sama Kak Johnny cocok nggak?"
Pertanyaan sekonyong-konyong itu hampir membuat Erina mengeluarkan kembali nasi dan ayam goreng dari mulutnya. Gadis itu buru-buru meneguk teh tawar hangatnya untuk meredakan gatal di tenggorokan selagi mencerna pertanyaan Mirza. Sebelah tangan Mirza yang bersih mengelus punggung Erina demi membantu meredakan rasa tak nyaman di tubuh.
"Sorry," ucap Erina sembari meletakkan kembali gelas di meja beralaskan perlak bermotif kotak-kotak warna biru. "Kenapa kamu jadi nanyain gitu, deh? Mereka aja nggak saling kenal."
Mirza terkekeh pelan sembari menarik tangannya menjauh setelah memastikan Erina baik-baik saja. "Tiba-tiba kepikiran. Soalnya mereka sama-sama lajang, tuh. Makanya aku ngide aja mau ngenalin mereka, siapa tahu cocok. Terus tanya kamu dulu buat mastiin pikiran aku ini nggak salah, El."
Erina ber-O ria setelah paham apa penyebab Mirza melambungkan tanya begitu di tengah suasana Warung Pecel Lele yang ramai dihuni pengunjung. Untung saja di hadapan mereka sudah tidak ada orang makan, jadi Erina tidak perlu menahan malu ketika reaksinya sedikit berlebihan.
"Aku nggak yakin, Za. Soalnya mereka belum pernah ketemu. Jadi, menurut aku harus ketemu dulu supaya kelihatan cocok atau nggak."
Mirza manggut-manggut setuju, tetapi tak langsung merencanakan pertemuan sebab gagasan gilanya ini muncul akibat rasa cemburu yang berkobar di hati. Tak rela jika ada orang lainㅡkhususnya kakak sendiriㅡmenaruh hati pada sang kekasih.
Sembari memindahkan kol goreng yang masih tersisa banyak dari piringnya ke piring Mirza, Erina bertanya lagi, "Ini ada niat apa sampai mau jodohin Lala sama Johnny? Kayak ... kok bisa gitu kamu kepikiran." Erina tertawa pelan membayangkan apa jadinya Johnny dan Lala bila benar bisa bersama. "Aku nggak yakin Johnny cocok sama Lala. Soalnya kalau aku inget dia waktu sama Erika, Johnny kelihatannya suka perempuan yang mau diajak coba hal baru supaya nggak stuck gitu-gitu aja. Sedangkan Lala orangnya nggak beda jauh dari aku. Dia mau coba hal baru kalau itu ada hasilnya berupa uang, nggak sekadar pengalaman yang bikin dia capek. Ini ... kamu paham maksudnya, 'kan?"
Mirza mengangguk sekali seraya terkekeh pelan. "Aku paham, kok. Emang kelihatan sih, tapi nggak ada salahnya dicoba. Kasihan tuh kakak aku ngejomlo terus, jadi mendingan dicariin pacar biar nggak naksir cewekㅡ"
Bibir Mirza segera terkatup tanpa instruksi ketika lidahnya hampir terpeleset menyebutkan hal lain yang berhubungan dengan Erina. Beruntung Erina tidak curiga selama netranya tetap terpaku pada Mirza yang masih membisu sembari memilah kata lain untuk diucapkan.
"Maksudnya, Kak Johnny tuh nggak jelas deket ceweknya. Ada yang inilah, ada yang itulah. Mending sama Kak Lala yang bisa pasti gitu. Siapa tahu cocok walaupun beda banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...