Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Ayo kita ngobrol, Za," pinta Johnny ketika Mirza baru saja tiba setelah membeli makan di kedai tak jauh dari rumah.
Pemuda itu benar-benar baru mendarat di ruang tamu sembari membawa dua porsi makananㅡyang sebenarnya ogah untuk diberikan pada Johnny, tetapi Sonya yang tengah bekerja meminta Mirza untuk membeli dua porsi. Makin ogah lagi ketika Johnny menahan langkahnya yang ingin menghindar karena enggan memulai obrolan dengan kakaknya.
Memahami mata yang mengerling malas tidak membuat Johnny mundur untuk memberi jalan. Dia makin memanfaatkan tubuh jangkungnya untuk menghalau Mirza yang kesabarannya mulai menipis, tetapi tidak mau melawan karena itu hanya memancing Johnny untuk terus bertingkah.
Bukan sekali Johnny meminta berbincang berdua, tetapi Mirza selalu menolak dan sang sulung tidak mau memaksa. Namun, kali ini Johnny tidak mau mengalah karena makin lama ditunda, masalah kakak dan adik itu tidak akan pernah selesai.
"Diam aja nggak akan bikin masalahnya selesai, Za. Mending kita obrolin aja."
"Masalah aku sama El udah selesai, kok. Kami udah putus."
Johnny menganga kecil hingga kakinya refleks mundur selangkah mendengar fakta satu itu. Mirza mengernyit melihat reaksi kakaknya, kemudian tersenyum mengejek karena dirasa tingkah Johnny terlalu ganjil.
"Kok malah kaget gitu, sih? Harusnya 'kan kamu seneng sekarang bisa sama El setelah sebelumnya bilang naksir dan mau rebut terus."
"Kamu rela aku sama Erina?" Perangai Johnny langsung berubah ketika Mirza dengan sengaja menantangnya, menyingkirkan rasa terkejut yang sesaat muncul sebelumnya. "Kalau iya, aku mau banget buat deketin dia sebagai perempuan yang bakal dijadiin pacar. Oh, atau mungkin istri supaya dia jadi kakak ipar kamu."
Serangan makan tuan ketika Mirza malah jadi panas dingin membayangkan Johnny dan Erina bisa sampai ke tahap itu. Kemungkinannya masih sangat kecil, tetapi bukan berarti tidak mungkin jika jiwa bersaing Johnny masih ada hingga ke titik terakhir.
Bila boleh jujur, Mirza tentu tidak rela jika benar Johnny berhasil merenggut Erina. Mau hubungan dia dan Erina sudah selesai dalam waktu lama pun, Mirza tidak akan ikhlas jika kakaknya harus menang. Alih-alih membalas, Mirza memilih kabur ketika jalanan lengang. Sayangnya Mirza terpaksa menunda langkahnya lagi ketika Johnny tiba-tiba bicara tanpa meminta izin karena tahu dia akan ditolak.
"Malam itu aku yang maksa Erina buat ngobrol. Aku desak dia buat ngaku pernah suka dan akhirnya ngakuin itu. Entah kamu denger atau nggak, Erina bilang sayang sama kamu dan nolak aku yang nawarin diri buat jadi pasangan dia karena ngerasa lebih layak."
Johnny berbalik dan menatap punggung Mirza yang memaku tak jauh dari posisi sang sulung. "Aku ngomong ini bukan berarti mau ngalah, tapi minimal kamu nggak sepenuhnya nyalahin Erina karena kelihatannya masih marah sama dia walaupun udah putus. Aku juga minta maaf karena obrolan itu bikin hubungan kalian jadi udahan. Kedengerannya sia-sia, tapi tolong kita damai aja, Za. Aku nggak mau lama-lama musuhan sama adik sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...