Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
Rasanya baru kemarin Mirza mengeluh soal absennya Erina pada Lian, lalu menanyakan ke mana pacarnya pada Sabrina. Sekarang dua insan berstatus lajang itu harus melihat kemesraan tidak tahu tempat dari sejoli yang sempat terpisahkan jarak selama beberapa hari, seakan tak ingat ada konflik internal yang sempat terjadi dan membuat Mirza ketar-ketir. Kantin yang ramai seolah tidak jadi halangan untuk Mirza dan Erina saling menumpahkan rasa sayang.
Sebenarnya geli, tetapi berhasil menggetarkan jiwa-jiwa jomlo Lian dan Sabrina yang seketika ingin memiliki pasangan. Apalagi ketika Mirza tidak malu mencubit gemas pipi Erina hingga semburat merah muncul di pipi gadis itu secara jelas. Definisi dunia hanya milik berdua dan yang lain ngontrak digambarkan dengan gamblang oleh Mirza dan Erina, sampai lupa di hadapan sejoli itu masih ada dua orang yang nafsu makannya sampai hilang.
Mahasiswa lain di kantin masih bisa cuek bebek, apalagi pasangan bucin bukan hanya Mirza dan Erina. Namun, Lian dan Sabrina yang melihat tepat di depan mata tidak bisa merasa biasa, justru merinding geli melihat kemesraan berlebihan yang seharusnya dilakukan di ruang minim orang.
"Woy," tegur Lian, mulai tidak tahan dengan pemandangan di hadapannya, apalagi ketika Mirza tidak malu-malu mencium pipi Erina di depan banyak orang. "Bisa berhenti ngebucin nggak, sih? Ini di kantin. Kalau mau cium-cium di tempat yang agak sepi gitu, biar yang jomlo kayak gue sama Sabrina nggak jadi penonton tanpa dibayar."
Mirza spontan menjauhkan posisinya dari Erina, duduk tegak dan mengalah setelah ditegur demikian. Erina juga tidak protes dan melanjutkan makan siangnya yang beberapa kali ditunda.
"Tumben banget Kak Erina mau mesra gitu di depan umum," tutur Sabrina heran. "Biasanya juga malu-malu kalau di tempat rame gini."
"Udah terlatih sejak kami berduaan di rumahnya El," jawab Mirza percaya diri.
Tanpa disangka, Erina ikut merespons secara blak-blakan. "Kalau berduaan waktu itu lebih dari ini."
Sabrina yang sedang menikmati es tehnya hampir tersedak, sedangkan Lian membeliak berusaha yakin bahwa dia tidak salah dengar. Mirza sebenarnya ikut terkejut mendengar pacarnya cukup terbukaㅡyang untungnya tidak menjelaskan lebih rinci lagiㅡtetapi dibiarkan karena faktanya memang begitu.
"Gila!" Lian berdecak, antara kagum dan tidak menyangka. "Berarti nanti-nanti kalian nggak boleh dibiarin berduaan terus, nih. Soalnya bahaya. Bisa melakukan tindakan ... asusila," sambung Lian sembari berbisik di kata terakhir agar orang sekitar tidak mendengar jelas.
Kata itu membuat Mirza dan Erina kompak melotot, tentu tidak suka jika dituduh akan melakukan hal aneh-aneh di luar kendali diri. Lian yang merasa dihakimi oleh sepasang kekasih itu hanya bisa nyengir, lalu menunduk agar tidak beradu tatap dengan dua orang di hadapannya yang masih menghakimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...