Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
Mirza
Aku abisin americano dulu, El
Baru pulang bareng
Tunggu, ya
Miss you ❤Senyum Erina terbit membaca pesan terakhir Mirza sebelum ponsel kembali dia masukkan ke tas. Dia harus mau menunggu sedikit lebih lama sampai Mirza menghabiskan americano-nya jika ingin pulang bersama. Bukannya Erina sudah terlalu bergantung, tetapi Mirza sudah mengajak dan berjanji akan mengantar, seperti itu setiap hari dan Erina tidak menolak, kecuali mereka berdua ada urusan lain yang tidak bisa dihindari untuk dilaksanakan.
Setelah membantu dosen membawa makalah kelompok ke ruangannya yang ada di lantai 8, Erina segera turun menggunakan lift menuju lobi dan akan menunggu Mirza di sana. Mungkin akan sedikit lama, tapi tidak apa-apa karena Erina tidak mau mengganggu waktu santai Mirza akibat diburu-buru. Erina baru menginjak lantai area depan gedung fakultas setelah melewati lobi, dihantam oleh cuaca panas menusuk ketika seseorang menghadang jalannya.
Erina bukan mahasiswa baru, tetapi baru kali ini melihat laki-laki yang tersenyum ramah sekaligus mencurigakan. Gadis itu berubah waspada, mencengkeram kuat totebag yang disampirkan ke pundak sebagai perlawanan bila terjadi apa-apa. Well, belum tentu laki-laki yang masih bungkam itu akan melakukan hal aneh di lingkungan kampus yang ramai mahasiswa berkeliaran, tetapi Erina tidak bisa tenang karena tampang mencurigakannya kentara jelas.
"Kak Erina, 'kan?"
Erina mengangguk, masih membisu. Senyum laki-laki itu melebar.
"Gue Galvin, temennya Mirza. Sekarang lagi skripsi."
Erina ber-O ria tanpa mengeluarkan suara, masih bingung kenapa teman Mirzaㅡselain Lianㅡmalah mendatanginya tanpa sebab.
"Gue seringnya sama Mirza pas di tongkrongan, makanya nggak heran kalau lo nggak kenal, Kak. Tapi Mirza pernah ceritain lo, kok."
Erina merasa tidak bangga Mirza menceritakannya pada teman-teman. Bukan berarti niat Mirza dianggap buruk, tetapi karena Galvin sudah memberi first impression yang kurang baik walaupun tidak melakukan hal aneh, Erina jadi tidak enak hati.
"Kamu mau apa?" tanya Erina to the point, tidak sabaran agar Galvin segera pergi sebelum Mirza datang dan berpikir tidak-tidak.
"Gue mau ngobrol bentar aja. Boleh, ya? Ini soal Mirza, kok."
Soal Mirza .... Firasat Erina mengatakan itu bukan hal baik, tetapi penasarannya pun tinggi. Erina masih mencoba positif, mungkin saja Galvin datang untuk memberi tahu hal baik tentang Mirza. Iya, 'kan? Setelah mempertimbangkan, Erina mengangguk sebagai izin yang Galvin terima darinya.
Galvin menyamarkan senyum, kali ini menunjukkan perangai sesungguhnya setelah tidak sengaja melihat Erina saat akan pergi ke tongkrongan, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bicara. Ya, ini adalah tindakan spontan, tapi niat Galvin untuk bicara dengan Erina sudah ada sejak Mirza jadi jarang datang ke tongkrongan, khususnya setelah dia meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...