Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Mirza orangnya lucu, ya."
Erina yang asyik mencuci piring bersama Darius di dapur kakek neneknya tersenyum mendengar pujian dari sang ayah tenang Mirza. Pujian pertama yang Erina dengar setelah beberapa jam kepergian Mirza, disambut cukup baik oleh keluarga, Mirza juga bisa akrab dengan saudara Erina yang masih kecil.
"Orangnya gugup banget waktu ketemu Papa, tapi berusaha nunjukin dia emang pantes sama kamu. Tipe laki-laki yang pengen kelihatan hebat di depan orang tua pacar, padahal belum punya apa-apa karena masih kuliah."
Erina tertawa pelan, tidak membantah untuk yang satu itu karena bagaimanapun Mirza masih tanggung jawab orang tua, untuk jajan saja masih menunggu hasil pemberian dari yang tertuaㅡseperti Erina.
"Kalau udah lebih deket bakal makin lucu lagi, Pa. Mirza orangnya gampang berbaur walaupun awal-awal sedikit kaku, tapi setelahnya enak diajak ngobrol."
Darius manggut-manggut kala melihat senyum Erina yang melebar ketika menyuarakan pujian untuk pacarnya. "Papa bisa lihat itu. Kelihatan dari cara kamu yang ngomongnya mulai berubah."
Erina mengernyit, menunda kegiatan sejenak demi merespons ucapan Darius. "Maksudnya berubah gimana, ya?"
"Lebih baik, dong. Kamu 'kan jarang banget ngomong sambil senyum, tapi tadi bisa banget. Emang beda ya dampak jatuh cinta. Yang tadinya pendiam jadi meleleh juga."
Kali ini Erina diam dan memilih melanjutkan tugasnya yang masih tersisa sedikit, tentu Darius setia membantu karena itu adalah pekerjaannya sebelum sang putri membantu. Omong-omong, Darius mencuci piring bukan sebagai sukarelawan yang datang menolong saat anggota keluarga lain enggan melakukan pekerjaan berat tersebut. Beliau justru kalah game dan harus mau mencuci saat anggota keluarga lain bisa leha-leha di ruang keluarga setelah perayaan kecil tadi siang.
Ya, tugasnya hanya milik Darius sampai Erina datang memberi bantuan yang disyukuri betul oleh sang ayah karena pusing melihat gundukan piring serta gelas kotor. Nenek dan kakek Erina memiliki ART, tetapi untuk menjaga eksklusifitas acara, semua ART diliburkan. Jadi, urusan memasak sejak kemarin menjadi tugas seluruh keluarga khususnya para ibu yang mahir di dalamnya. Erina dan Sabrina yang termasuk keponakan tertua diberi tugas mengasuh anak-anak, jadi tidak berurusan dengan dapur sama sekali. Kecuali sekarang dan itu pun agar Darius bisa menyelesaikan tugasnya lebih cepat.
"Papa nggak ada maksud apa-apa, tapi ... apa Mirza nggak kemudaan buat kamu?"
Gerak tangan Erina berhenti mengudara mendengar pertanyaan yang jadi langganan setiap kali tahu Mirza lebih muda darinya. Sadar putrinya menunjukkan tanda-tanda tersinggung, Darius segera melanjutkan agar Erina tidak salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...