Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
Absen dulu yuk yang masih baca Mirza ^^
Mirza tidak dapat menahan senyum sepanjang perjalanan menuju lobi di mana Erina telah menantinya. Seperti sudah melakukan perjalanan panjang dalam waktu lama, rindu Mirza pada kekasihnya tidak dapat ditahan dan perlu segera disalurkan dengan apa pun yang dia bisa.
Begitu keluar dari lift, sosok yang dirindukannya beberapa hari ini sedang menanti di dekat pintu utama tempat mahasiswa, dosen, dan staf keluar masuk di hari terakhir ujian. Lobi cukup ramai, tetapi fokus Mirza hanya pada Erina yang menanti seorang diri, tampak damai tanpa terganggu oleh lalu lalang manusia di sekitar. Akhirnya Mirza telah di dekat Erina, berhasil disadari oleh yang dinanti dan menabur senyum ketika kekasihnya tiba.
"Hai," sapa Erina, "gimana ujiannya? Lancar? Ujian aku cukup lancar walaupun harus ada kendala waktu praktik, makanyaㅡ"
Kalimat Erina terputus ketika Mirza tiba-tiba menggenggam tangannya erat, menginterupsinya untuk berhenti bicara sebab waktunya belum tiba. "Jangan ngomong dulu," pinta Mirza, matanya berkeliaran tidak tenang menelusuri sekitar.
Erina mengernyit bingung. "Kenapa? Kamu lagi diawasin sama temen-temen tongkrongan?"
Mirza menggeleng pelan. "Bukan itu, tapi ini terlalu rame. Aku mau meluk kamu."
Astaga. Erina kira ada masalah apa, rupanya hal lain yang berusaha mati-matian Mirza tahan karena mereka masih ada di tempat umum, tempat suci bagi mahasiswa yang sedang menimba ilmu.
"Kalau gitu ke tempat lain aja biar enak ngobrolnya," usul Erina seraya berjalan beriringan di samping Mirza untuk keluar dari gedung fakultas setelah mengakhiri ujian. "Ke rumah aku. Gimana?"
Mirza tidak menjawab secara lisan, tetapi genggaman tangannya kian mengerat dan mempercepat langkah mereka menuju area parkir, menjadi tanda dia setuju untuk pergi ke rumah Erina. Sebenarnya di mana pun itu, asalkan Mirza bisa memeluk Erina barang sebentar saja, dia sudah senang. Untuk sekarang Mirza masih butuh bersabar karena ada perjalanan yang perlu ditempuh sebelum tiba di lokasi. Kendati demikian dia tetap menikmati detik demi detik keberadaan Erina dalam boncengannya.
Beberapa hari terakhir sempat sepi sebab Mirza selalu pulang seorang diri. Sekarangㅡdan semoga ke depannyaㅡsudah ada Erina yang bersedia menemani, jadi Mirza tidak akan kesepian karena dia tahu ada tangan yang bisa dia genggam ketika tangan lain sibuk menarik pedal gas. Pukul empat tepat, motor terparkir rapi di halaman rumah Erina yang sepi seperti tidak berpenghuni.
Setelah melepaskan helm dan memberikan pada sang pemilikㅡmeski Erina beberapa hari ini menghilang, Mirza setia membawa dua helmㅡErina bergegas menuju pintu utama yang dikunci rapat, lalu membukanya menggunakan kunci cadangan yang dimiliki seluruh anggota keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...