Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚
"Kamu nggak perlu nyamperin aku ke sini, Za. Aku cuma ngabarin udah beres ujian dan mau langsung pulang lho, ya."
Erina belum sempat masuk ke rumah ketika Mirza tiba bertepatan dengannya. Mereka masih sama-sama mengenakan kemeja putih dan celana hitam sebagai seragam selama ujian, tidak sempat istirahat karena sekarang lebih ingin bertemu tatap. Mirza yang berdiri di depan motornya hanya tersenyum lebar tanpa merasa keberatan, di samping dia datang ke tempat Lala untuk bertemu dengan kawan sang pacar, dia juga sembari menantikan kabar terkini Erina yang telah selesai ujian.
Senja mulai tiba, kluster tempat Erina tinggal mulai ramai oleh para penghuni yang pulang setelah mengakhiri segala aktivitas. Tidak mau berlama-lama di luar, Erina pun mempersilakan Mirza masuk dan lagi-lagi hanya mereka berdua di rumah. Mirza tentu senang, tapi sama seperti pertama kali berduaan di rumah Erina, dia pun berdebar ketika menerka apa yang akan terjadi selama mereka berdua.
"Kamu sering sendirian di rumah gini, ya?" tanya Mirza ketika Erina muncul dari dapur membawakan sekotak teh instan yang tersedia di kulkasㅡomong-omong, Mirza sendiri yang request ingin minuman manis.
Hanya itu yang bisa Erina sajikan untuk sementara karena Abigail belum belanja, ditambah Mirza juga datang secara mendadak jadi tidak ada persiapan.
"Biasalah. Mama bantuin tante aku nikahan, terus Papa bakal jemput Mama supaya pulang bareng. Jam tujuh juga pulang, kok. Tadi Sabrina mau ke rumah, tapi disuruh pulang, jadi ke sininya malem juga."
Mirza ber-O ria sembari duduk di ruang keluarga setelah Erina mengambil posisi lebih dulu. Mirza meraih sekotak teh dan menusuk lubang menggunakan sedotan yang telah dia keluarkan dari bungkusnya, kemudian dinikmati hingga habis dalam sekali tegukan.
"Kamu dari mana dulu, sih? Kok bisa cepet nyampenya? Mana masih pake seragam." "Ke tempat Kak Lala."
Erina membeliak dan mulai menebak apa yang dilakukan Mirza di sana. "Ngomongin soal Johnny?" Ketika Mirza mengangguk, Erina kembali berkata, "Pasti dia nggak mau."
Mirza mengangguk untuk kedua kali sembari memasang ekspresi kecut. "Sayang banget. Padahal Kak Lala udah pilihan yang pas buat Kak Johnny. Ternyata malah beda jauh."
Erina tertawa kecil melihat keluhan Mirza yang gagal menjadi mak comblang untuk Johnny dan Lala, padahal dia sudah optimis sekali mereka berdua bisa jadi pasangan serasi meski ada perbedaan yang hadir.
"Udah aku bilang Lala nggak mau, Za. Coba cari yang lain aja," usul Erina, "atau nggak usah urusin hubungan asmara orang, deh. Mending fokus sama diri sendiri dan kita aja."
Erina benar. Lebih baik Mirza memikirkan hubungan mereka yang penting dan harus tahu mau dibawa ke mana. Untuk sekarang boleh saja Mirza dan Erina hanya senang-senang karena masih dalam masa menjadi mahasiswa. Namun, dua atau tiga tahun ke depan, Mirza dan Erina akan bertemu urusan baru yang membuat hubungan mereka harus lebih jelas arusnya. Bila masih beruntungㅡdan harus bisaㅡMirza dan Erina perlu mempersiapkan masa depan untuk keduanya, merencanakan perjalanan yang lebih panjang dengan harapan dapat bertahan sangat lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last
FanfictionBermula dari pertemuan di hari pertama semester 5, berhasil membangkitkan rasa dalam waktu yang terbilang singkat. Mirza dan Erina saling mengenal, hingga percaya diri untuk memadu kasih sebagai pasangan. Layaknya pasangan muda pada umumnya, mereka...