07

51K 2.7K 84
                                    

"Kok sepi?" Callista mengikuti Nathan yang berjalan menuju kamarnya.

Jalan ke kamar Nathan, ia tidak melihat satu orang pun dirumah ini.

"Hm, orangtua gue lagi ada acara." Nathan berhenti di depan kamarnya. Memberi senyum miringnya kepada Callista.

Callista menggeleng dengan kaki melangkah mundur. "Kamu bilang Tante Ara mau ketemu aku?!"

Nathan dengan cepat menggapai pergelangan yang terdapat gelang hitam disana. Menarik Callista hingga di dekapannya.

"Iya, tapi nanti malem." bisiknya tepat di telingan Callista.

"Al jangan aneh-aneh ya!" Peringat Callista sudah paham akan kemana ini berakhir.

Nathan tak menjawab. Dengan tangan kanan masih memeluk Callista, ia membuka knop pintu kamarnya dengan tangan Kiri. Mendorong Callista masuk kedalamnya.

"Lo harus bayar apa yang tadi pagi lo berhentiin!" Nathan mendorong tubuh Callista hingga terlentang di ranjangnya.

Callista sudah pasrah saat Nathan mulai melepas seragam atasnya. Sebelum laki-laki itu menelanjangkan diri, Callista menunjuk kearah pintu yang masih terbuka. Jaga-jaga saja.

Nathan kembali setelah mengunci rapat pintu kamarnya. Ia melanjutkan kegiatannya yang kini sudah membantu Callista untuk melepaskan seragam.

"Janji dulu buat nggak bikin bekas apa-apa!" Callista menahan dada Nathan yang sudah mengungkungnya.

"Lihat nanti." balas cuek Nathan kemudian menyerang bibir Callista.

Tangannya tak tinggal diam untuk meremas benda kenyal kesukaannya. Sesekali meremas kencang membuat Callista memekik tertahan.

Bibir penuh gairah itu lepas dari bibir Callista. Turun mengecupi rahangnya. Callista melepaskan desahannya yang sejak tadi tertahan saat Nathan memainkan puncak dadanya.

"Al" panggilnya agar Nathan ingat akan larangannya tadi.

"Alvaro!" Callista berteriak kesal saat merasakan Nathan mengisap lehernya.

"Udah dibilang tadi jangan- mphh..."

"Nikmatin aja." ucap Nathan tepat diatas bibir Callista yang membengkak.

Nathan membenarkan posisi Callista. Ia meletakkan bantal di ujung ranjangnya. Bersandar pada sandaran ranjang dan menempatkan Callista disana.

Nathan sendiri memposisikan tubuhnya, berada lebih rendah dari Callista agar lebih mudah mengeksplor bagian depan tubuh Callista.

Mereka berdua hanya bertelanjang dada dengan seragam bawah masih melekat. Meskipun rok seragam Callista sudah terangkat berantakan.

"Mhh..." Callista memeluk kepals Nathan yang sedang mengemut salah satu puncak dadanya. Sesekali ia mengecup kepala Nathan entah karena apa.

"Al... jangan kenceng-kenceng." Callista juga sesekali meremas rambut Nathan menyalurkan rasa nikmatnya.

Nathan dengan posisi masih menikmati dada Callista, ia membawa satu tangan Callista, ia arahkan ke selangkangannya yang sudah menggembung.

Callista sudah paham dengan kemauan Nathan, ia mengelusnya dari luar. Memberi remasan kecil pada benda keras itu.

Nathan membantu Callista dengan menurunkan resletingnya. Ia menurunkan celananya hingga telanjanglah ia di depan Callista.

Tangan Callista bergerak naik turun memberikan kenikmatan untuk pacarnya. Ia juga mengamati wajah Nathan yang tengah dilanda kenikmatan dunia.

Nathan melepas kulumannya. Ia menaikkan sedikit tubunya. Menenggelamkan wajahnya ke lipatan leher Callista. Callista pun sama, ia memiringkan tubuhnya dengan tangan lain memeluk tubuh Nathan. Sekarang kendali sepenuhnya ada di Callista.

NATHANIEL ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang